Dark/Light Mode

Ingatkan Sejarah, Kemendikbud Restorasi Film Kereta Api Terakhir

Jumat, 20 Desember 2019 02:05 WIB
Dari kiri: Direktur PT Render Digital Rizka Fitri Akbar, Kepala Pusbang Film Maman Wijaya, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PFN Elprisdat, Manager Multimedia Humas Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia Pranoto Wibowo dan perwakilan PT Render Digital Taufik Marhaban saat menayangkan restorasi film Kereta Api Terakhir di CGV FX Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (18/12). (Foto: Merry Apriyani/RM)
Dari kiri: Direktur PT Render Digital Rizka Fitri Akbar, Kepala Pusbang Film Maman Wijaya, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PFN Elprisdat, Manager Multimedia Humas Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia Pranoto Wibowo dan perwakilan PT Render Digital Taufik Marhaban saat menayangkan restorasi film Kereta Api Terakhir di CGV FX Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (18/12). (Foto: Merry Apriyani/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya melestarikan sejarah perfilman Indonesia. Setelah sukses merestorasi tiga film,yakni Darah dan Do'a (2013), Pagar Kawat Berduri (2017), dan Bintang Ketjil (2018), film Kereta Api Terakhir yang tayang pada 1981 berhasil direstorasi.

"Kami ingin melestarikan film-film karya anak bangsa yang diputar tahun-tahun lawas. Kami mencoba mengembalikan atau memulihkan (restorasi) beberapa film yang bercerita tentang perjuangan bangsa dan sejarah perfilaman tanah air," ungkap Kepala Pusbang Film, Maman Wijaya, di Jakarta, Rabu (18/12).

Baca juga : Jangan Dikira Investasi Kita Cuma Dari China

Maman mengatakan, nantinya film-film restorasi akan digunakan sebagai sarana belajar bagi para mahasiswa dan komunitas film. Pihaknya juga akan meminjamkan namun tidak untuk kepentingan komersil. "Semua film yang sudah direstorasi semua digunakan oleh teman-teman di perguruan tinggi yang tentu kaitannya untuk belajar kebudayaan pada waktu itu, penataan kamera dan sinematografi," kata Maman.

Rizka Fitri Akbar, Direktur PT Render Digital Indonesia, sebagai perusahaan yang merestorasi film ini, mengatakan, pihaknya sempat mengalami beberapa kesulitan dan hambatan dalam merestorasi. "Cukup sulit juga nyari materinya yang masih bagus, karena film ini kan merupakan film lama. Jadi banyak yang mungkin kondisinya sudah rusak. Kami membutuhkan kerja ekstra dari materi-materi yang kita dapatkan dari pihak PFN (Perum Produksi Film Negara) PT KAI dan juga pengusaha-pengusaha Layar Tancap di Indonesia," ungkap Rizka.

Baca juga : Hemat Anggaran Negara, Menkeu Revisi Aturan Perjalanan Dinas

"Setelah dapat kita juga mencoba mengembalikan materinya menjadi kondisi yang sebaik-baiknya dam layak ditonton. Dan film ini berhasil kami restorasi setelah makan waktu enam bulan, menjadi 120 Menit dari 170 menit waktu filmnya dengan tanpa merubah esensi filmnya," lanjutnya.

Film arahan Mochtar Soemodimedjo ini diangkat dari novel karya Pandir Kelana yang mengisahkan tentang perjuangan TNI Siliwangi disebabkan karena pelanggaran Perjanjian Linggardjati tahun 1946 oleh Belanda, yang dikemas dengan bumbu percintaan dan komedi. [MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.