Dark/Light Mode

Keinginan JK

Dicari, Pendamping Anies Mirip Boediono Atau Ma’ruf

Minggu, 30 Oktober 2022 08:00 WIB
Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK). (Foto: Tim Media Jusuf Kalla).
Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK). (Foto: Tim Media Jusuf Kalla).

 Sebelumnya 
Aher, populer, karena dua periode menjadi Gubernur Jawa Barat, dan bisa bekerja. Begitu juga dengan Khofifah Indar Parawansa, populer, dan bisa bekerja. “Panglima TNI juga oke, bekerja. Terus, siapa lagi tokoh lain? Sandiaga Uno, populer, bekerja. Siapa lagi? Erick Thohir juga lumayan terkenal, bisa bekerja, ya kan?” katanya.

Penolakan juga disampaikan Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief. Menurutnya, elektabilitas dan popularitas untuk menjadi pendamping Anies sangat penting. Hitung-hitungan secara matang, harus dikedepankan. Belum tentu seorang pendamping dapat mendongkrak suara.

Andi lantas mengungkit kekalahan seorang presiden dan wakil presiden dalam Pilpres. Misalnya, Megawati yang di Pilpres 2004 berstatus sebagai presiden,JK kalah di Pilpres 2009 saat berstatus sebagai wakil presiden. Begitu juga Hamzah Haz di 2004 yang saat itu berstatus sebagai wakil presiden.

Baca juga : Kenaikan Harga BBM Tidak Berdampak Besar Terhadap Daya Beli Masyarakat

Soal Boediono yang dianggap kurang populer, Andi juga membantahnya. Menurutnya, saat SBY ingin meminang Boediono sebagai pendampingnya di Pilpres 2009, itu mengacu pada survei. Saat itu, survei Boediono sangat tinggi. Artinya, cawapres menjadi sangat penting. Karena seorang gubernur saja, untuk menjadi wapres belum terbukti memenangkan, dari beberapa pilpres yang ada.

Namun, Andi tetap menghormati masukan dari JK tersebut. Kata dia, saran JK ini akan menjadi bahan diskusi di dalam internal Koalisi Perubahan. “Jadi elektabilitas popularitas itu penting. Namanya pilpres itu ingin berkuasa, hitung dulu bagaimana cara berkuasa, baru kemudian kita hitung menang ya. Saya kira Pak JK akan sangat mahir soal ini. Tapi baiklah nggak apa-apa, itu bisa dibicarakan di,” ucap Andi.

Namun, Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid sepakat dengan usulan JK. Kata dia, selain popularitas, kapasitas dan integritas sangat penting untuk menjadi cawapres. Dengan begitu, kemenangan akan semakin mudah digapai.

Baca juga : Suara Miring Ke Anies Bising Di Jagat Maya

“Popularitas dan elektabilitas saja tidak cukup. Pemimpin yang teruji kapasitasnya, memiliki rekam jejak yang baik. Apalagi memimpin bangsa dengan kompleksitasnya,” cetusnya.

Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio juga mengamini pernyataan JK. Menurutnya, cawapres yang dimaksud JK mampu membantu Anies dalam administrasi kenegaraan, dan berkomunikasi dengan DPR.

“Jadi memang, kriterianya itu bukan populer atau tidak populer. Tapi justru bisa klik atau tidak dengan presiden. Makanya setuju tuh, Anies saja yang memilih cawapresnya, dan itu bisa saya baca. Tapi saya yakin, Mas Anies nggak akan pilih orang dari antah berantah,” kata Hensat. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.