Dark/Light Mode

Dampak Pandemi Corona

Bank Dunia Ramal Penduduk Miskin Bertambah 11 Juta

Rabu, 1 April 2020 08:05 WIB
Ilustrasi penduduk miskin di Indonesia.
Ilustrasi penduduk miskin di Indonesia.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi corona diramal tidak hanya melambatkan ekonomi global. Tapi juga menambah jumlah orang miskin di kawasan Asia Timur dan Pasifik, sebesar 11 juta orang.

Hal ini diungkap dalam laporan ekonomi Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, edisi April 2020. 

Laporan ini menyebut, laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di kawasan ini, termasuk Indonesia bisa melambat menjadi 2,1 persen di tahun 2020. 

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa mengatakan, dalam skenario terburuknya, pertumbuhan ekonomi bisa negatif 0,5 persen akibat pandemi corona. 

“Perlambatan bisa menjadi 2,1 persen pada skenario baseline dan menjadi negatif 0,5 untuk skenario lebih rendah, dari perkiraan 5,8 persen pada 2019,” tulis Victoria dalam laporan Bank Dunia. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi, virus asal China itu juga berdampak serius pada pengentasan kemiskinan. 

Dalam laporannya, Bank Dunia memproyeksi jumlah penduduk miskin akan bertambah 11 juta orang di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk di Indonesia. 

Baca juga : Cegah Penularan Corona, Sultan HB X Minta Pendatang Isolasi Mandiri 14 Hari

“Jika situasi ekonomi memburuk, dan skenario lebih rendah yang terjadi, maka jumlah penduduk miskin bertambah sekitar 11 juta orang,” tulisnya lagi. 

Victoria menyebut, untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang kian memburuk. Bank Dunia memberikan enam rekomendasi kepada negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik untuk menyelamatkan ekonominya di tengah pandemi virus corona. 

Bank Dunia menilai, para negara berkembang termasuk Indonesia harus bertindak cepat, kooperatif, untuk mengatasi pelemahan ekonomi dunia. 

Rekomendasi pertama adalah adanya kapasitas perawatan kesehatan yang cukup untuk memenuhi permintaan. Sebab diproyeksikan pandemi ini akan berlangsung dalam jangka panjang. 

Rekomendasi kedua, adalah terintegrasinya antara kebijakan pada bidang kesehatan dan ekonomi makro dalam menanggulangi pandemi Covid-19, seperti adanya langkah fiskal yaitu berupa subsidi pembiayaan kesehatan dan perawatan bagi pasien.

“Itu akan membantu penanggulangan Covid-19 dan memastikan bahwa kerugian sementara dalam bidang ekonomi tidak berubah menjadi kerugian jangka panjang dalam bentuk modal manusia,” tulis laporan tersebut. 

Baca juga : Karena Virus Corona, Air Asia Group Umumkan Penonaktifan Penerbangan

Rekomendasi ketiga adalah kerja sama internasional maupun kemitraan lintas batas antara pemerintah dan swasta harus ditingkatkan untuk memenuhi produksi, pasokan, serta layanan medis dalam menghadapi pandemi. 

“Kerja sama internasional yang kuat bisa menjadi cara paling efektif untuk melawan ancaman ini dan untuk memastikan stabilitas keuangan setelahnya,” tambah Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo. 

Rekomendasi keempat adalah kebijakan perdagangan harus tetap terbuka sehingga pasokan medis dapat tersedia untuk semua negara sekaligus memfasilitasi pemulihan ekonomi secara cepat. 

Rekomendasi kelima adalah adanya pelonggaran kredit untuk memperlancar konsumsi rumah tangga dan membantu perusahaan agar bertahan dari goncangan yang sedang terjadi. Dan keenam, penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter. 

Di mana Kebijakan fiskal harus memberikan perlindungan sosial terutama bagi mereka yang paling rentan secara ekonomi. 

“Salah satu yang bisa diberikan adalah menggratiskan biaya perawatan, memperluas jaring pengaman atau social safety net bagi keluarga yang penghasilannya terdampak virus corona, hingga memberikan suntikan likuiditas agar para perusahaan bisa mempertahankan bisnisnya,” tegas Bank Dunia. 

Baca juga : Negatif Corona, Ridwan Kamil Siap Kawal Proses Penanggulangan Wabah

Untuk memperkecil dampak corona terhadap ekonomi, Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu telah meminta negara-negara anggota G-20 untuk tidak membatasi ekspor barang terkait penanganan virus corona. Seperti, makanan dan barang lain kebutuhan tenaga medis. 

Ia juga meminta negara anggota G20 menurunkan sementara tarif dan pajak ekspor untuk makanan dan bahan pokok lainnya. Termasuk juga menghilangkan atau mengurangi tarif impor produk-produk utama penanggulangan covid-19.

“Kerja sama internasional yang berkelanjutan untuk memelihara sistem perdagangan yang terbuka dan berbasis aturan akan sangat penting untuk pemulihan dan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif,” ucap Mari. 

Menurut dia, dunia akan sulit menyelesaikan persoalan virus corona jika bergerak sendirisendiri atau egois.“Negara negara di dunia akan semakin kuat jika memiliki fokus yang sama. Jadi, berjalan sendiri bukan pilihan yang tepat saat ini,” tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.