Dark/Light Mode

Sistem Pemilu Jangan Melenceng Dari Pancasila

Sabtu, 31 Desember 2022 15:00 WIB
Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta, Brando Susanto. (Foto: Ist)
Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta, Brando Susanto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta, Brando Susanto menyoroti, soal sistem Pemilu proporsional terbuka dan tertutup yang saat ini hangat dibicarakan masyarakat.

Menurut Brando, sistem proporsional terbuka dan tertutup masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang partai politik dan masyarakat yang memilih. Keduanya adalah elemen utama dalam sistem demokrasi.

"Masyarakat tanpa partai politik dalam konteks demokrasi tentu akan makin anarkis bentrokannya (no rules) dalam kontestasi politiknya. Hal ini berimbas pada absennya kesepakatan bersama yang dihormati bersama dalam kontestasi. Begitu juga partai politik tanpa masyarakat yang terwakili jadi omong kosong," kata Brando, Sabtu (31/12).

Baca juga : Negara Pancasila

Di sisi lain, lanjut Brando, masyarakat yang partisipasinya rendah atau tidak dihiraukan oleh elite partai politik akan mematikan api demokrasi. Karena itu, keduanya punya peran utama yang harus berjalan beriringan bukan menegasikan satu dengan yang lain.

Brando menilai, Indonesia sedari awal pemilunya berasaskan demokrasi Pancasila terkandung dalam sila keempat, yakni kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. "Dengan ini, bukan demokrasi liberal ala Barat maupun demokrasi terkondisikan model China,” ujarnya. 

Walaupun, kata dia, terdapat masih banyak perdebatan. “Sistem proporsional tertutup, artinya partai dan platformnya dipilih konstituen sehingga tidak individualistik peran para calegnya. Biaya kampanye menjadi sentralistik sehingga cenderung lebih murah, karena persaingan internal partai tidak terjadi di forum-forum terbuka publik," tuturnya.

Baca juga : LPOI & LPOK Dorong Pemerintah Terbitkan Larangan Ideologi Kontra Pancasila

Namun sistem tersebut memiliki kekurangannya, like or dislike internal partai harus bisa dikurangi tajam dengan meritokrasi berbasis kinerja para dewannya kelak. Brando berpendapat proporsional tertutup alat ukurnya kadang jelas, tetapi penerapannya masih kurang tegas cenderung bernuansa eweuh pakewueh Timur.

Sementara, proporsional terbuka, mengundang kontestasi internal maupun eksternal partai lebih dinamis, maka biaya akan tinggi. Masyarakat akan disajikan ribuan pilihan yang mungkin saja banyak yang over-rated atau dilebih-lebihkan di tengah gencarnya sosial media dan rendahnya edukasi informasi termasuk pengawasan berita hoaks.

Brando menilai, proporsional terbuka memiliki kelebihan yakni keterlibatan masyarakat pemilih lebih tinggi. Hal ini bisa dicek secara detail sampai ke jejak rekam pribadi para calegnya, tidak hanya parpolnya. Brando berharap agar kontestasi pemilu yang dibangun dengan berbagai sistem baik terbuka maupun tertutup.

Baca juga : Soal Beras Dan Pangan, Mendag Zulhas Bicara Stimulus Atasi Masalahnya

Untuk itu, perlu adanya gerakan sadar politik sehingga masyarakat dan seluruh elemen memaknai sungguh-sungguh demokrasi menghendaki perubahan untuk kebaikan bersama bagi peradaban manusia. “Akhirnya, perlu bikin sadar politik, demokrasi adalah alat bukan tujuan. Tujuan sistem Pemilu apapun, hendaknya membawa kebaikan bagi peradaban manusia,” ujar alumnus FISIP Unpar tersebut.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.