Dark/Light Mode

Memaknai Peringatan Hari Ibu

Minggu, 22 Desember 2019 23:03 WIB
Komjen Firli Bahuri (Foto: Patra Rizky Sahputra/RM)
Komjen Firli Bahuri (Foto: Patra Rizky Sahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini, Minggu 22 Desember, kita masyarakat Indonesia memperingati hari ini sebagai hari Ibu. 

Lebih dari setengah abad yang lalu tepatnya Tahun 1959, Presiden Soekarno memilih tanggal ini sebagai peringatan Hari Ibu, yang merujuk pada pembukaan Kongres Perempuan Indonesia pertama, yang digelar pada 22 hingga 25 Desember 1928.

Beberapa sifat ibu, marah jika kita berbuat salah, cerewet jika teledor, banyak melarang, banyak aturan, itu sebenarnya bentuk kepedulian seorang ibu yang tak kenal lelah untuk menjaga, menyayangi dan mendidik anaknya.

Baca juga : Megawati: Perempuan Jangan Takut Berpolitik

Sewaktu kecil di tengah malam, saya sering terjaga dari tidur dan melihat ibu sedang bedoa usai menjalankan ibadah solat tahajud. Sayup-sayup terdengar nama saya disebut dalam doanya. 

Bagi saya, Hari Ibu bukan sekadar ceremony tahunan belaka, tapi bagaimana kita memaknai esensi dan nilai dari pengorbanan seorang ibu, hingga pentingnya peran ibu bagi masa depan suatu bangsa.

Masa depan suatu bangsa itu sebagian besar terletak pada kaum perempuan, karena peran ibu sangat penting dalam mendidik dan membentuk karakter seorang anak menjadi kuat, disiplin, jujur serta berahlak mulia, yang kedepannya akan menjadi pemimpin bangsa.

Baca juga : Citilink Kembali Sabet Predikat Bintang 4 dari Apex

Bagi sy ibu adalah segalanya, ibu sayalah yang mengenalkan saya dengan kenyataan hidup, tantangan dan dengan segenap peluangnya. Ibu selalu mengajarkan kepada apa arti kerasnya kehidupan dan hidup itu adalah perjuangan. Perjuangan dan kerja keraslah yang akan membentuk karakter pribadi seseorang, apakah akan menjadi pribadi yang gigih, pekerja keras pantang menyerah atau justru menjadi pribadi yang lemah dan cepat putus asa. Saya kira kita harus menempa diri untuk menjadi pribadi yang kokoh, pejuang, petarung tanpa mengenal kata menyerah sehingga muncul sebagai pemenang dengan tetap bertawakal serta penuh keyakinan bahwa semua atas kuasa dan kehendak Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ibu adalah sosok yang sangat menentukan bagi perjalanan anak-anaknya dan bahkan surga ada di bawah telapak kaki ibu. Pepatah itu punya makna implisit, bahwa langkah kaki ibu-lah yang menentukan nasib anaknya.

Beberapa waktu lalu, saya berziarah ke makam ayah dan ibu saya di Desa Lontar, Sumatera Selatan. Saya sadar betul bahwa apa yang kita capai saat ini karena jasa orang tua, seorang ibu.

Baca juga : Kowani: Peringatan Hari Ibu Pengingat Sejarah, Bukan Latah Ikuti Barat

Saya menilai pengabdian kepada orang tua tidak hanya saat mereka masih hidup, ketika mereka meninggal pun, wajib dilakukan. Berziarahlah ke makam orang tua untuk berdoa, Insya Allah akan saya lalukan setiap waktu. Jika belum bisa berziarah, doa-doa tentunya selalu kita lantunkan untuk mereka.

Terima kasih Ayah dan Ibu, semoga Allah SWT mengampuni semua dosa, menerima seluruh amal ibadah sehingga ditempatkan di tempat yang layak di sisi Allah SWT, amien.

Komjen Firli Bahuri, Ketua KPK RI

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.