Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bisa Atasi Lonjakan Covid

Prof. Tjandra: Tolong, Masukkan Vaksin Bivalen Untuk Booster

Kamis, 10 November 2022 22:14 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah tiga hari ini, jumlah kasus harian Covid-19 bertengger di atas angka 6 ribuan. Tercatat 6.601 penambahan kasus dengan 38 kematian pada 8 November, 6.186 penambahan kasus dan 42 angka kematian pada 9 November, serta 6.294 kasus dan 37 kematian baru pada 10 November.

Mantan Direktur WHO, Prof. Tjandra Yoga Aditama menduga, lonjakan kasus Covid-19 ini dipicu oleh kemunculan subvarian baru XBB, XBC atau BA.2.75.

"Ini bukti Covid-19 masih ada. Sehingga, kita harus tetap waspada. Ini juga menjadi salah satu alasan, mengapa WHO belum mencabut status pandemi,” kata Prof Tjandra kepada RM.id, Kamis (10/11).

Sebagai perbandingan, Prof. Tjandra mengajak kita melihat data Covid negara tetangga.

Baca juga : Vaksin Covid Anak Bangsa Lagi Disiapkan Buat Booster

Di puncak kasus, Singapura melaporkan 12 ribu kasus harian, dengan 5 angka kematian. Di Malaysia, dari 4 ribuan kasus, yang meninggal ada 9. Korea Selatan, melaporkan 60 ribu kasus, dengan 59 kematian. Sementara di Jepang, dari total kasus 80 ribu, yang meninggal tak lebih dari 80.

Sehingga, bisa disimpulkan, dari segi jumlah kasus, Indonesia memang tidak terlalu tinggi. Tapi, angka kematiannya tergolong tinggi.

Soal ini, Prof. Tjandra mengajak kita untuk sama-sama melihat data. Apakah jumlah kasus kita benar-benar 6 ribuan?

"Selain itu, juga perlu dicek data pasien meninggal. Apakah lansia, komorbid, anak-anak, dan kelompok yang belum mendapat vaksinasi Covid-19?" katanya.

Baca juga : Blusukan Ke Pasar Besar Malang, Mendag Pastikan Harga Bapok Stabil

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus ini, Prof Tjandra mengimbau masyarakat untuk waspada. Lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Dua-tiga bulan lalu, kasus pernah 200, sekarang 6 ribu. Artinya, kasus meningkat. Perlakuan harus berbeda. Nggak bisa sama saja,” pesannya.

Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes ini pun mendesak pemerintah, untuk meningkatkan testing dan tracing. “Supaya ketahuan, berapa angka kasus sebenarnya,” tandasnya.

Upaya lain yang tak kalah penting adalah meningkatkan cakupan vaksinasi. Yang dosis primernya belum lengkap, harus segera melengkapi. Yang belum booster, harus segera suntik.

Baca juga : Curiga Varian XBB Sudah Merebak, Prof. Tjandra Minta Vaksinasi Bivalen Segera Dimulai

"Yang paling ideal itu vaksin Bivalen. Vaksin Bivalen ini bisa menanggulangi varian lama dan Omicron. Jadi, kalau bisa, berikan booster dengan vaksin Bivalen. Itu yang dikerjakan Singapura, Inggris dan Amerika. Makanya, tolonglah dimasukkan vaksin Bivalen untuk booster. Ini penting,” tegas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.