Dark/Light Mode
Antisipasi Potensi Gempa Bumi Super Besar
BMKG Beri Edukasi, Pelatihan Mitigasi Dan Langkah Evakuasi

RM.id Rakyat Merdeka - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan gempa bumi jenis megathrust, yang terjadi di Nankai, Jepang, Kamis (8/8/2024), bisa terjadi sewaktu-waktu di Indonesia. Pasalnya, ada dua celah seismic di Indonesia yang belum kembali melakukan pelepasan dorongan lempeng setelah beratus-ratus tahun. Hal ini jadi perbincangan di jagat maya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, para ilmuan Indonesia menyimpan kekhawatiran atas dua celah seismic, yakni seismic Selat Sunda dan seismic Mentawai-Siberut.
Celah seismic atau seismic gap merupakan daerah sesar yang pernah menghasilkan gempa bumi super besar di masa lalu. Namun belum kembali melepaskan dorongannya selama beratus-ratus tahun.
Baca juga : Pamor Dedie Rachim Stagnan, Rena Da Frina Bisa Jadi Kejutan
Menurutnya, berdasarkan hasil sejumlah penelitian, seismic Selat Sunda sudah tertidur selama 267 tahun. Sementara, seismic Mentawai-Siberut tertidur selama 227 tahun. Namun, para peneliti tak bisa memprediksi kapan kedua seismic itu akan terbangun melepaskan dorongannya.
“Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap gempa Megathrust di Nankai sama persis dengan apa yang dirasakan oleh ilmuwan Indonesia. Khususnya terhadap seismic gap Selat Sunda dan seismic gap Mentawai-Siberut. Rilis gempa di dua segmen ini boleh dibilang 'tinggal menunggu waktu', karena sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” ujar Daryono dalam keterangannya, Rabu (14/8/2024).
Menurutnya, bila celah seismic Selat Sunda melepaskan dorongan, celah itu akan menghasilkan megathrust alias gempa berdaya dorong super besar dengan kekuatan 8,7 magnitudo. Sementara, celah seismis Mentawai-Siberut berpotensi menghasilkan megathrust sebesar 8,9 magnitudo.
Baca juga : DPD Mau Bentuk Pansus Haji
“Potensi gempa di zona megathrust bukan hal baru. Apa yang saya sampaikan bukan pernyataan 'warning'. Kami mengingatkan tentang potensi yang akan terjadi,” cetusnya.
Belajar dari Pemerintah Jepang, lanjut Daryono, Negara Matahari Terbit sudah melakukan langkah-langkah mitigasi dan antisipasi atas Megathrust Nankai sejak tahun 1946. Sebab itu, gempa yang terjadi, Kamis (8/8/2024), tidak berdampak luas.
Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG juga sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempa bumi, serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Baca juga : Kualitas Pendidikannya Jangan Kaleng-kaleng
BMKG juga memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Community).
Terpisah, Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko mengatakan, megathrust Selat Sunda berpotensi menyebabkan gempa besar berkekuatan 8,7 magnitudo. Namun, angka tersebut belum bisa terverifikasi, sehingga tidak menutup kemungkinan kekuatan gempa di wilayah itu bisa mencapai 9 magnitudo atau lebih.
“Hal itu bisa terjadi, bila gempa Megathrust Selat Sunda bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya, yakni Megathrust Enggano di Bengkulu dan Megathrust Jawa Barat-Tengah, di sebelah timurnya,” ucap dia.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.