Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ekonom Beberkan Keuntungan Proyek PLTU Riau-1

Keluar Duit Sedikit, PLN Dapat Saham Mayoritas

Jumat, 13 September 2019 12:11 WIB
Direktur PLN Non Aktif Sofyan Basir. (Foto: M.Qori Haliana/Rakyat Merdeka).
Direktur PLN Non Aktif Sofyan Basir. (Foto: M.Qori Haliana/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom Sunarsip dihadirkan sebagai saksi meringankan dalam sidang perkara Sofyan Basir, Direktur Utama PLN nonaktif.

Menurut mantan komisaris BRI itu, Sofyan inovatif dan punya pemikiran brilian. Ini bisa terlihat dari skema yang dite rapkan untuk proyek PLTU Riau-1.

“Jujur saya mengatakan tidak memiliki pengetahuan teknis yang utuh mengenai proyek tersebut. Namun sebagai orang yang memiliki pengalaman di bidang keuangan, saya cukup bisa memahami bagaimana konsep skema kerja sama yang di rancang dalam proyek PLTU Riau-1 antara PLN dengan mitra swastanya, Independent Power Producer (IPP),” kata Sunarsip.

Ia menganggap, skema kerjasama (joint venture) yang dirancang atau yang ditawarkan PLN kepada calon mitranya dalam proyek PLTU Riau-1, merupakan hasil gagasan out the box.

Sofyan berusaha memaksimalkan keuntungan bagi PLN. Dimana PLN akan menjadi pemilik saham mayoritas 51 persen. Dengan jumlah kewajiban yang kecil.

Baca juga : Tak Ada Bukti Nyata, BPN Dituding Mengada-ada

“Ide bisnis yang luar biasa,” kata Sunarsip. Ia menjelaskan, PLN hanya perlu menyediakan dana 20 persen dari total ekuitas proyek PLTU Riau-1.

Sisanya, yaitu 80 persen ditanggung mitra swasta (IPP). Melalui pinjaman yang diberikan oleh mitra swasta (IPP) atau disebut den-gan istilah shareholders/equity loan (SHL).

Selain memberikan SHL kepada PLN, mitra swasta (IPP) juga berkewajiban membawa lender (bank) yang bertindak sebagai pemberi pinjaman untuk membiayai kekurangan nilai proyek yang tidak dapat dibiayai melalui ekuitas.

Tentunya, bunga pinjaman yang berlaku adalah bunga pin jaman yang kompetitif. Kemudian, harga kontrak jual listrik yang diikat adalah harga jual di bawah Biaya Pokok Pengadaan (BPP) listrik, yaitu sekitar 70 persen BPP.

Dengan skema seperti ini, Sunarsip sudah memperkirakan proposal JV dari PLN tidak akan dapat dengan mudah dapat diterima oleh calon mitra.

Baca juga : Tak Usah Curhat Ke Media Asing, Lapor Bawaslu Saja

Sebab PLN bakal memperoleh mayori-tas nilai (value) yang dihasilkan oleh proyek ini. Menurut Sunarsip, ada beberapa keuntungan yang bakal diperoleh PLN dalam proyek PLTU Riau-1.

Pertama, dana yang harus disetor rendah, sehingga tidak mengganggu arus kas perusahaan. Kedua, lender (bank) yang kredibel dengan tingkat bunga pin-jaman yang kompetitif.

Ketiga, investor yang kredibel. Keempat, harga jual listrik yang rendah.Untuk meyakinkan skema ini kepada calon mitra tentu tidak mudah. Perlu orang yang mengerti betul pola ini.

 “Saya kira Saudara Sofyan Basir selaku Direktur Utama sekaligus sebagai penggagas skema ini perlu menjelaskannya sendiri kepada para pemangku kepentingan, terutama kepada calon mitranya,” kata Sunarsip.

“Hanya mitra yang memiliki orientasi investasi jangka pan-jang dan memiliki intuisi bisnis yang tajam yang dapat menerima proposal skema joint venture ini,” lanjutnya.

Baca juga : Papua Juga Bisa Jadi Kandidat Ibu Kota Baru

Sunarsip pun menyayangkan jika proyek PLTU Riau-1 dibatalkan.

“Adakah yang pernah berfikir berapa potensi kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan proyek PLTU Riau-1 tersebut,” tutupnya. [GPG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.