Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
Sebelumnya
Sejalan dengan Dedi, pegiat sosial media dari Cyber Indonesia, Farhana Nabila Hanifah melihat bahwa hoaks di 2024 akan masih terbuka lebar untuk disebarluaskan.
Hanya saja, ia melihat perkembangan yang ada saat ini, kencederungan hoaks tidak terlalu berdampak pada kehidupan politik khususnya kaum muda Indonesia.
"Pengalaman 2019 lalu, saya sebagai pengguna sosmed dan pemerhati melihat bahwa 2023 saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai pintar memilah mana isu haoks, polarisasi dan sebagainya," kata Nabila.
Pun ada peluang bahwa hoaks bisa semakin masif beredar di kalangan masyarakat, baik di tongkrongan maupun di media sosial sepanjang Pilpres dan Pemilu 2024 nanti.
Baca juga : Tudingan Polisi Tidak Netral Bisa Ganggu Pemilu 2024
"Apakah nggak (penyebarannya) separah yang lalu belum tentu. Karena 2024 kan belum terjadi, tapi saat ini saya bilang masyarakat Indonesia lebih cukup cerdas," ujarnya.
Hanya saja ia tetap memiliki keyakinan dengan melihat situasi saat ini, Pemiulu 2024 akan berakhir dengan menggembirakan.
"Kita masih optimistis 2024 happy ending. Apalagi kalau mendengar survei tadi kenapa generasi milenial lebih suka dan memilih Gerindra karena sejauh ini kita kenal Gerindra mampu menunjukkan bahwa mereka sangat menyenangkan dan menggembirakan. Artinya politik kita saat ini menggembirakan. Bahkan kalau di media sosial admin yang paling kocak itu Partai Gerindra," terangnya.
Oleh sebab itu, Nabila pun berharap semua elite politik mampu menciptakan pemilu yang menggembirakan agar hasil akhirnya pun happy ending.
Baca juga : Pidato Politik Megawati: Putusan MKMK Cahaya Terang Di Tengah Gelap Demokrasi
Terlebih anak muda Indonesia tidak suka politik yang adu domba dan kasar, mereka akan lebih menikmati politik yang menyenangkan dan menggembirakan. "Inilah wajah yang bisa sangat diterima generasi milenial kita," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Mardiansyah, Ketua Umum Rampai Nusantara mengingatkan bahwa kunci kebahagiaan Pemilu 2024 sejatinya ada di elite politiknya.
Apakah mereka akan selalu menghalalkan segala cara untuk bisa meraih kemenangan atau lebih mengedepankan penerapan nilai untuk ajang demokrasi lima tahunan ini.
"Kita sudah mengalami berbagai momentum demokrasi, bukan soal Pilpres tapi juga Pilkada. Yang mengkhawatirkan adalah semua tokoh elite politik dalam berkuasa adalah menghalalkan segala cara. Padahal nilai-nilai jauh lebih penting ketimbang kekuasaan," tutur Mardiansyah.
Baca juga : Kompolnas Ingatkan Polri Jaga Netralitas Di Pemilu 2024
Lebih lanjut, aktivis 98 ini juga mengingatkan agar tim sukses yang sudah dibentuk oleh kontestan Pemilu 2024 agar bisa lebih kreatif dalam mengampanyekan jagoan politiknya, apakah itu Capres-Cawapres, Caleg maupun Calon Kepala Daerah.
"Miskin ide, miskin gagasan yang akhirnya kita merasa perlu memproduksi hoaks dan politisasi yang jelas nrisikonya tinggi sekali, karena dampaknya ke nilai-nilai itu," tukasnya.
Ketua Umum Gerakan Pemerhati Kepolisian (GPK) Abdullah Kelrey memberikan pemahaman bahwa mengapa hoaks dan perpecahan muncul di setiap agenda politik.
Oleh sebab itu, ia pun menekankan agar semua elite dan pelaku politik lebih mengedepankan politik kasih sayang dan cinta, sehingga ruang gerak politik yang muncul bisa memberikan dampak yang positif.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya