Dark/Light Mode

Tingkatkan Literasi, DPR Usul Merangkum Buku Jadi Syarat Kelulusan Siswa

Sabtu, 2 Desember 2023 19:55 WIB
Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Garut, Jawa Barat, Sabtu (1/12). (Foto: Dok. Perpusnas)
Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Garut, Jawa Barat, Sabtu (1/12). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah menyoroti kebiasaan masyarakat, termasuk anak sekolah, yang sanggup menatap layar 5-7 jam per hari tapi sulit untuk membiasakan membaca buku. Dia pun usul ada tugas khusus untuk siswa agar literasi meningkat.

"Mungkin, di level sekolah harus dibuat peraturan jika ingin lulus sekolah harus merangkum buku," sarannya, pada talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Universitas Garut, Jawa Barat, Sabtu (1/12/2023).

Dia lalu membeberkan kondisi dan jumlah perpustakaan di sekolah yang masih jauh dari ideal. Dari 443.939 sekolah di Indonesia, jumlah perpustakaan sekolah hanya 199.597 unit. Lebih miris lagi, jumlah tenaga perpustakaan sekolah baru ada 54.763 orang.

Baca juga : ICT Institute Usul KPU Perkuat Keamanan IT

Ferdiansyah menguraikan, ada empat kesenjangan di perpustakaan sekolah. Pertama, pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk beroperasi secara efektif dalam lingkungan digital. Kedua, tidak semua tenaga perpustakaan sekolah memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008.

"Ketiga, tenaga perpustakaan masih banyak dirangkap guru sekolah. Keempat, soal ketidakjelasan status kepegawaian tenaga perpustakaan sekolah," urainya, 

Selain keempat faktor yang dianggapnya sebagai kesenjangan di perpustakaan sekolah, Ferdiansyah juga mengingatkan enam literasi dasar yang mutlak dimiliki masyarakat, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewarganegaraan.

Baca juga : Kepincut Gagasan Ganjar, Mahasiswa Toraja Jadi Semangat Wujudkan Indonesia Emas

Pendidikan sejatinya menghasilkan bangsa yang cerdas. Tidak semata mengandalkan lembaga sekolah. Pendidikan juga harus disentuh dari rumah. "Indikator bangsa yang cerdas tampak dari kesejahteraannya," ucap Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando

Dia melanjutkan, parameter cerdas bukan hanya pandai tetapi juga dilihat dari karakter, sopan santun, kejujuran, etos kerja. Jika ingin menjadi pemenang, jadilah negara produsen. "Tanpa kontribusi pendidikan, perubahan ekonomi tidak akan bisa jalan," terang Syarif. 

Di acara yang sama, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Garut, Totong, mengatakan bahwa pihaknya juga memiliki tantangan yang tidak ringan. Sebagai Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum sedang bertransformasi menjadi wadah repositori pengetahuan nasional, market place, co-working space, inisiator digital publishing, dan inklusi sosial. 

Baca juga : Kepala BNPT Ingatkan Generasi Muda Waspadai Paham Kebencian Di Dunia Maya

Sementara, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Pendidikan Indonesia IPI Garut Asep Nurjamin mengatakan, literasi digital adalah pemahaman dan keterampilan yang diperlukan pengusaha untuk beroperasi secara efektif dalam lingkungan digital. 

Perlu diperhatikan beberapa kata kunci ketika mengenal dan memahami literasi digital, seperti advertising, personal selling, interactive marketing, dan sebagainya

"Dalam literasi digital ada hal-hal yang wajib diperhatikan. Antara pemahaman platform digital, keamanan digital, pemasaran digital, e-commerce, analisis data, inovasi teknologi, kolaborasi, dan keterampilan soft digital," pungkas Asep.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.