Dark/Light Mode

Sudirman Said: Teater Potensi Jadi Industri Kreatif Bertaraf Internasional

Sabtu, 8 Juni 2024 16:47 WIB
Sudirman Said beserta istri dan Dedi Gumelar alias Miing Bagito beserta istri usai menonton pertunjukan Teater Koma di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Istimewa
Sudirman Said beserta istri dan Dedi Gumelar alias Miing Bagito beserta istri usai menonton pertunjukan Teater Koma di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Eks Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said turut terhanyut bersama dengan ratusan penonton dalam pertunjukan teater dengan lakon Matahari Papua di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (7/6/2024).

Pertunjukan itu mementaskan naskah Matahari Papua ditulis oleh Norbertus Riantiarno atau biasa dipanggil Nano Riantiarno pada tahun 2014 dan disutradarai oleh anaknya, Rangga Riantiarno.

Matahari Papua yang membawa pesan kemerdekaan, baik secara universal maupun individual ini juga diselingi dengan humor, kostum dan aksesoris lucu dan menarik, sehingga penonton ikut terhibur.

Baca juga : Pj Gubernur Jateng Upayakan Ahmad Yani Kembali Jadi Bandara Internasional

Selama ini, Teater Koma yang senantiasa membawa pesan sosial (politik) yang kental dalam kemasan pop.

"Ini karya sangat bagus, hiburan sekaligus edukasi yang memiliki banyak makna dan membawa pesan tentang kemerdekaan baik secara individu maupun universal. Karya ini merupakan dedikasi almarhum Mas Nano terhadap seni pertunjukan yang kemudian dilanjutkan putranya, Mas Rangga," ujar Sudirman usai menonton Teater Koma lakon Matahari Papua, Jumat (7/6/2024).

Sejak berdiri sejak 1977, Teater Koma masih tetap eksis hingga saat ini. Hal ini, kata Sudirman, menunjukkan eksistensi dan konsistensi seni pertunjukan yang menginspirasi generasi penerus untuk menghargai kekayaan seni dan budaya bangsa.

Baca juga : Amanda Soemedi Buka Ngopi Cantik Bersama Mitra Dekranasda Jabar

Dia juga mengucapkan selamat untuk pagelaran Teater Koma yang ke-500 kalinya. Hal ini, menurutnya, menjadi bukti konsistensi Teater Koma di dunia kreatif yang bergerak jauh, bahkan sebelum istilah industri kreatif populer seperti saat ini.

"Kita sebagai bangsa yang majemuk memiliki kekayaan seni dan budaya. Jika ini dikelola dengan baik, sudah tersedia gedung pertunjukan, teater seperti ini [Graha Bhakti Budaya], maka cerita-cerita dan lakon seperti ini tidak hanya dipentaskan di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Jakarta ini kan menjadi melting pot, bisa membangun cerita apa saja dari seluruh nusantara. Kemudian ditampilkan secara nasional, dipilih yang terbaik untuk dibawa ke pentas global," tutur Sudirman.

Tidak hanya itu, cerita-cerita yang disajikan Teater Koma cerdik dan kontekstual pada masalah sosial di Indonesia. Banyak pembelajaran yang didapat oleh penonton dari sisi hiburan dan edukasi seperti lakon Matahari Papua yang menyampaikan pesan-pesan inspiratif.

Baca juga : Indonesia Berpotensi Jadi Digital Nation Besar Dunia

Selayaknya Teater Koma yang sudah berkiprah di panggung dunia, Sudirman berharap agar Pemerintah terus mendukung industri kreatif agar seni dan budaya Indonesia terus berkembang.

Dia juga berharap agar Jakarta sebagai kota global sudah selayaknya menjadi kiblat nasional dan internasional industri kreatif.

"Ini sangat mungkin karena Indonesia kaya dengan seni budaya yang dapat dikemas dalam pertunjukan berkelas dunia," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.