Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof. Tjandra: XBB Baru Nongol, XBC Sudah Tebar Ancaman

Senin, 24 Oktober 2022 11:42 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Instagram)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, kemunculan varian dan subvarian virus Covid-19, masih akan terus terjadi.

Kenyataan juga menunjukkan, kalau sudah ada varian/subvarian baru di luar negeri, maka dalam waktu tidak terlalu lama, akan sampai di negara kita.

Pada 14 Oktober 2022, koran Rakyat Merdeka memuat tulisan Prof. Tjandra, yang berjudul “Waspada Turunan Omicron Baru, XBB”. Tulisan itu dibuat, terkait laporan kasus di Singapura dan beberapa negara lain.

Enam hari berikutnya, pada 20 Oktober 2022, RM.id menulis pengalaman Prof. Tjandra terkena Covid-19 dengan judul “Perdana Kena Covid, Curiga Varian XBB Sudah Merebak, Prof. Tjandra Minta Vaksinasi Bivalen Segera Dimulai".

Keesokan harinya, pada 21 Oktober 2022, Menteri Kesehatan memberi pernyataan, bahwa subvarian Omicron XBB sudah masuk Indonesia.

"Jadi, cepat sekali varian/subvarian yang ada di negara lain, masuk ke negara kita juga. Tidak dapat terbendung," kata Prof. Tjandra lewat pesan singkatnya, Senin (24/10).

Atas masuknya subvarian XBB, koran Rakyat Merdeka edisi 23 Oktober 2022 menyampaikan pernyataan Menteri Kesehatan. “Budi berharap, pada Januari Februari tahun depan, Indonesia bisa menghadapi potensi kenaikan dengan baik, seperti Agustus tahun ini”.

"Ini artinya, memang sedang ada potensi kenaikan kasus Covid-19 lagi, di tengah berita pandemi menjadi endemi," ujar Prof. Tjandra, yang juga Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Baca juga : Prof. Tjandra: Setiap Negara Punya Hak Umumkan Situasi Covid Di Wilayahnya Sudah Terkendali

Hal senada juga disampaikan Chief Scientist WHO di Jenewa, Dr. Soumya Swaminathan.

Dia bilang, beberapa negara dapat mengalami gelombang baru peningkatan kasus Covid-19.

Dalam laporan mingguan Weekly Epidemiological Update On Covid-19 pada 19 Oktober 2022, WHO mengumumkan bahwa subvarian XBB adalah rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75, dengan 14 mutasi tambahan di BA.2 spike protein.

Ketika itu, kemunculannya sudah dilaporkan di 26 negara.  Tapi sepertinya, belum termasuk Indonesia.

"Data ilmiah awal yang ada menunjukkan, XBB adalah subvarian yang paling dapat menghindar dari antibodi, the most antibody-evasive SARS-CoV-2 variant," jelas Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Sampai 17 Oktober 2022, GISAID - lembaga independen global yang melaporkan berbagai virus beserta sekuennya -sudah menerima laporan 233 sekuen XBB dan 609 sekuen XBB.1.

Subvarian XBB.1 adalah XBB yang memiliki tambahan substitusi spike di lokus G252V.

"Sejauh ini, memang belum ada laporan bahwa XBB menimbulkan gejala lebih berat. Eropa dan Amerika, kini juga memberi perhatian penuh kepada XBB," papar Prof. Tjandra.

Baca juga : Ini Catatan Penting Prof. Tjandra Di Hari Ulang Tahun PDPI Ke-49

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, sebanyak 5,7 persen kasus di Negeri Paman Sam dipicu oleh varian BQ.1. Setidaknya, ada 47 sekuens XBB.

XBC Mengintai

Dari pengalaman selama ini, jika ada varian baru di luar negeri, seperti XBB saat ini atau Delta di masa lalu, lndonesia hanya tinggal menunggu kemunculannya. 

Masalahnya, belum lama kita menerima kabar kemunculan XBB, kini subvarian XBC sudah membayangi.

Pada 18 Oktober 2022, Otoritas Kesehatan Filipina mendeteksi 193 kasus XBC, yang merupakan rekombinasi varian Delta dan subvarian Omicron BA.2.

Sebanyak lima orang, dikabarkan meninggal dunia akibat subvarian anyar tersebut. Sementara 176 kasus, dilaporkan sembuh dengan baik.

Selanjutnya, pada 21 Oktober 2022, dilaporkan adanya transmisi lokal dari subvarian XBC (dan juga XBB) di Filipina.

"Penularan di masyarakat seperti ini, bila tidak ditangani dengan baik, dapat berujung ke peningkatan kasus dan memicu gelombang berikutnya," jelas Prof. Tjandra.

Baca juga : Thor: Love And Thunder Bisa Ditonton Di Rumah Lewat IndiHome-Disney+

Di Inggris, subvarian XBC masuk dalam kategori sebagai sinyal yang sedang dimonitor dan diinvestigasi.

Signals currently under monitoring and investigation," begitu kata Otoritas Kesehatan Inggris, United Kingdom Health Security Agency (UKHSA).

Yang juga masuk dalam kategori ini adalah varian/subvarian BA.3, BA.4.7, BA.2.75.2, BQ.1, BQ.1.1, BF.7 dan BJ.1.

Memang, saat ini masih diperlukan investigasi lebih lanjut menilai XBC. Baik dari sudut penularannya (transmissibility), berat ringannya penyakit, dan ada tidaknya kemampuan untuk menghindari respon imun yang ada (ability to escape immune response).

"Dari pengalaman kita, XBB di negara tetangga, bisa masuk ke Indonesia dalam hitungan hari. Karena itu, subvarian XBC harus kita antisipasi," ucap Dewan Pakar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) ini.

Dia pun mencontohkan Thailand, yang bergerak cepat memperketat pemeriksaan di pintu masuk negaranya. Begitu Singapura dan Hongkong melaporkan kemunculan XBB.

"Hal itu memang belum tentu harus dilakukan pada XBC sekarang. Tapi, yang jelas, laporan dari negara tetangga tentu perlu diwaspadai," tutur Prof. Tjandra.

"Bahkan secara umum, kita perlu tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan varian atau subvarian baru Covid-19 di masa datang. Apa pun nama dan karakteristiknya," tegasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.