Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kenapa Pada Doyan Ngebully Jenderal Luhut?

Kamis, 16 April 2020 06:30 WIB
Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)
Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Cuitan satir, sentilan pedas, hingga meme meledek bertubi-tubi menyasar Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Isunya macam-macam. Mulai dari disebut menteri segala urusan, menteri hanya memikirkan uang, condong ke China, dan lain sebagainya. Kenapa ya sebagian orang pada doyan banget nge-bully Luhut.

Padahal, Luhut adalah purnawirawan TNI yang disegani. Pangkat terakhirnya jenderal bintang empat dari satuan infanteri baret merah: Kopassus. Karier politiknya juga gemilang. Saat ini ia mengemban jabatan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar. Di pemerintahan, ia juga dipercaya mengemban posisi strategis. Di bidang bisnis, usahanya moncer. Khususnya di sektor batubara. Ia juga bertabur penghargaan dan tanda kehormatan. Baik di dalam, maupun luar negeri.

Tapi, deretan prestasi dan kewibawaannya itu seakan-akan tidak ada apa-apanya di belantara perpublikan belakangan ini. Said Didu memberikan kritik pedas atas sikap Luhut yang memasih memikirkan investasi di tengah wabah corona. Mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu tanpa ragu menebalkan judul video di kanal YouTube pribadinya, MSD: Luhut Hanya Pikirkan Uang, Uang dan Uang. Padahal, tugas Luhut memang memikirkan investasi.

Ekonomi senior Faisal Basri “menyerang” Luhut lebih keras lagi. Di Twitter, tanpa ragu dia menyebut Luhut lebih berbahaya dari virus korona. "Luhut Panjaitan lebih berbahaya dari coronavirus Covid-19," kicaunya, Jumat (3/4) lalu.

Baca juga : Bank Dunia Ramal Penduduk Miskin Bertambah 11 Juta

Bukan hanya tokoh, warganet biasa juga banyak yang ikut-ikutan menyerang Luhut. Saat Luhut ditunjuk sebagai Menteri Perhubungan Ad Interim selama Budi Karya Sumadi dirawat akibat corona, banyak yang meledek. Bahkan, ada yang mengubah lirik lagu “Kepala, pundak, lutut, kaki, lutut, kaki” menjadi “Kepala, punda, Luhut lagi, Luhut lagi”.

Yang teranyar, Luhut di-bully atas pernyataannya soal angka kematian akibat Covid-19 yang belum mencapai 500 kasus, Selasa kemarin. Dalam pernyataannya, Luhut membanding angka kematikan di Amerika Serikat yang sudah menembus 22 ribu. Jumlah kematian ini, sebut Luhut akan jadi bahan pertimbangan mengevaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun, sebagian memandang lain. Ada yang menuding Luhut seolah-olah menyepelekan nyawa. "Tapi ini kan nyawa manusia, Bang. Manusia Indonesia. Abang nggak bisa lihat dari sisi statistiknya saja. Ini bukan bisnis Bang...," sentil mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring, lewat akun @tifsembiring.

Soal ini, Fadli Zon juga angkat bicara. Ia menyebut ucapan Luhut tidak ada empati kepada korban. Apalagi ada dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya yang gugur setelah berjuang di garda terdepan menyelamatkan masyarakat dari pandemi terganas abad ini. "Sebaiknya pernyataan itu dicabut dan LBP minta maaf," desaknya.

Baca juga : Garcia Incar Para Raja Kelas Menengah

Di linimasa, Luhut juga kerap disebut dengan sapaan Opung, Lord Luhut dan The Real Presiden. Banyak akun parodi mengatasnamakan dirinya dan memosting cuitan satir hingga meme lucu. Warganet seperti tidak ada takut-takutnya mem-bully Luhut. Padahal, pada 4 April lalu, Kapolri baru saja menerbitkan surat telegram bernomor ST/1098/IV/HUK.7.1/2020. Tujuannya untuk menggeber patroli siber dan menindak siapa pun yang menghina presiden dan pejabat pemerintah.

Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio, menilai, beraninya warganet mem-bully Luhut bisa saja dilakukan karena menggunakan akun anonim. Namun, dari sisi yang lain, memang ada fenomena yang membuat publik geram ketika Luhut terkesan lebih dominan dibanding Presiden Jokowi. "Sehingga hampir semua kebijakan itu dianggap sebagai kebijakannya Luhut. Nah, ini sebetulnya yang harus diperbaiki oleh Luhut," kata pendiri kedaiKOPI ini, tadi malam.

Ia menyarankan agar Luhut bersikap sebagai menterinya Jokowi. Kemudian, tidak melulu memaksakan kehendak atas perbedaan kebijakan di kementerian lain maupun dengan kepala-kepala daerah.

Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, ada pola komunikasi yang salah di balik seringnya bully-an menyasar Luhut. "Bisa saja Luhut terlalu pasang badan dalam membela sesuatu yang dianggap salah oleh masyarakat," terangnya.

Baca juga : Kemenag Pantau Jemaah Umroh yang Tertahan di Bandara

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review mencontohkan ketika Luhut pasang badan saat adanya larangan warga China masuk ke Indonesia di tengah wabah Covid-19. Termasuk kebijakannya yang sempat membolehkan Ojol menarik penumpang saat pemberlakuan PSBB Jakarta. “Tak ada asap jika tak ada api. Netizen tak akan mem-bully jika tak ada masalah," pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.