Dark/Light Mode

Lokasi Tak Tentukan Pemerataan

Pakar: Ibu Kota Harus Dibangun Dengan Kolaborasi

Minggu, 19 November 2023 06:58 WIB
Studium Generale IDN Future di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada UGM, Sabtu (18/11/2023). Foto: Istimewa
Studium Generale IDN Future di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada UGM, Sabtu (18/11/2023). Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Ibu kota memiliki peran penting dalam pertumbuhan di suatu negara. Namun pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional tidak serta merta hanya ditentukan oleh lokasi ibu kota.

Pakar Sosiologi Perkotaan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof Sulfikar Amir memandang, di berbagai negara maju.

Salah satunya di Amerika Serikat terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tidak ditentukan oleh lokasi ibu kota.

"Pemerataan pertumbuhan sama sekali tidak ditentukan oleh lokasi ibu kota. Anda lihat ibu kota Amerika Serikat di Washington DC yang ada di pantai timur, tetapi justru California yang berada jauh dari ibu kota adalah negara bagian yang paling kaya. Sementara negara bagian yang paling miskin justru West Virginia yang dekat dengan ibu kota yaitu hanya 2 jam dari Washington DC," jelasnya dalam Studium Generale IDN Future di Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (18/11/2023).

Acara tersebut menghadirkan banyak akademisi dan diikuti lebih dari 500 perwakilan mahasiswa. Mereka membedah keberhasilan Jakarta sebagai kota kolaborasi dan kota global.

Baca juga : Luncurkan Penguatan SPI 2024, Itjen Komit Terus Perkuat Tata Kelola Kemenag

Menurut para narasumber, keberhasilan Jakarta Kota Kolaborasi di bawah kepemimpinan Anies Baswedan telah terbukti.

Kota kolaborasi harus semakin dikuatkan agar kondisi Jakarta semakin baik. Serta memberikan dampak langsung bagi masyarakat.

Dia menilai jika tujuan pemerintah membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk pemerataan pembangunan bukanlah alasan yang tepat.

Sulfikar menekankan bahwa pemindahan Ibu Kota untuk pemerataan pembangunan perlu memiliki basis teknokratik.

"Jika alasan pemindahan Ibu Kota karena dianggap tidak terbendungnya beban sosial-ekonomi Jakarta, justru tidak relevan," katanya.

Baca juga : Bupati Trenggalek: Bangun Bangsa, Kekuasaan Anak Muda Harus Bercorak Progresif

Ibu kota Jakarta saat ini masih bisa dibenahi dengan pendekatan dan tata kelola kolaborasi. Jakarta sudah mengalami perubahan signifikan 10-15 tahun terakhir.

Kemajuan Jakarta sekarang tak lepas dari peran para gubernur termasuk di bawah kepemimpinan Anies Baswedan. Serta gubernur-gubernur sebelumnya. Artinya masalah Jakarta bisa diselesaikan.

"Jakarta adalah proses yang memberi kita optimisme bahwa kota-kota Indonesia bisa dibenahi. Maka pemerataan pembangunan mestinya yang dibangun bukan 1 kota tapi 18 kota besar di seluruh Indonesia," ungkap Sulfikar.

Dia mengibaratkan kota seperti organisme yang tumbuh. Yaitu menyerap sumber daya, melakukan proses produksi dan kemudian mati.

"Ada kota yang hidup dan mati, ada kota yang belum sempat hidup sudah mati," ujar Sulfikar.

Baca juga : TPN Ganjar Mahfud Ingatkan Semua Pihak Jaga Iklim Demokrasi

Sementara Pakar Tata Kota UGM, Dr Tri Mulyani Sunarharum, Kota Kolaborasi ada banyak tantangan untuk mewujudkannya. Namun hal itu perlu diwujudkan di skala nasional.

"Di Pemerintahan tantangannya adalah bekerja masih ego sektoral, antar pemerintah di level kota/kabupaten dengan provinsi dan nasional," katanya.

Ia menegaskan, Ibu kota saat ini harus menguatkan iklim kolaborasi yang memungkinkan adanya dialog dua arah. Jadi tidak didominasi keputusan top down tapi juga bottom up, dan cross sectoral.

Menurutnya proses kolaborasi bisa bekerja dengan baik ketika Pemerintah mendapatkan kepercayaan publik, dan pemerintah mau memberikan kepercayaan pada publik.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.