Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Greenesian: Peran Generasi Muda Memajukan Peluang Green Jobs untuk Atasi Perubahan Iklim Melalui Sektor EBT

Kamis, 29 Desember 2022 17:14 WIB
Green jobs melalui sektor EBT (Foto: Istimewa)
Green jobs melalui sektor EBT (Foto: Istimewa)

Sebagian besar negara sedang dihadapkan pada permasalahan degradasi sumber daya alam dan sumber daya energi. Eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan semakin memperburuk sumber daya lingkungan. Selain itu, perubahan iklim dan pemanasan global akan menjadi ancaman karena dapat mengurangi keberlanjutan bumi dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan umat manusia. Penurunan mutu lingkungan, di antaranya kemerosotan dan berkurangnya sumber daya alam merupakan ancaman yang paling serius terhadap perekonomian dan pembangunan berkelanjutan (ILO, 2010).

WWF Indonesia mengumumkan, Indonesia rentan terhadap perubahan iklim. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki jumlah penduduk terpadat dimana telah melepaskan banyak karbon ke dalam atmosfer yang mengakibatkan udara menjadi panas sehingga dapat mengancam keanekaragaman hayati. Perubahan iklim akan berdampak pada sumber air, risiko banjir, kesehatan, hasil pertanian, mata pencaharian, kondisi hidup, serta transportasi. Baik perkotaan ataupun pedesaan akan terkena dampaknya. Maka dari itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi perubahan iklim dan lingkungan yaitu dengan cara memajukan peluang Green jobs di Indonesia. 

Menurut International Labour Organitation (ILO), Green jobs dapat didefinisikan sebagai jenis pekerjaan yang layak dan peduli serta ramah lingkungan. Green jobs memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan di masa depan untuk dapat mendorong efisiensi sumber daya alam, energi terbarukan, menjaga keanekaragaman hayati, pembatasan emisi gas rumah kaca, serta mendukung proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Dalam World Employment and Social Outlook, ILO menyatakan bahwa green jobs sangat dipengaruhi pada implementasi keberlanjutan di sektor energi. Pertumbuhan sektor energi baru dan terbarukan (EBT) semakin pesat karena dianggap lebih ramah lingkungan. Sumber energi baru terbarukan adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global, karena energi yang diperoleh berasal dari siklus alam yang berkelanjutan diantaranya sinar matahari, angin, air, biofuel, dan geothermal. (Darmana et al. 2019).

Saat ini, energi yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, utamanya listrik berbahan baku batu bara, minyak bumi, dan gas bumi. Bahan baku tersebut berasal dari energi fosil yang tidak terbarukan. Sumber energi tersebut tidak dapat diperbaharui dan pada masa mendatang akan habis (Darmana et al. 2019). Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir ketergantungan terhadap energi fosil yaitu dengan meggantinya dengan energi baru dan terbarukan. Energi terbarukan dapat menciptakan lebih banyak tenaga kerja dengan jumlah kapasitas yang hampir sama dengan energi fosil. Hal ini dapat menjadi peluang Green jobs karena sebagian besar emisi di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil. 

Berdasarkan Siaran Pers Nomor: 68.pers/04/SJI/2022, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pekerjaan-pekerjaan di sektor EBT sudah dikategorikan sebagai industri padat karya karena adanya intervensi pada teknologi kendaraan listrik, pemasangan panel surya, efisiensi energi, hingga peningkatan pengelolaan limbah. Berdasarkan data dari The International Renewable Energy (IRENA) bahwa setiap tahunnya pertumbuhan tenaga kerja global di sektor EBT terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Nilai yang didapatkan meningkat sekitar 65 persen dari 2012 yang baru menyerap 7,3 juta tenaga kerja. Nilai ini semakin bertumbuh menjadi 8,5 juta orang (2013), 9,5 juta (2014), 10 juta (2015), 10,1 juta (2016), 10,5 juta (2017), 11 juta (2018), dan 11,5 juta (2019). Oleh karena itu, kebijakan transisi energi di Indonesia yang memprioritaskan aspek energi terbarukan memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan hijau.

Baca juga : Sekjen PMI Sudirman Said Ingatkan Gerakan Palang Merah Untuk Bantu Korban Konflik

Upaya aktif dari berbagai pihak untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim harus terus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk generasi muda. Sebagai generasi muda yang akan menjadi angkatan kerja di era transisi energi menuju net-zero emission 2060, para generasi muda tentunya akan menjadi penentu dalam mempercepat transformasi angkatan kerja dari penggunaan bahan bakar yang berbasis fosil menjadi berbasis EBT. Maka dari itu, diperlukan SDM yang berkualitas yang dibutuhkan dalam mempersiapkan terbukanya pekerjaan baru di sektor Green Jobs. Oleh karena itu, Greenesian sebagai upaya strategis dalam menjadikan energi terbarukan sebagai sumber utama, menyediakan informasi lowongan dan pengembangan keterampilan green jobs, dan menginformasikan dan mempromosikan peluang dan contoh nyata green jobs di sektor energi.

Melihat kepada fakta empiris, maka dibutuhkan strategi utama yang perlu dilakukan dalam integrasi Green jobs melalui sektor EBTGenerasi muda dapat menjadi aktor dan berperan aktif memberikan kontribusi positif dalam meminimalisir dampak dari perubahan iklim dan lingkungan.

Greenesian merupakan program yang melibatkan peran aktif generasi muda pada kegiatan-kegiatan pengendalian perubahan iklim dalam memajukan peluang green jobs berbasis EBT. Upaya yang dapat dilakukan oleh Greenesian setidaknya memiliki 4 program, yaitu : 

1. Greenesian Goes to Campus

Program kegiatan kunjungan kampus yang ditujukan kepada mahasiswa di seluruh universitas yang ada di Indonesia dengan target peningkatan energi terbarukan di 2025 dengan tujuan untuk mengedukasi, menginspirasi, dan memberikan pengetahuan terkait peluang green jobs berbasis EBT. Dengan terjun ke Green jobs, generasi muda akan memiliki keunggulan kompetitif dalam merespons pandemi global dan gelombang perubahan iklim yang lebih besar. Green Jobs berbasis EBT sangat perlu ditekankan mengingat generasi muda memiliki kontribusi yang sangat penting dalam proses transisi energi. Hal ini dikarenakan proses dari transisi energi yang tidak bisa dilakukan secara langsung menjadikan peran serta pemuda sebagai calon penerus bangsa sangat penting

Baca juga : Kemenkes: Perlu Kolaborasi Semua Pihak Atasi Persoalan Gizi

2. Greenesian Edu

Program yang dibentuk dalam upaya meningkatkan green skils menggunakan metode project citizen. Program ini bertujuan dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dalam menyambut terbukanya pekerjaan baru di sektor Green Jobs berbasis EBT. Green skills merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang diperlukan untuk menyesuaikan produk, layanan dan proses agar ramah lingkungan. Pengembangan green skills perlu diadakan melalui kurikulum pendidikan sebagai salah satu keterampilan kecakapan hidup dengan memperhatikan juga aspek technical skill, pengetahuan,nilai-nilai kepribadian dan perilaku yang diperlukan dunia kerja.

3. Greenesian Job Fair

Event yang mewadahi berbagai perusahaan untuk bertemu dengan para pencari kerja. Tujuan didadakan program ini untuk menginformasikan dan mempromosikan peluang dan contoh nyata Green jobs di sektor energi.

4. Greenesian Vacancy 

Baca juga : Puteri Indonesia Ajak Generasi Muda Aktualisasikan Pancasila

Greenesian vacancy diciptakan dalam upaya memfasilitasi generasi muda dalam mencari informasi lowongan Green jobs berbasis EBT.  Semakin banyak generasi muda yang turut andil dalam green jobs, maka semakin banyak pula pekerjaan yang melindungi dan memulihkan ekosistem, meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku dan berkontribusi signifikan dalam mendorong upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Perwujudan Greenesian melalui sektor EBT membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, diantaranya adalah pemerintah sebagai pemangku kebijakan, perusahaan sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan paling penting generasi muda sebagai konseptor dalam memberikan ide-ide kreatif dimana generasi muda sebagai tonggak terlaksananya perubahan perubahan dalam suatu bangsa. Peran kolaboratif dari berbagai pihak tersebut tentunya tidak terbentuk secara instan, namun membutuhkan proses yang konsisten dan sistematis, mulai dari sosialisasi, mobilisasi, persuasi, hingga implementasi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.