Dark/Light Mode

IPMI: Tensi Geopolitik Bikin Konsep Deglobalisasi Makin Ngetren

Jumat, 8 Desember 2023 12:36 WIB
Rektor IPMI International Business School, Prof Aman Wirakartakusuma bersama Direktur USC Marshall School of Business, Prof. Richard Drobnick. (Foto: Ist)
Rektor IPMI International Business School, Prof Aman Wirakartakusuma bersama Direktur USC Marshall School of Business, Prof. Richard Drobnick. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dinamika perekonomian global pasca pandemi menghadapi tantangan yang berat saat ini hingga tahun-tahun mendatang. Berbagai persoalan seperti ketegangan geopolitik global, gangguan pasokan makanan, kekurangan energi, secara kolektif membentuk apa yang oleh para ahli disebut sebagai polikrisis.

Hal itu dikatakan Rektor IPMI International Business School, Prof Aman Wirakartakusuma dalam Power Talk bertajuk 'Thinking about Indonesia Business Environment 2024 & 2025' di Kampus IPMI, Kalibata, Jakarta, baru-baru ini. Diskusi itu juga menghadirkan pembicara mantan Direktur USC Marshall School of Business, Prof. Richard Drobnick.

Baca juga : Pakar: Tim Prabowo-Gibran Kampanye Dengan Tindakan Nyata

Prof Aman menambahkan, ketegangan geopolitik menyebabkan konsep deglobalisasi semakin menonjol, yang menyebabkan negara-negara besar mengubah arah kebijakan ekonomi mereka sehingga berdampak besar bagi seluruh perekonomian global. Negara-negara di dunia sedang mempertimbangkan kembali kekuatan dan ketahanan lokal mereka di berbagai bidang seperti sistem pangan berkelanjutan, dan memprioritaskan ketahanan pangan nasional dengan larangan ekspor.

"Beberapa pihak menunjuk pada peristiwa seperti Brexit, Trumpisme, perang Ukraina, masalah rantai pasokan, krisis energi global, dan penurunan investasi asing langsung selama satu dekade sebagai indikatornya. Para pembuat kebijakan berupaya menemukan keseimbangan yang tepat antara solusi global dan lokal di berbagai bidang, mulai dari perdagangan hingga perubahan iklim dan migrasi," ujarnya.

Baca juga : Kevin Mendoza Bikin Lini Belakang Persib Makin Angker

Ditambahkan, situasi nasional dan global menghadirkan agenda yang penuh tantangan, yang berdampak pada kebijakan publik dan berdampak pada lingkungan bisnis. Pengaruh lanskap politik terhadap perdagangan dan arus keuangan dapat melemahkan kepercayaan terhadap investasi internasional. Kendati demikian, kekuatan deglobalisasi mampu mengatasi permasalahan dalam negeri tertentu, serta representasi perdagangan global yang adil memerlukan standar internasional yang dapat ditegakkan.

Sementara Prof Richard Drobnick mengatakan, krisis energi akibat perang di Ukraina menambah kompleksitas permasalahan yang ada, sehingga menciptakan krisis multidimensi yang memperburuk perekonomian. Di dunia Barat saat ini, terdapat pergeseran ke arah skeptisisme yang lebih besar terhadap pendekatan global dibandingkan dengan optimisme pada tahun 1990an.

Baca juga : Pemilu 2024 Dalam Perspektif Geopolitik Indonesia

"Deglobalisasi ditandai oleh munculnya semangat menempatkan kepentingan nasional sebagai hal yang lebih penting ketimbang kepentingan bersama skala global. Jadi ada kemunduran integrasi global, kebijakan proteksionisme makin marak, dan peningkatan semangat populisme," ucapnya.

Menurutnya, gejala deglobalisasi berpotensi menimbulkan konflik besar di masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap negara harus memperkuat ketahanan nasional di berbagai bidang yang disertai optimalisasi kemandirian industri sehingga bisa survive dari gempuran era baru deglobalisasi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.