Dark/Light Mode

Wacana Impor Ciderai Petani Cabe

Rabu, 7 Agustus 2019 20:48 WIB
Petani sedang menata cabe (Foto: Humas Kementan)
Petani sedang menata cabe (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wacana impor yang tiba - tiba terhembus menyikapi kenaikan harga cabe saat ini menuai kritik dari berbagai pihak. Selain dianggap sebagai langkah mundur, impor cabe dinilai akan semakin meruntuhkan semangat petani menanam komoditas pangan strategis ini. Terlebih saat ini petani sejenak sedang menikmati harga yang pantas. Harga cabe diprediksi akan kembali turun memasuki musim panen puncak pada akhir bulan ini. 

"Tolong bapak ibu yang duduk jadi pemerintah, jangan sembrono mengeluarkan wacana impor cabe. Mohon bersabar, harga bagus kan gak lama. Sebentar lagi juga sentra-sentra cabe akan memasuki panen, harga pasti berangsur turun kok," ujar Nanang, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabe Indonesia (AACI) Jawa Timur. 

"Petani kami siap kok bantu operasi pasar dengan harga di bawah harga pasar. Sebenarnya kami pun juga gak ingin harga tinggi-tinggi. Ujung-ujungnya kami juga yang dirugikan kalau sampai beneran ada impor cabe," tambahnya.

Ketua AACI, Dadih Sudiana, mengemukaan kekesalannya usai membaca pernyataan salah seorang pejabat di Kemendag yang dinilainya tidak memiliki rasa empati dengan kondisi petani cabe saat ini. 

Baca juga : Wacana Tax Amnesty Jilid II, Menteri Keuangan Dikritik Kanan Kiri

"Petani baru beberapa hari menikmati harga cabe yang sesuai jerih payahnya. Bahkan tidak semua petani menikmati, hanya 5 persen saja yang menikmati harga tinggi. Sebagian besar petani sudah tidak menikmati karena tanamannya sudah tidak berproduksi," ungkap Dadih.

Ketua Paguyuban Petani Cabe Indonesia di Kabupaten Kediri, Suyono, mengaku telah melakukan pemantauan ke beberapa daerah sentra. "Daerah-daerah yang akan panen mulai akhir Agustus antara lain Situbondo 1.000 ha, Jember 1.500 ha dan Banyuwangi 2.000 ha. Diprediksi harga akan menurun sampai normal pada pertengahan September. Tolong, sekali lagi jangan sampai ada impor terlebih saat memasuki panen raya cabe,” tegas Suyono. 

Informasi wacana impor cabe sontak membuat para petani di Magelang dan sekitarnya turut bereaksi. Ketua Asosiasi Champion Cabe Indonesia, Tunov Mondro Atmojo, langsung bergerak cepat mengarahkan petani binaannya di wilayah Magelang dan sekitarnya untuk membanjiri pasar Jakarta dengan cabe hasil panennya.

“Saya tidak rela petani harus dikorbankan apalagi kalau hanya demi ambisi importir yang mementingkan urusannya sendiri. Pengambil kebijakan mbok ya terjun langsung biar tahu kondisi petani di lapangan. Jangan tega mengeluarkan pernyataan yang berpotensi melukai perasaan petani cabe,” ujar Tunov geram.

Baca juga : Waspadai Rentenir Online

Pengamat Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prima Gandhi menambahkan, naiknya harga cabe disebabkan produksi yang terkonsentrasi di salah satu masa panen. Pernah di awal Januari tahun ini stok cabe melimpah dan harga jualnya turun. Sehingga petani merugi. Kalau saat ini naik, Impor jangan dulu dilakukan agar petani merasakan untung walaupun harga cabe perlu diantisipasi lonjakannya sebab harga cabe merupakan salah satu faktor penyumbang inflasi.

Dalam transisi pemerintahan saat ini baiknya jangan sampai ada protes petani seperti membuang cabe di jalan jika impor dilakukan. "Kita dukung terus usaha Pemerintah diminta memastikan cabe dapat dipanen sepanjang musim sehingga tak ada kelebihan atau kekurangan pasokan. Kementan kan sudah bantu petani melalui modal dan teknologi agar produksi cabe tidak boleh berkumpul di satu musim sehingga harga tidak naik atau turun banyak" jelas Gandhi

Kasubag Hukum dan Humas, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Rico Simandjuntak, sangat menyayangkan kalau ada pihak-pihak yang mendramatisir kondisi harga cabe saat ini. "Kalau ujung-ujungnya impor tentu akan sangat menyakiti petani cabe yang jumlahnya ratusan ribu kepala keluarga dan belum lepas dari beban hutang akibat jatuhnya harga cabe selama lima bulan terakhir," ungkapnya prihatin. 

Diakui Rico, saat ini produksi cabe kurang maksimal karena dampak kemarau di beberapa sentra utama terutama di Banyuwangi, Kediri dan Blitar. Kondisi tersebut diperberat dengan fakta bahwa pembentukan harga cabe sampai saat ini tidak ada yang mengawasi. 

Baca juga : Cedera Parah, Bailly Tumbal Setan Merah

"Semua masih mengikuti mekanisme pasar yang belum tentu adil buat petani. Penanganan stok ketika panen raya juga belum tertangani sehingga saat panen melimpah, petani harus menanggung harga rendah. Untuk mengangkut cabe dari daerah sentra ke non-sentra masih dihadapkan pada biaya kargo atau distribusi yang makin mahal. Tolong semua pihak bisa lebih bijak menyikapi kondisi saat ini. Hati-hati menyebut kata impor," pungkasnya. [KAL]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.