Dark/Light Mode

Kunjungi Suhendra, Tokoh Muslim Thailand Bicarakan Konflik di Wilayahnya

Senin, 9 Maret 2020 07:45 WIB
Ketua Komisi Pertahanan dan Militer Parlemen Thailand, Datuk Seri Sutipan Siririkanon (kanan) berkunjung ke kediaman Suhendra Hadikuntono, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3). (Foto: Istimewa)
Ketua Komisi Pertahanan dan Militer Parlemen Thailand, Datuk Seri Sutipan Siririkanon (kanan) berkunjung ke kediaman Suhendra Hadikuntono, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Komisi Pertahanan dan Militer Parlemen Thailand, Datuk Seri Sutipan Siririkanon, berkunjung ke kediaman Suhendra Hadikuntono di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3). Sutipan mendatangi tokoh intelijen itu untuk membicarakan konflik berkepanjangan di wilayahnya.

Kunjungan Sutipan ini terjadi di tengah konflik internal yang meruncing di Thailand Selatan. Ia meminta Suhendra untuk memainkan peran sentral dalam menyiapkan skema perdamaian di wilayahnya. Sutipan, yang juga representasi kaum Muslim di Thailand Selatan, meminta Suhendra menjadi juru damai konflik yang sudah lebih dari 60 tahun terjadi di wilayahnya.           

Baca juga : Solusi Redam Konflik di Laut Natuna

Konflik di Thailand Selatan terjadi karena umat Muslim merasa dimarjinalkan atau diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Thailand telah terjadi sejak 1960. Konflik bermula dari aneksasi wilayah dan kedaulatan Kesultanan Pattani oleh negara Thailand. Selain Pattani, tiga provinsi lain yang berpenduduk mayoritas Muslim juga mendapat perlakuan diskriminatif, yakni Yala, Narathiwat, dan Songkhla. Perlawanan terhadap pemerintah pusat Thailand dilakukan The Pattani United Liberation Organisation (PULO), Barisan Revolusi Nasional (BRN), dan Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP).      

Muslim di Thailand banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah selatan, antara lain Pattani (80 persen), Yala (68,9 persen), Narathiwat, Satun (67,8 persen), dan Songkhla. Seluruh provinsi tersebut dulunya masuk wilayah kerajaan Pattani Raya pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri.        

Baca juga : Front Pemuda Muslim Maluku Ikut Amankan Natal di Jakarta

Konflik itu terus berlarut karena pemerintah Thailand dianggap terlalu represif dalam merespons aspirasi kaum Melayu Muslim di Thailand Selatan. Jumlah korban selama konflik sampai saat ini sudah mencapai ribuan jiwa melayang dan puluhan ribu orang luka-luka. Konflik tak kunjung bisa ditengahi, bahkan November 2019 lalu 39 jiwa lainnya kembali menjadi korban.      

Suhendra mengaku sudah menyiapkan 'road map' dan skema perdamaian di Thailand Selatan, dan akan minta restu Presiden Jokowi. "Ini momentum bagi Bapak Presiden sebagai tokoh perdamaian internasional. Selanjutnya saya menunggu arahan beliau," kata Suhendra. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.