Dark/Light Mode

Rapat di Kantor WHO, Prof Tjandra Ungkap Pentingnya EOC Dan SHOC

Kamis, 8 Februari 2024 10:00 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama berselfie di depan Kantor  Public Health Emergency Operation Center (EOC) WHO, di Jenewa, Swiss. (Foto: Ist)
Prof. Tjandra Yoga Aditama berselfie di depan Kantor Public Health Emergency Operation Center (EOC) WHO, di Jenewa, Swiss. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama saat ini sedang mengikuti rapat di kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss. Salah satu yang dibahas dalam rapat tersebut adalah menguatkan hubungan internasional dalam menangani wabah pandemi. Selain itu, rapat juga membahas soal penguatan kerja sama internasional dalam menangani kegawatdaruratan kesehatan masyarakat serta pentingnya Emergency Operation Center (EOC) dan Strategic Health Operation Centre (SHOC). 

Rapat yang diikuti Prof Tjandra adalah rapat untuk me-review aturan “International Health Regulation (IHR)” yang dikeluarkan tahun 2005 dan mulai berlaku pada 2007. Banyak sekali yang dibahas, termasuk tentu tentang berbagai aspek pandemi dan juga hubungan internasional tentang penanganan penyakit menular yang berpotensi menyebar antar negara. Rapat berlangsung maraton dari 09.30 sampai 17.30, dengan target hasilnya akan disampaikan pada "World Health Assembly" bulan Mei 2024.

"Kalau ini dapat terwujud maka dunia akan memiliki instrumen yang jauh lebih baik dalam menghadapi kemungkinan wabah internasional atau pandemi mendatang," kata Prof Tjandra. 

Baca juga : Pengamat Apresiasi Pernyataan Penutup Prabowo: Merangkul, Pentingkan Persatuan

Di sisi lain, IHR (2005) yang sekarang berlaku antara lain menyebutkan bahwa negara perlu membentuk, memperkuat dan memelihara kemampuannya untuk merespon secara efektif kemungkinan terjadinya risiko kesehatan masyarakat dan juga bila terjadi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (“public health emergency of international concern - PHEIC”).

"Dalam rangka hal ini maka pada tahun 2012 WHO membentuk Public Health Emergency Operation Center (EOC)," ujarnya. 

Prof Tjandra menjelaskan, EOC di kantor pusat WHO ini, punya beberapa kegiatan penting, antara lain menyampaikan standar dan praktek terbaik EOC di negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia tentunya. Di dalamnya juga ada WHO

Baca juga : Debat Capres Pamungkas, Ganjar Ungkap Pentingnya Pembangunan yang Beradab

"Strategic Health Operation Centre (SHOC)" yang memantau situasi kejadian kesehatan masyarakat (“public health events”) selama 24 jam di seluruh dunia, yang berkoordinasi dengan EOC atau SHOC di berbagai negara di dunia. 

 

"Tentunya tujuannya adalah untuk mendeteksi, menangani dan memfasilitasi kerjasama internasional bila terjadi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat," paparnya. 

Baca juga : Demi 4 Besar, Persib Bandung Bidik Poin Penting Lawan Persis

"Untuk kita di Indonesia, karena negara kita besar dan luas, maka tentunya baiknya ada semacam EOC di tingkat nasional (yang memang sudah ada) dan juga daerah, baik propinsi maupun kabupaten/kota," sarannya. 

Prof Tjandra mengatakan, ada tiga hal penting yang dapat dilakukan. Pertama, ini adalah bentuk surveilan dan deteksi dini kalau ada masalah kegawatdaruratan kesehatan masyarakat di pelosok manapun negara kita. Kedua, pemerintah pusat dapat dengan segera melakukan tindakan penanganan keadaan supaya tidak makin meluas.

"Ketiga, akan mungkin ada kerjasama antar daerah untuk mendeteksi potensi dan juga segera mengatasi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat," pungkasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.