Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menghemat Politik Identitas (16)

Konsep Ummah Mereduksi Politik Identitas

Rabu, 31 Agustus 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Al-Qur’an mempromosikan konsep ummah dan konsep ummah secara berangsur-angsur mereduksi politik identi­tas yang berpotensi menimbulkan ketidakadilan di dalam masyarakat. Sejak awal, Al-Qur’an sangat concern untuk mentransformasikan masyarakat berpola hidup kesukuan (qabiliyyah) kepada masyarakat cosmopolitan (ummah). Masyarakat yang berorientasi primordial ke masyarakat yang berorientasi ke ummah.

Baca juga : Menggagas Ushul Fikih Kebhinnekaan

Kata ummah berasal dari bahasa Hebrew/Ibrani, alef-mem yang arti dasarnya cinta kasih (saint lover), kemudian menyeberang menjadi bahasa Arab umm yang arti dasarnya ibu. Umm diartikan ibu karena ibu memiliki cinta kasih yang paling dalam. Dari akar kata alif-mim membentuk kata amam (keterdepanan, keunggulan), imam (imam shalat, pemimpin), ma’mum (pengikut imam, rakyat), imamah (konsep yang mengatur antara imam dan makmum serta pemimpin dan rakyat). Keseluruhan makna dasar ini menghimpun suatu komunitas khusus yang bernama um­mah.

Baca juga : Tidak Boleh Menafikan Identitas Lain

Kata ummah sebagai nama sebuah komunitas masyarakat pertama kali dipopulerkan oleh Nabi Muhammad SAW di kawasan jazirah Arab. Secara semantik, kata ummah terabadikan dalam sejarah sebagai sebuah komunitas masyarakat yang dihimpun oleh ikatan kasih sayang yang amat dalam dan luhur, memiliki visi kemanusiaan yang ber­orientasi masa depan, di bawah sosok pemimpin berwibawa dan disegani, dengan makmun dan rakyat yang santun tapi kritis, dan dengan system yang kepemimpinan yang ideal. Bangunan masyarakat yang seperti itulah disebut dengan ummah.

Baca juga : Kebhinnekaan Adalah Rahmat

Jika kurang salahsatu di antara lima komponen tersebut maka tidak bisa disebut ummah. Jika suatu komunitas men­gacu kepada sebuah asas yang lebih subyektif disebut dalam Al-Qur’an dengan golongan (hizb/Q.S. al-Mu’minun/23:52). Jika komunitas tersebut mengacu kepada ikatan primordial kebangsaan disebut sya’b (Q.S. al-Hujurat/49:13).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.