Dark/Light Mode

Antisipasi Potensi Gempa Bumi Super Besar

BMKG Beri Edukasi, Pelatihan Mitigasi Dan Langkah Evakuasi

Kamis, 15 Agustus 2024 07:25 WIB
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono. (Foto: Antara)
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan gempa bumi jenis megathrust, yang terjadi di Nankai, Jepang, Kamis (8/8/2024), bisa terjadi sewaktu-waktu di Indonesia. Pasalnya, ada dua celah seismic di Indonesia yang belum kembali melakukan pelepasan dorongan lempeng setelah beratus-ratus tahun. Hal ini jadi perbincangan di jagat maya.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, para ilmuan Indonesia menyimpan kekha­watiran atas dua celah seismic, yakni seismic Selat Sunda dan seismic Mentawai-Siberut.

Celah seismic atau seismic gap merupakan daerah sesar yang pernah menghasilkan gempa bumi super besar di masa lalu. Namun belum kembali me­lepaskan dorongannya selama beratus-ratus tahun.

Baca juga : Pamor Dedie Rachim Stagnan, Rena Da Frina Bisa Jadi Kejutan

Menurutnya, berdasarkan hasil sejumlah penelitian, seismic Selat Sunda sudah tertidur selama 267 tahun. Sementara, seismic Men­tawai-Siberut tertidur selama 227 tahun. Namun, para peneliti tak bisa memprediksi kapan kedua seismic itu akan terbangun me­lepaskan dorongannya.

“Kekhawatiran ilmuwan Je­pang terhadap gempa Mega­thrust di Nankai sama persis dengan apa yang dirasakan oleh ilmuwan Indonesia. Khu­susnya terhadap seismic gap Selat Sunda dan seismic gap Mentawai-Siberut. Rilis gempa di dua segmen ini boleh dibi­lang 'tinggal menunggu waktu', karena sudah ratusan tahun be­lum terjadi gempa besar,” ujar Daryono dalam keterangannya, Rabu (14/8/2024).

Menurutnya, bila celah seis­mic Selat Sunda melepaskan dorongan, celah itu akan meng­hasilkan megathrust alias gempa berdaya dorong super besar dengan kekuatan 8,7 magni­tudo. Sementara, celah seismis Mentawai-Siberut berpotensi menghasilkan megathrust sebe­sar 8,9 magnitudo.

Baca juga : DPD Mau Bentuk Pansus Haji

“Potensi gempa di zona mega­thrust bukan hal baru. Apa yang saya sampaikan bukan per­nyataan 'warning'. Kami meng­ingatkan tentang potensi yang akan terjadi,” cetusnya.

Belajar dari Pemerintah Je­pang, lanjut Daryono, Negara Matahari Terbit sudah melaku­kan langkah-langkah mitigasi dan antisipasi atas Megathrust Nankai sejak tahun 1946. Sebab itu, gempa yang terjadi, Kamis (8/8/2024), tidak berdampak luas.

Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG juga sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing dan diseminasi infor­masi gempa bumi, serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.

Baca juga : Kualitas Pendidikannya Jangan Kaleng-kaleng

BMKG juga memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Com­munity).

Terpisah, Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabu­han dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko mengatakan, megathrust Selat Sunda berpotensi menyebabkan gempa besar berkekuatan 8,7 magni­tudo. Namun, angka tersebut be­lum bisa terverifikasi, sehingga tidak menutup kemungkinan kekuatan gempa di wilayah itu bisa mencapai 9 magnitudo atau lebih.

“Hal itu bisa terjadi, bila gempa Megathrust Selat Sunda bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya, yakni Megathrust Enggano di Beng­kulu dan Megathrust Jawa Barat-Tengah, di sebelah timurnya,” ucap dia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.