Dark/Light Mode

Menyusuri Jejak Mandela Di Johannesburg, Prof Tjandra: Tak Ada Yang Tak Mungkin

Minggu, 26 November 2023 09:48 WIB
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Ist)
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam perjalanan ke kota Johannesburg, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menyusuri jejak mendiang Nelson Mandela. Pemimpin dan bapak Afrika Selatan ini adalah pemenang Nobel yang amat dikagumi.

Ia menceritakan bahwa jejak Mandela terlihat jelas di Kota Johanesburg. Mulai dari patung megah di Mandela Square, Jembatan Mandela, Yayasan Mandela, dan Museum Mandela.

"Banyak sekali jejak Mandela, termasuk patung besarnya di Mandela Square yang saya berfoto ini," kata Prof Tjandra kepada RM.ID.

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini juga bertandang ke daerah Soweto. Sebuah kawasan di pinggiran kota.

Soweto, kata Prof Tjandra adalah tempat berawalnya gerakan pemuda kulit hitam melawan rezim apartheid. Di sini, rumah sederhana berdinding batu bata yang rata-rata berukuran 40 meter persegi. Tapi rumah mungil ini dihuni hingga 11 orang.

Baca juga : Perangkat Desa Dukung Capres-Cawapres 2024, Puan: Nggak Ada Larangannya

Jika biasanya banyak orang memandang Soweto dari aspek politik, Prof Tjandra justru melihatnya dari sisi kesehatan. Yakni penyakit pernafasan yang dialami kaum kulit hitam akibat penggunaan atap asbes tersebut.

"Sehingga ada berbagai keluhan pernapasan yang mungkin sedikit banyak berhubungan dengan gejala penyakit asbestosis, suatu penyakit paru akibat debu asbes," tuturnya.

Awalnya, masyarakat kulit hitam tidak tinggal di Soweto, singkatan dari Southern West Township. Mereka dipaksa pindah ke kawasan pinggiran kota oleh rezim apartheid, karena ingin melakukan politik pemisahan penduduk berdasarkan ras warna kulit menggunakan isu kesehatan, yakni kasus pes bubonik atau bubbonic plaque.

Seperti diketahui, oleh rezim apartheid, kulit putih mendapat hak istimewa. Sementara ras warna kulit hitam dan lainnya ditindas. 

"Ada satu jalan di Soweto yang namanya Vilakazi Street, yang merupakan satu-satunya jalan di dunia di mana pernah tinggal dua orang penerima hadiah Nobel, yaitu Nelson Mandela dan Desmon Tutu," ujar Prof Tjandra.

Baca juga : Imin: Kalau Ada Yang Curang, Tolong Diteriaki, Kalau Ada Yang Tackling, Viralkan

Rumah Mandela yang dulunya amat sederhana, kini sebutnya sudah berubah menjadi museum yang dipenuhi pengunjung mancanegara.

Setelah 27 tahun dipenjara dan menjabat sebagai Presiden, Mandela tinggal di kediaman resmi yang kini menjadi kantor Nelson Mandela Foundation. 

Ia juga pindah ke rumah lain yang didiami hingga wafat pada tahun 1999 di usia 95 tahun. Rumah ini kemudian dijadikan hotel Sanctuary Mandela.

"Saya sempat melewati jalan yang dulu penuh dengan ribuan masyarakat yang berkabung di sekitar rumah tempat Mandela wafat," imbuhnya.

Di kota Johanesburg juga terdapat kantor Nelson Mandela Children's Fund, program yang digagas oleh presiden Mandela, karena perhatiannya yang cukup tinggi kepada anak-anak.

Baca juga : Pedoman Terbaru Pengobatan Covid-19

"Waktu ditanya ke Mandela tentang apa yang paling dirasa hilang ketika 27 tahun dipenjara maka jawabannya adalah anak-anak, children, dan itulah alasan dibentuknya Nelson Mandela Children's Fund ini," terangnya.

Prof Tjandra mengaku mengagumi banyak kata bijak Mandela. Salah satu yang paling disukainya adalah ketika Mandela menyebutkan; tidak ada yang tidak mungkin.

"Ada banyak kata bijak yang di sampaikan Mandela selama hidupnya, dan salah satu yang saya senangi adalah “It always seems impossible until it's done," pungkas Prof Tjandra.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.