Dark/Light Mode

Pola Tanam Bisa Percepat Stabilisasi Harga Cabe

Rabu, 10 Juli 2019 18:35 WIB
Kawasan perkebunan cabe (Foto: Humas Kementan)
Kawasan perkebunan cabe (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa pekan terakhir harga aneka cabe di beberapa sentra produksi mengalami kenaikan yang diakibatkan terbatasnya sumber air di dataran tinggi dan kurang terawatnya pertanaman selama harga rendah waktu sebelumnya. Faktor lainnya karena terhambatnya distribusi hasil panen dari daerah sentra ke nonsentra akibat mahalnya biaya jasa ekspedisi.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Taufik Yazid, menjelaskan bahwa kunci stabilisasi pasokan dan harga cabe itu ketersediaan di lahan dan kelancaran distribusi. “Ini yang terus dikawal. Kalau pola tanamnya sudah teratur dan sesuai kebutuhan pasti stabilisasi harga dan pasokan cabai terjaga secara otomatis," ujar Yazid. 

Baca juga : Pemerintah Pusat Akan Back Up Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Jateng

"Harga cabe memang cenderung naik, tapi masih batas toleransi. Tentu kami tidak tinggal diam. Ya kondisi ini anggap saja bonus buat petani untuk mendapat untung guna menutupi utang akibat rendahnya harga cabe di musim tanam sebelumnya," katanya.

Pelaksana Harian Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Mardhiyah Hayati, menyebut bahwa kenaikan harga cabai tidak akan berlangsung lama. "Hukum supply demand cabai pada dasarnya mengikuti mekanisme pasar, meski dalam kondisi tertentu serjng terjadi anomali. Solusinya ya mengatur pola tanam untuk penyediaan yang merata dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan di masing-masing wilayah," ujar Mardhiyah.

Baca juga : Bagaimana Bisa Lepas dari Cengkeraman Mafia Bola?

"Jadi kalau ada pola tanam yang sudah ditetapkan, harus kita patuhi" imbuhnya. "Seperti di Surabaya kemarin muncul berita cabai naik. Itu bukan di Jawa Timur tidak ada cabai. Ada, tetapi belum berproduksi optimal, seperti di Kediri, Malang dan Banyuwangi. Manajemen pola tanam sudah bagus dijabarkan di lapangan, tapi memang keringnya sumber air jadi tantangan tersendiri. Lahan cabe yang kurang air di musim off season ini tidak bisa berproduksi optimal" jelasnya.

Menurut Mardhiyah, harga cabe diprediksi segera turun seiring dengan mulai banyaknya panenan di daerah sentra yang biasa memasok ke Jakarta. "Cabe dari Sulawesi bahkan sudah masuk ke Jawa lewat Tanjung Perak dan Juanda. Sentra di Jawa, seperti Cianjur, Bandung, Garut, Sumedang, Banjarnegara, Kebumen, Magelang, Temanggung, Kediri, Blitar dan Lampung Selatan dan Pesawaran akan mulai memasuki musim panen awal Agustus, diperkirakan ada 6.000-an hektar lahan yang akan panen” pungkas Mardiyah.

Baca juga : Brasil Vs Peru, Willian Dibekap Hantu Cedera

Suyono, Ketua Paguyuban Petani Cabe di Kediri,  menyebutkan bahwa kenaikan harga cabe masih dalam taraf wajar. "Harga cabe di tingkat konsumen di Surabaya memang sedikit naik, Mas. Tapi tidak ekstrim kok. Bahkan cabe dari Sulawesi Selatan malah masuk ke Pasar Pare Kediri. Di Sulawesi Selatan rawit merah tingkat petani 16-20ribu per kilogram dan keriting 20-25ribu per kilogram. Justru saya himbau pedagang jangan latah dengan fenomena ini. Sedikit naik, trus ikutan jual mahal di ecerannya. Kan kasihan konsumen," ungkapnya. [KAL]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.