Dark/Light Mode

Dari Impor Sampai Operasi Pasar

Pemerintah Jor-joran Jinakkan Harga Beras

Rabu, 28 Februari 2024 08:10 WIB
Kepala Bapanas Arief Prasetyo. (Foto: Bapanas)
Kepala Bapanas Arief Prasetyo. (Foto: Bapanas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah melakukan berbagai cara demi jinakkan harga beras di pasaran. Selain menambah kuota impor beras, pemerintah juga rajin menggelar operasi pasar di berbagai lokasi. Harapannya, memasuki bulan Ramadan, harga beras sudah bisa dikendalikan.

Sebenarnya, operasi pasar sudah dilakukan pemerintah dalam sepekan terakhir. Sayangnya, cara tersebut masih belum berhasil. Di sejumlah pasar tradisional di Jakarta, harga makanan pokok orang Indonesia itu itu masih terbilang tinggi.

Harga beras premium misalnya, masih dibandrol Rp16 ribu per kilogram. Bahkan merujuk Info Pangan DKI, harga beras premium di Pasar Pluit sudah mencapai Rp 20 ribu per kilogram. Sementara harga beras medium dibandrol Rp14 ribu hingga Rp15 ribu kilogram.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga beras premium memang masih mengalami kenaikan. Per hari Selasa (27/2/2024), harga beras premium naik Rp 150 per kilogram menjadi Rp 16.520 per kilogram. Sedangkan harga beras medium naik Rp 90 menjadi Rp 14.390 per kilogram.

Baca juga : PPP Dikabarkan Balik Arah, Rommy Bantah

Mengatasi harga beras yang belum stabil itu, pemerintah mengambil kebijakan baru yaitu menambah impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Hal tersebut disampaikan Kepala Bapanas Arief Prasetyo saat ditemui di Depok, Selasa. Kata Arief perintah menambah impor beras itu disampaikan Jokowi dalam rapat kabinet paripurna di Istana Negara, Senin (26/2).

Arief mengatakan, Presiden Jokowi ingin memastikan ketersediaan pangan dalam menghadapi bulan Puasa dan Lebaran 2024. Karena itu, Presiden memerintahkan Bapanas agar mengguyur beras dari Perum Bulog ke daerah-daerah yang mengalami kenaikan yang tinggi.

Selain itu, kata dia, Pemerintah juga menambah kuota impor beras tahun ini sebesar 1,6 juta ton. Dengan tambahan tersebut, kuota impor beras tahun ini menjadi 3,6 juta ton.

Arief menerangkan, kuota tambahan impor itu merupakan langka kewaspadaan terhadap kekurangan beras ke depan. kondisi iklim yang mempengaruhi pertanian tidak bisa diprediksi.

Baca juga : Menkes: Kalau Rp 15 Ribu Kenyang Nggak?

“Ini namanya early warning system, jangan sudah kejadian (beras langka), kita enggak punya stok atau baru nyari-nyari. Nanti harga beras yang di dunia itu angkanya akan tinggi,” kata Arief.

Arief menjelaskan, stok beras di gudang Bulog setidaknya harus terisi sebanyak 1,2 juta ton beras. Sementara, data terakhir tercatat stok beras berada di angka 800 ribu ton. Saat ini, beras yang sedang terkirim dari luar negeri atau goods in transit berada di kisaran angka 500 ribu hingga 600 ribu ton.

“Jadi memang kita harus terus menjaga stok di 1,4 juta ton,” kata Arief.

Arief menyampaikan, Pemerintah harus memiliki cadangan beras pemerintah (CBP) untuk mencegah kelangkaan. Baik yang disebabkan oleh ancaman cuaca maupun produksi dalam negeri yang terganggu oleh hama.

Baca juga : Firman Soebagyo: Gejolak Harga Ini Sesuatu Yang Klasik

Arief menyebut, antisipasi kelangkaan beras tidak bisa dilakukan secara mendadak, dibutuhkan persiapan hingga tiga bulan ke depan. Karenanya, rencana impor beras menjadi langkah mitigasi untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri yang mencapai 2,5 juta ton per bulan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.