Dark/Light Mode

Penerapan Konsep ”KETUK” dalam Upaya Konservasi Air Tanah dan Pengelolaan Sumur untuk Indonesia Bebas Emisi 2060

Rabu, 28 Desember 2022 14:00 WIB
Pengoptimalan konservasi air tanah dengan pemantauan dinding sumur bor menggunakan bore hole camera (Foto: Istimewa)
Pengoptimalan konservasi air tanah dengan pemantauan dinding sumur bor menggunakan bore hole camera (Foto: Istimewa)

Sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui, Indonesia memiliki sumber air yang cukup melimpah. Hal tersebut dibenarkan dengan adanya fakta Indonesia menyimpan enam persen potensi air dunia. Namun, pernahkan terlintas di benak kita suatu saat Indonesia akan mengalami krisis air? Bagaimana bisa suatu negara yang notabene-nya memiliki banyak sumber air namun mengalami krisis? Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Beberapa pertanyaan tersebut mungkin terdengar tidak masuk akal. Namun, siapa sangka, faktanya menurut World Resource Institute (2015), Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada 2040. Krisis air merupakan suatu kondisi ketika kebutuhan manusia terhadap air berbanding terbalik dengan ketersediaan air yang ada, sehingga menimbulkan kekurangan akan sumber daya air. Krisis air sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti meningkatnya pencemaran terhadap sumber air, adanya pengambilan air secara berlebihan, perusakan lingkungan, dan kebijakan-kebijakan yang kurang tepat (Adlina, S., 2011). Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan bahwa capaian akses air bersih yang layak di Indonesia mencapai 72,55 persen. Angka tersebut masih berada di bawah target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni sebesar 100 persen.

Pertumbuhan penduduk di Indonesia kian bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 yang telah dilakukan BPS, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,21 juta jiwa. Jumlah tersebut sangat meningkat pesat jika dibandingkan dengan hasil data sensus pada tahun 2010 yang hanya berkisar 32,56 juta jiwa. Kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan air bersih semakin meningkat. Padahal, manusia membutuhkan air sekitar 20 liter per hari untuk dikonsumsi dan kegiatan lainnya (Fodgen &Wood, 2009). Dapat dibayangkan seberapa pentingnya air bagi kehidupan manusia. Air merupakan sumber daya alam yang tergolong vital dan sangat diperlukan dalam keberlanjutan kehidupan makhluk hidup di muka bumi (Mawardi, 2014).

Hampir seluruh kegiatan manusia membutuhkan air dalam pelaksanaannya, seperti minum, mandi, masak, kegiatan industri, pertanian, peternakan, dan masih banyak lagi. Sehingga, air ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia memanfaatkan air permukaan yang lebih mudah didapatkan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya ketersediaan air di Indonesia yang cukup melimpah, yakni sebesar 3.906.476 m3 per tahun dengan persentase tertinggi berada di Pulau Kalimantan 34 persen, Pulau Papua 27 persen, Pulau Sumatera 22 persen, Pulau Sulawesi 8 persen, Pulau Maluku 5 persen, Pulau Jawa 4 persen, dan Pulau Bali dan Nusa Tenggara 1 persen. Namun, perlu diketahui bahwa air permukaan dapat dengan mudah terkontaminasi serta ketersediaannya dapat menipis. Sehingga, air tanah menjadi solusi jitu untuk menggantikan peran dalam pemenuhan kebutuhan manusia terhadap sumber daya air.

Potensi air tanah di Indonesia sebenarnya cukup melimpah, yakni mencapai 100 miliar m3 dan tersebar luas di berbagai daerah Indonesia. Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan air tanah untuk menunjang berbagai kegiatan. Masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan air tanah hanya dengan membuat sumur. Sumur merupakan salah satu cara untuk mendapatkan air tanah dengan mudah dah penggunaannya dapat dilakukan sepanjang waktu. Baik itu sumur gali maupun sumur bor. Dewasa ini, masyarakat telah mampu membangun beberapa sumur untuk kebutuhan masing-masing. Selain kebutuhan rumah tangga, sumur juga dimanfaatkan dalam kegiatan lain, seperti kegiatan industri dan kegiatan pertanian. Pertanyaannya, apakah pembuatan sumur yang telah dilakukan dapat dimanfaatkan dengan baik atau sebaliknya? Apakah penempatan lokasi sumur sudah dengan semestinya? Lalu baik mana antara sumur gali atau sumur bor?

Sejatinya, sumur menjadi solusi mudah untuk menampung air tanah agar mudah dimanfaatkan oleh manusia. Dalam upaya pemanfaatan air tanah yang optimal, masyarakat dapat menerapkan konsep “KETUK” (Kenali, tenTukan, dan optimalKan). Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa masyarakat sering kali menemukan kegagalan saat hendak membuat sumur. Hal tersebut dapat disebabkan karena masyarakat kurang mengenali karakteristik tanah serta zona air tanah pada lokasi yang hendak dibuatkan sumur. Perlu diingat, pada kondisi tanah yang permeable atau kedap air, kecil kemungkinan ditemukan air tanah. Secara umum, air tanah dapat ditemukan pada daerah luahan atau discharge zone.

Discharge zone merupakan zona atau daerah dimana merupakan tempat tertampungnya air. Dalam menentukan titik lokasi sumur, perlu diketahui jenis akuifer terlebih dahulu pada tanah tersebut. Jika akuifer dangkal, maka dapat dibuat sumur gali untuk memanfaatkan air tanah yang ada. Sedangkan untuk akuifer dalam, air tanah dapat dimanfaatkan dengan pembuatan sumur bor. Dalam pelaksanaannya, sumur bor seringkali memiliki kendala yang lebih banyak jika dibandingkan dengan sumur gali. Karena akuifer yang dalam, sehingga beberapa kali mengalami kegagalan karena tidak menemukan sumber air. Sehingga, untuk menentukan sumber air tanah untuk sumur bor diperlukan teknik yang tepat. Sebelum melakukan pengeboran, ada beberapa metode yang dapat dilakukan seperti:

a. Metode geolistrik

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan titik pengeboran pada lokasi terdapatnya sumber air. Sumber air dapat ditentukan dengan menentukan jenis tanah yang didapatkan dengan uji resistivitas. Setelah didapatkan jenis tanah pada lokasi, maka langkah selanjutnya adalah penentuankedalaman pengeboran yang tepat.

b. Metode geo electromagnetic satellite scan

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan titikpengeboran pada lokasi terdapatnya sumber air. Bedanya dengan metode geolistrik, metode ini jauh lebih akurat. Hal ini dikarenakan metode geo electromagnetic satellite scan dapat digunakan untuk mengetahui lebar sunngai bawah tanah, struktur tanah, arah aliran sungai bawah tanah serta kedalamannya, konduktivitas tanah, dan dapat membaca hingga kedalaman 400 meter di bawah tanah.

c. Menggunakan garam dan atau daun pisang

Metode ini merupakan metode tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui titik sumber air dengan biaya yang relatif terjangkau dan dapat dengan mudah diikuti masyarakat. Penggunaan garam dan atau daun pisang dapat dilakukan dengan meletakkannya pada lokasi yang akan dimanfaatkan sebagai sumur. Peletakan garam dan atau daun pisang ini dilakukan pada malam hari. Keduanya dapat menentukan tingkat kelembaban tanah pada lokasi. Dibandingkan dengan kedua metode di atas, metode ini dapat digunakan dalam menentukan sumur gali dan sumur bor. 

Setelah diketahui lokasi keterdapatan sumber air yang melimpah, selanjutnya dapat dilakukan pembuatan sumur. Dengan mempertimbangkan lokasi sumber air yang ada, maka air tanah yang didapatkan tentunya dapat sesuai ekspektasi. Dalam pemanfaatannya, air tanah dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Pemanfaatan air tanah oleh masyarakat Indonesia ternyata belum dilakukan secara bijak. Sehingga, air tanah yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dan banyak yang terbuang secara cuma-cuma.

Beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat dalam upaya pemanfaatan air tanah secara optimal. Pengoptimalan air tanah dengan sumur bor dapat dilakukan dengan memasang kran, sehingga air dapat dikontrol pengalirannya saat hendak digunakan. Dinding sumur gali atau sumur bor dapat dibuat dengan kondisi yang tidak mudah runtuh, sehingga tidak menyumbat aliran air. Jika kondisi sumur bor sudah lama dan terdapat sumur yang berdekatan, dapat ditutup dan diganti dengan sumur bor baru dengan konstruksi yang tepat agar dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama. Pengelolaan sumur dengan baik, yakni dengan pemantauan debit air sumur bor, pengawasan sumur, kebersihan sumur, dan pengaturan jadwal buka tutup keran ketika air tidak digunakan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.