Dark/Light Mode

Jangan Keliru, Menilai Sirup Obat Yang Aman, Ini Saran Prof. Tjandra

Selasa, 1 November 2022 15:35 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Ketiga, yang juga mungkin perlu dilakukan adalah menilai kemungkinan faktor lain di luar obat, yang dapat menjadi penyebab. Baik itu infeksi, faktor lingkungan, kebiasaan tertentu dan sebagainya.

Terkait hal ini, Prof. Tjandra menyarankan penyelidikan epidemiologi (PE) yang amat ketat, terhadap  269 anak itu. Termasuk, bagaimana keadaan di rumahnya, tempat bermain, atau di sekolahnya, jika memang sudah sekolah.

Baik sekali, jika pemerintah mengeluarkan semacam tabel lengkap dari 269 kasus ini. Masing-masing dituliskan informasi demografinya, perjalanan penyakitnya, dan obat-obat apa saja yang dikonsumsi sebelum sakit pada setiap anak. Serta berbagai faktor lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit.

Kejadian yang sudah beberapa bulan dan bahkan sudah menyebar ke 27 propinsi, juga perlu dapat perhatian.

Baca juga : Menteri Retno Siap Dukung Penuh Prof. Taruna Cs

Sebagai perbandingan, India sudah mengalami setidaknya lima kali kejadian penyakit gagal ginjal akut, yang dihubungkan dengan sirup obat yang terkontaminasi atau tercemar EG atau DEG.

Hanya saja, dalam setiap kejadian di India, hanya terlokalisir di satu daerah saja. Tidak meluas ke daerah-daerah lain.

Tahun 1986, misalnya. Ada 14 kematian di JJ Hospital, Mumbai, wilayah pusat industri film Bollywood, yang diduga merupakan korban pencemaran EG dan DEG.

Tahun 1998, sedikitnya 36 anak berumur antara 2 bulan dan 6 tahun meninggal akibat gagal ginjal akut di rumah sakit di daerah Delhi, New Delhi dan Old Delhi, setelah meminum obat yang tercemar dengan DEG.

Baca juga : Lagi, BPOM Rilis 65 Sirup Obat Yang Bebas 4 Pelarut Berbahaya

Kejadian berikutnya di daerah Ramnagar, Bishnah, Udhampur di Jammu Kashmir di bagian utara India, antara Desember 2019 dan January 2020 dengan 17 anak yang meninggal dunia.

Selain itu, DEG atau EG ini juga berhubungan dengan kematian 15 anak di tahun 1972 di Madras (sekarang namanya kota Chennai) dan 11 anak di Bihar, negara bagian di timur India yang berbatasan dengan Nepal.

Belum pernah ada kejadian gagal ginjal akut, yang menyebar ke banyak negara bagian India sekaligus.

Selain kasus kita yang sudah menyebar luas, maka jumlah 157 kematian anak sampai 26 Oktober 2022, adalah jumlah yang amat besar.

Baca juga : BPOM Rilis 176 Sirup Obat Yang Aman Dari Etilen Glikol Cs, Ini Rinciannya...

"Kita menyadari, satu nyawa pun meninggal, tak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Apalagi, ini sudah lebih dari 150 anak," ujar Prof. Tjandra.

"Tanpa bermaksud membandingkan, karena konteksnya memang berbeda, kematian akibat tragedi Kanjuruhan berjumlah 130 orang, tragedi Itaewon di Seoul sekitar 150 korban jiwa. Itu membuat Korea Selatan berkabung nasional selama beberapa hari," imbuh Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 - Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.