Dark/Light Mode

Anak Stunting Berisiko Tinggi Terpapar Covid-19

Kamis, 23 April 2020 00:18 WIB
Forum Diskusi Salemba (Foto: Istimewa)
Forum Diskusi Salemba (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wabah Covid-19 tidak hanya mengancam orang-orang yang masuk ke dalam kelompok risiko tinggi. Anak-anak yang gagal tumbuh alias stunting juga amat rentan terkena virus ini.

Hal ini diungkapkan Ahli Analisis dan Kebijakan Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Indonesia (UI), Ahmad Syafiq. “Sebelum ada Covid-19, semua bicara stunting, tapi sekarang tidak ada yang mengawal. Jangan, sampai anak-anak yang tidak berisiko tinggi jadi kena Covid-19 karena stunting,” ujarnya, dalam diskusi daring Forum Diskusi Salemba.

Dia menjelaskan, gizi juga berkaitan dengan imunitas tubuh. Untuk itu, program gizi dan kesehatan untuk masyarakat rawan (vulnerable), khususnya terkait 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan Program Percepatan Penanganan Stunting, perlu dijaga.

Baca juga : Angkasa Pura II Siapkan 3 Skenario di Tengah Pandemi Covid -19

Aspek gizi diharapkan masuk dalam upaya penanganan Covid-19. Sebab, kekebalan tubuh sangat berkaitan dengan risiko terpapar Covid-19. ”Program gizi ibu hamil dan laktasi juga harus dikawal. Growth monitoring, penimbangan, dan suplementasi anak masih jalan atau tidak. Kalau jalan, ada tidak peraturannya, dan yang jelas tetap memperhatikan keamanan di situasi Covid saat ini,” sambung Syafiq.

Dia juga mendorong pemerintah mempercepat kebijakan-kebijakan terkait penanganan Covid-19. Seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih belum efektif. Buktinya, mobilitas masyarakat masih cukup tinggi. “Kebijakan pengaturan diri kurang masif informasinya. Pentingnya menjaga jarak, PSBB, menjaga agar tidak tertularkan dan menularkan juga masih kurang masif disosialisasikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Anggota Tim Peneliti FKM UI-Bappenas untuk Pemodelan Skenario Covid-19, Pandu Riono, mendorong agar PSBB menjadi kebijakan nasional, bukan hanya diterapkan per wilayah. Hal ini berkaitan dengan pentingnya intervensi tingkat tinggi untuk dapat melandaikan kurva persebaran Covid-19. 

Baca juga : Angkasa Pura II Siapkan 3 Skenario di Tengah Pandemi Covid-19

Berdasarkan Covid-19 Modelling Scenarios Indonesia yang disusun Tim Peneliti FKM UI, ada tiga jenis intervensi yang bisa dilakukan pemerintah untuk menangani Covid-19. Intervensi tinggi seperti melakukan tes massal cakupan tinggi dan mewajibkan pembatasan sosial berskala besar, diperkirakan mampu menekan angka persebaran Covid-19, dengan puncaknya diprediksi pada akhir Mei.

“Dalam model tersebut juga terungkap prediksi setidaknya 2.4 juta kasus Covid-19 terancam memerlukan perawatan Rumah Sakit seperti pneumonia, perawatan kritis dan risiko tinggi kematian, jika tidak ada intervensi dari pemerintah,” katanya.

Pandu menyatakan kebijakan birokrasi perizinan PSBB yang dilakukan saat ini seharusnya ditiadakan. Selain itu, pemerintah harus memberi target terkait penanganan Covid-19. “PSBB harusnya asumsinya nasional, bukan lokalan. Kenapa harus izin ke Kemenkes, harusnya langsung nasional. Kemenkes itu memonitoring, mengevaluasi, dan memberi bantuan teknis,” imbuhnya.

Baca juga : HNW Dukung Amien Rais Cs Gugat Perppu Covid-19 ke MK

Sementara itu, Ketua Policy Center ILUNI UI Mohammad Jibriel Avessina menyatakan timnya sedang menggodok policy paper yang merupakan hasil dari diskusi seputar Covid-19 yang telah dilakukan sejak awal Maret lalu. Isinya meliputi berbagai aspek mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial, dan regulasi. “Tim Policy Center ILUNI UI akan menjadikan hasil diskusi ini dan masukan dari FKM UI sebagai bahan untuk policy paper yang akan kami ajukan kepada pemerintah,” katanya. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.