Dark/Light Mode

Bentuk MPR (Majelis Permusyawaratan Rembang)

Para Tokoh Ngadu dan Menangis ke Gus Mus

Senin, 13 November 2023 09:07 WIB
Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR). (Gambar: Istimewa)
Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR). (Gambar: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah tokoh membentuk Majelis Permusyawaratan Rembang (MPR), untuk menjadi wadah menyampaikan pendapat mengenai kondisi terkini bangsa. Mereka lalu ramai-ramai mendatangi kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus untuk mengadu sambil menangis.

Para tokoh hadir di kediaman Gus Mus, di Kelurahan Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023), sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka yang ikut sowan antara lain istri mendiang Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Omi Komariah Madjid. Kemudian mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, budayawan Goenawan Mohamad, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, hingga Antonius Benny Susetyo.

Kehadiran rombongan ini disambut salah satu menantu Gus Mus, Wahyu Salvana. Ia lalu mempersilakan para tokoh tersebut masuk ke ruang utama dan menemui mertuanya.

Sebelumnya, Wahyu sempat menjelaskan bahwa kedatangan para tokoh ke rumah Gus Mus hanya sowan biasa dan tidak ada urusan politik di baliknya. “Abah biasa disowani dari semua kalangan dan setiap tamu harus dimuliakan,” ujarnya.

Pertemuan berlangsung selama 1,5 jam lebih dan digelar secara tertutup. Setelah selesai sowan, para tokoh ini menggelar konferensi pers di tempat terpisah.

Baca juga : Ingin UMKM Maju, Pelaku Usaha Rembang Deklarasi Dukung Ganjar Presiden 2024

Sambil duduk berjejer dengan latar belakang kain warna hitam, koordinator acara Alif Iman Nurlambang menyampaikan intisari pertemuan para tokoh dengan Gus Mus. Dia menjelaskan, para tokoh punya pandangan yang sama mengenai situasi politik bangsa yang memprihatinkan. Salah satu yang disorot adalah intervensi terhadap Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka khawatir hal itu mengancam asas jujur dan adil dalam Pemilu 2024.

"Mengutip puisi Gus Mus, kita tengah menghadapi materi dengan rasa yang beda. Termasuk materi republik dengan rasa kerajaan,” ungkap Alif.

Dia mengatakan, para tokoh lintas budaya dan ilmu ini sepakat, proses politik itu harus berdasarkan nilai-nilai budaya yang luhur. Gus Mus bahkan berpesan, politik harus mementingkan etika dan moral, bukan mementingkan diri sendiri. Oleh karenanya, MPR akan terus menyuarakan pendapatnya agar pemimpin bangsa bersikap arif dan bijaksana.

“Pesan Gus Mus untuk terus memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua,” tandasnya.

Goenawan Mohamad menyatakan ikut pertemuan karena ingin berbagi rasa dan saling menularkan semangat. Sebab, saat ini semua bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. “Suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli. Sehingga yang ikhlas sudah mengalami erosi yang berat di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.

Baca juga : Termasuk Gibran, PDIP Tugaskan Kepala Daerah Muda Menangkan Ganjar-Mahfud

Sastrawan senior itu menilai, kalau sebuah masyarakat kehilangan rasa saling percaya, bisa membawa kehancuran terhadap kehidupan berbangsa. Berangkat dari situ, dia dan tokoh lain berkumpul untuk mencegah dampak buruk atas hilangnya kepercayaan masyarakat. “Sehingga bangsa ini bisa menempuh perjalanan yang lebih lama,” tukasnya.

Sementara, Omi Komariah Madjid mengungkapkan kekesalan dan kesedihannya terhadap situasi nasional yang terjadi belakangan ini. Saat curhat dengan Gus Mus, Omi tak bisa menahan tangisnya.

Dia mengatakan, saat ini pemberantasan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang diperjuangkan Gerakan Reformasi 98, tidak dijalankan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah. Bahkan, KKN justru semakin menggurita.

“Sangat memprihatinkan sekali, bahkan nepotisme kekuasaan Anda lihat sendiri. Ditunjukkan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu dan salah sama sekali. Itu yang membuat saya menangis,” katanya. “Ke mana hati nurani pemimpin kita itu? Jadi, kekuasaan itu menjadi menjadikan orang tertutup hati nuraninya,” sambungnya.

Sedangkan Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan alasannya mendatangi Gus Mus. Selain untuk menyampaikan pandangan, juga meminta nasihat. “Karena beliau punya kedalaman rasa dan kejernihan dalam berpikir,” jelasnya.

Baca juga : Infobrand.id Umumkan Jajaran Perusahaan Pemenang Top CSV dan SDGs Award 2023

Dalam pertemuan pun, Gus Mus merasakan kekecewaan serupa. Yang dikeluhkan itu sebenarnya bukan pemikiran elitis, atau analisis kaum intelektual. “Curhat ini hakekatnya apa yang terjadi di tengah-tengah kita,” ucap Lukman.

Warganet ramai mengomentari momen pertemuan para tokoh dengan Gus Mus ini. Mereka bersyukur, karena masih banyak orang yang mampu berpikir dengan jernih. "Alhamdulillah masih banyak yang menggunakan akal sehat," cuit akun @aawafa4J4.

Akun @Jelli_cent menyebut, setelah masa reformasi, ini adalah tahun terburuk saat negeri ini mengalami krisis demokrasi. “Semoga nasehat Gus Mus agar forum-forum seperti ini diperluas dengan melibatkan lebih banyak pihak mendapat perhatian. Rembang melawan pelanggaran konstitusi dan downgrade demokrasi," ujarnya.

“Kekhawatiran masyarakat ternyata menjadi kekhawatiran Gus Mus. Maka, beliau mengatakan bahwa kita harus kembali ke nilai-nilai yang beradab,” sahut @BungkusTukang.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka, edisi Senin (13/11), dengan judul “Bentuk MPR (Majelis Permusyawaratan Rembang), Para Tokoh Ngadu & Menangis Ke Gus Mus”.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.