Dark/Light Mode

Rajin Rapat, Jokowi Banyak Jengkelnya

Selasa, 17 Desember 2019 07:17 WIB
Presiden Jokowi (kiri) dan Wapres KH. Maruf Amin. (Foto: Sekretaris Kabinet RI)
Presiden Jokowi (kiri) dan Wapres KH. Maruf Amin. (Foto: Sekretaris Kabinet RI)

 Sebelumnya 
Dia pun menilai mafia migas telah bermain lama dan menghisap keuntungan dari impor BBM dan gas itu. Presiden memberi ultimatum. “Saya cari, sudah ketemu siapa yang senang impor dan saya mengerti. Hanya perlu saya ingatkan bolak-balik, hati-hati kamu, hati-hati, saya ikuti kamu. Jangan menghalangi orang ingin membikin batu bara menjadi gas, gara-gara kamu senang impor gas. Kalau ini bisa dibikin ya sudah, nggak ada impor gas lagi,” ultimatum Jokowi.

Yang bikin Jokowi kesal lagi adalah instruksinya soal pembangunan kilang minyak, tak dijalankan. Awalnya, Jokowi menyinggung impor Petrokimia yang nilainya mencapai Rp 332 triliun per tahun. “Saya hafal di luar kepala karena tiap hari jengkel. Coba, triliun ya bukan miliar,” tegas Jokowi.

Impor yang besar ini disebabkan minimnya jumlah kilang minyak. Dalam 34 tahun terakhir, Indonesia tak pernah lagi membangun kilang minyak. Karena itu, sesaat setelah dilantik sebagai presiden periode pertama pada akhir 2014, dia langsung menginstruksikan jajarannya untuk membangun kilang minyak. “Tapi sampai detik ini, dari lima yang ingin kita kerjakan, satu pun enggak ada yang ber jalan… Satu pun,” keluhnya.

Baca juga : Soal Omnibus Law, Jokowi Minta Kelar Cepat

Raut wajahnya tampak mangkel. Jokowi sudah dijanjikan 2 sampai 3 tahun, pembangunan kilang selesai. Namun tak ada hasil. “Satu persen pun,” ulangnya sambil geleng-geleng kepala.

Jokowi mencium ada pihak yang menghendaki Indonesia impor terus. Dia pun memerintahkan Kapolri Jenderal Idham Azis, Jaksa Agung ST Burhanuddin, serta KPK untuk mengawasi pembangunan kilang minyak. Jokowi ingin proyek ini benar-benar terealisasikan. “Harus rampung, pekerjaan besar ini harus rampung,” tegas dia. “Lima hal itu selesai, rampung pak negara ini,” tutupnya.

Ini bukan kali pertama Jokowi jengkel. Dalam rapat terbatas yang digelar di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (30/10), Jokowi mengungkapkan kejengkelannya lantaran proyek tol laut yang justru dikuasai oleh sektor swasta nasional.

Baca juga : Jokowi Lihat Rekam Jejak Dan Pengalaman

Keesokan harinya, dalam rapat kabinet terbatas mengenai polhukam, Jokowi mengungkapkan kekesalannya terhadap pihak yang suka mengimpor. Hal itu, menghambat pemerintah dalam membangun petrocimical. “Ini hati-hati. Akan saya balik yang akan saya gigit mereka. Jangan sampai para mafia yang menggigit dan menghadang program pembangunan justru terus berkeliaran, enggak. Ini harus kita balik hal ini,” ancam Jokowi.

Kemudian, dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2019, Rabu (6/11), Jokowi jengkel lantaran mengetahui masih ada proses tender untuk proyek konstruksi senilai Rp 31 triliun pada November 2019 atau dua bulan menjelang akhir tahun. “November, masih ada e-tendering Rp 31 triliun, masih ditepuki tangan. Apa mau terus seperti itu?” semprot Jokowi saat itu.

Dalam rakor itu pula, Presiden mengeluhkan impor cangkul. Dia heran, cangkul saja harus diimpor. Apa lagi, neraca perdagangan negara ini tengah defisit. “Kok kita masih hobi impor, ya kebangetan banget. Uang pemerintah lagi. Kebangetan banget,” keluh dia.

Baca juga : Siang Ini, Jokowi Bakal Resmikan Tol Layang Japek

Jokowi juga jengkel saat menggelar rapat dengan jajaran kabinet di Istana Bogor, Rabu (20/11). Sebabnya, SDM di Tanah Air kurang memiliki kemampuan dan keterampilan. Padahal selama ini pemerintah sudah jor-joran melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas SDM. Salah satunya, dengan program vokasi atau pelatihan.[OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.