Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Politik Identitas Muncul Karena Buzzer Merajalela

Kamis, 8 September 2022 10:25 WIB
Pangi Syarwi Chaniago. (Foto: Ist)
Pangi Syarwi Chaniago. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago berharap, Pilpres 2024 diikuti dua pasangan calon. Hal ini untuk memutus isu polarisasi yang beberapa Pemilu sebelumnya selalu terjadi. 

"Pada Pilpres 2024 kita sangat berharap lebih dari dua poros koalisi. Sebab konsekuensi dari dua poros koalisi membuat keterbelahan," kata Pangi dalam keterangannya yang diterima wartawan, Kamis (8/9). 

Baca juga : Mengembangkan Asas Sentripetal

Menurutnya, politik identitas telah merusak tatanan kebangsaan. Karenanya sudahi membuka kotak pandora politik identitas dengan polarisasi isu yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa. "Polarisasi dan politik identitas tidak boleh terulang kembali," tegasnya. 

Kata Pangi, ada tiga cara yang mesti dilakukan untuk meredam politik identitas dan keterbelahan publik dalam kontestasi elektotal Pilpres 2024. Pertama, capres minimal harus ada tiga pasang. 

Baca juga : Politik Identitas Jender (2)

"Sehingga ada pemecah gelombang agar tidak terulang kembali kontestasi rematch Pilpres 2014 dan 2019 dengan kekuatan head to head (bipolar) bertumpu pada dua kutub pasangan capres," jelas pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu. 

Berikutnya, harus ada penegakan hukum yang adil tanpa diskriminatif terhadap para buzzer politik, tim sukses, relawan, maupun capres apabila terbukti mengoreng politik identitas. "Mesti ada sangsi yang keras dan tegas berupa pidana dan pemotongan masa waktu kampanye agar ada efek jerah," tekan dia. 

Baca juga : Politik Identitas Jender

Terakhir harus ada konsensus dan komitmen bersama untuk tidak lagi mengunakan narasi politik identitas dan isu-isu SARA, yang jelas merusak tatanan simpul kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Berdasarkan data survei Voxpol Center Research and Consulting pada Bulan Juli 2022, menunjukkan bahwa 40,6 persen preferensi masyarakat menginginkan Pilpres 2024 sebaiknya diikuti lebih dari dua pasang capres atau cawapres," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.