Dark/Light Mode

JCC Selesai Bersolek, Siap Jadi Venue KTT ke-43 ASEAN

Kamis, 31 Agustus 2023 12:35 WIB
Sejumlah pekerja menyelesaikan renovasi Jakarta Convention Center JCC untuk Konferensi Tingkat Tinggi KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, Rabu 23/8/2023. Rangkaian agenda KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta akan berlangsung pada tanggal 2-7 September 2023, dan pelaksanaannya akan bertempat di JCC, Jakarta. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp)
Sejumlah pekerja menyelesaikan renovasi Jakarta Convention Center JCC untuk Konferensi Tingkat Tinggi KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, Rabu 23/8/2023. Rangkaian agenda KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta akan berlangsung pada tanggal 2-7 September 2023, dan pelaksanaannya akan bertempat di JCC, Jakarta. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bentuk atap bangunan yang terletak di tengah kota Jakarta ini benar-benar ikonik, mengingatkan pada mangkuk terbalik yang sulit dilupakan. Ini menjadi fitur unik yang membantu siapa pun mengingat namanya sejak era 1980-an. 

Terletak dekat Gedung Parlemen, Jembatan Semanggi, markas Televisi Republik Indonesia, dan Komplek Stadion Gelora Bung Karno, tempat yang meliputi lahan seluas tiga hektar ini diberi nama Balai Sidang Jakarta oleh Presiden Soekarno.

Pembangunannya dimulai pada tanggal 8 Februari 1960, Balai Sidang Jakarta bersama bangunan-bangunan yang disebutkan di atas awalnya adalah bagian dari ambisi besar Bung Karno untuk menampilkan kekuatan Indonesia dan kemegahan Jakarta dalam Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (Ganefo), sebagai alternatif Olimpiade. Acara tersebut awalnya dijadwalkan pada 10-22 November 1963.

Namun, seperti yang diungkapkan oleh sejarawan Adolf Heuken, penulis "Sejarah Jakarta Dalam Lukisan dan Foto," acara tersebut tidak menggunakan Balai Sidang karena belum selesai. Biaya pembangunan saat itu mencapai USD12,5 juta atau sekitar Rp187,5 miliar.

Arsitek Soejoedi Wirjoatmodjo, yang mengenyam pendidikan arsitektur di Prancis, Belanda, dan Jerman, terpilih untuk merancang dan membangun Balai Sidang. 

Menurut Bagoes Wiryomartono dalam tulisan "Soejoedi and Architecture in Modern Indonesia" yang diterbitkan dalam Journal of Architectural Research pada 6 Juni 2016, Soejoedi adalah salah satu arsitek Indonesia pascakemerdekaan yang meletakkan dasar-dasar desain modern.

Desain modern ini merupakan upaya Soejoedi untuk membebaskan diri dari pengaruh gaya kolonial yang masih tercermin pada banyak bangunan lama di Indonesia. 

Ia juga merancang sejumlah bangunan ikonik di awal 1960-an, seperti Gedung MPR/DPR/DPD RI, Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Kementerian Pertanian, dan berbagai kantor kedutaan besar Indonesia di luar negeri, termasuk Kuala Lumpur dan Kolombo.

Baca juga : Presiden Jokowi: Persiapan KTT Ke-43 ASEAN Sudah Mantap

Pada tahun 1974, Balai Sidang akhirnya selesai dibangun, dilengkapi dengan Plenary Hall, auditorium besar berkapasitas 5.000 orang dengan atap kubah raksasa terbalik, mirip mangkuk.

Bangunan ini langsung digunakan untuk konferensi tahunan Asosiasi Biro Perjalanan Asia Pasifik (PATA) ke-23 pada April 1974. Perhelatan ini menandai dimulainya perjalanan Balai Sidang Jakarta sebagai pusat konvensi terbesar di Indonesia pada saat itu.

Renovasi Besar-besaran

Setelah Indonesia dipilih sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 Gerakan Nonblok pada 1992, Balai Sidang Jakarta mengalami renovasi besar-besaran. Ini dilakukan untuk menyambut perhelatan besar yang dihadiri oleh 62 pemimpin dan kepala negara anggota Gerakan Nonblok, serta delegasi dari 109 negara. Presiden Kedua RI, Soeharto, meresmikan renovasi tersebut pada 25 Agustus 1992.

Setelah selesai direnovasi, Balai Sidang memiliki 13 ruang pertemuan berbagai ukuran. Luas lahan juga bertambah menjadi 12 hektar setelah renovasi. Selain Plenary Hall, ada Assembly Hall seluas 3.921 meter persegi yang dapat menampung 4.500 orang. Ada juga Cendrawasih Room seluas 2.109 m2 serta 10 ruang lainnya yang mampu menampung antara 20 hingga 1.000 orang.

Sebuah terowongan bawah tanah juga dibangun untuk menghubungkan pusat konvensi dengan sebuah hotel besar di sekitarnya. Terowongan ini dilengkapi dengan travelator atau tangga datar berjalan untuk kenyamanan. Setelah renovasi, Balai Sidang Jakarta diubah namanya menjadi Jakarta Convention Center (JCC).

Menurut informasi dari pengelola, hasil renovasi menghasilkan dua ruang pameran besar, yaitu Exhibition Hall A dan B dengan luas masing-masing 3.060 m2 dan 6.075 m2. Kedua ruang tersebut dihubungkan oleh koridor seluas 450 m2. Setelah Konferensi Tingkat Tinggi ke-10 Gerakan Nonblok, JCC semakin diminati sebagai tempat konvensi.

Hingga saat ini, lebih dari 30 ribu acara telah diadakan di sini, termasuk wisuda universitas, pertemuan tingkat nasional dan internasional, pameran produk kerajinan dan otomotif, serta konser musik dari artis-artis terkenal Indonesia dan internasional. JCC juga menjadi tuan rumah festival musik jazz kelas dunia.

Pada saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, beberapa cabang beladiri memilih JCC sebagai lokasi pertandingan. 

Baca juga : Sosialisasi 4 Pilar, Bamsoet Ajak Kadin Jadi Pengusaha Bela Negara

Bahkan, saat Istora Senayan sedang direnovasi untuk persiapan Asian Games 2018, kejuaraan bulu tangkis Indonesia Open 2017 juga diadakan di JCC.

Tuan Rumah KTT ke-43 ASEAN

JCC kembali menjadi pusat perhatian saat menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN pada tahun 2023, yang akan berlangsung pada 5-7 September. 

Pada 13 Januari 2023, Presiden Jokowi mengunjungi JCC untuk mengecek ruang-ruang yang akan digunakan dalam KTT tersebut. Setelah kunjungan tersebut, JCC dipercantik.

Proses persiapan pun dimulai, dengan anggaran sekitar Rp 115,88 miliar, JCC bersolek agar terlihat lebih segar dan menarik. Lebih dari 22 negara dan sembilan organisasi internasional dijadwalkan hadir di KTT tersebut. 

Selain renovasi fisik, perbaikan juga meliputi bagian lanskap dan tempat parkir untuk tamu VIP. Sentuhan artistik kembali diberikan pada tampilan interior ruangan dengan mengadopsi elemen budaya tradisional Indonesia. 

Yori Antar, yang dikenal sebagai Pendekar Arsitektur Indonesia, terlibat dalam merancang konsep utama dengan perpaduan desain budaya tradisional Indonesia.

Seorang arsitek senior dari rumah desain Han Awal juga turut berkontribusi dengan gaya desain yang khas, memadukan unsur budaya tradisional dengan teknologi modern. Pendekatan ini telah terbukti sukses pada sejumlah destinasi wisata di Indonesia.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, menjelaskan bahwa renovasi JCC mengutamakan karakter dan identitas bangsa Indonesia. Dengan tambahan ornamen seperti balutan rotan sintetis, dinding empuk, dan karpet baru, JCC diharapkan akan mencerminkan keragaman budaya Indonesia.

Baca juga : Investasinya Besar, China Jadi Mitra Terdepan ASEAN

"Kami menambahkan instrumen yang menggambarkan keragaman Indonesia misalnya ada ornamen balutan rotan sintetis, padded wall, dan karpet baru," ujar Diana. 

Proses renovasi dimulai pada 23 Juni 2023 dan dibagi menjadi empat zona, meliputi dari bagian bawah JCC atau Lower Ground hingga Ground Floor. Seluruh 13 ruang pertemuan diperbarui, termasuk toilet dan fasilitasnya. Terowongan bawah tanah juga direnovasi agar lebih nyaman digunakan oleh delegasi saat KTT ke-43 ASEAN 2023 berlangsung.

Upaya serupa juga dilakukan pada musala di JCC, yang diperbaharui untuk memberikan kenyamanan dalam beribadah. Ruang tunggu utama VVIP serta area presiden juga mendapatkan penyegaran. Pada zona terakhir, Kementerian PUPR memperbarui tampilan eksterior Balai Sidang untuk menyambut tamu negara, termasuk pemasangan kanopi besar, penataan area drop-off, peningkatan taman, serta pembangunan musala di luar bangunan utama.

Tidak hanya JCC yang mendapatkan sentuhan perbaikan, kawasan sekitarnya juga mengalami peningkatan kualitas. Salah satunya adalah perbaikan jalan di Komplek Stadion Gelora Bung Karno sepanjang 4,67 kilometer dengan anggaran hampir Rp 30 miliar.

Presiden Jokowi sempat memantau proses renovasi ini pada tanggal 14 Agustus lalu. Saat itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meyakinkan bahwa proyek ini akan selesai tepat waktu.

Selain itu, PT Wijaya Karya, Tbk juga telah menyelesaikan pekerjaan rehabilitasi Jakarta Convention Center (JCC) dengan cepat. Dalam waktu hanya 72 hari, proyek ini selesai, lebih singkat dari target pemerintah selama 105 hari. 

"Setelah ini, WIKA akan fokus pada pemeliharaan yang dilaksanakan sekaligus untuk menjamin kualitas dan keamanan gedung," kata Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/8).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.