Dark/Light Mode

Wali Kota Bogor Cerita Saat Positif Corona

Nyuci Baju Sendiri, Makan Sendiri, Ganti Seprei Sendiri

Rabu, 10 Juni 2020 07:00 WIB
Wali Kota Bima Arya saat Ngobrol Santuy dengan Rakyat Merdeka, di instagram, Selasa (9/6). Tema yang dibahas soal Modelling The New Normal Dari Kota Bogor. (Foto: Istimewa)
Wali Kota Bima Arya saat Ngobrol Santuy dengan Rakyat Merdeka, di instagram, Selasa (9/6). Tema yang dibahas soal Modelling The New Normal Dari Kota Bogor. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto termasuk satu di antara kepala daerah yang kena corona. Namun, dia sudah lama sembuh total. Aktivitasnya sudah normal lagi. Saat kena corona dan diisolasi, Politisi Partai Amanat nasional (PAN) ini mengaku sempat stres, harus nyuci sendiri, makan sendiri, dan ganti seprei sendiri.

Kisah tersebut dibagikan Bima saat menjadi pembicara pada acara “Ngobrol Santuy” dengan Rakyat Merdeka, di instagram, kemarin. Tema yang dibahas soal “Modelling The new normal Dari Kota Bogor”. Acara ini dipandu Wartawan Senior Rakyat Merdeka, Budi Rahman Hakim.

Di awal pembahasan, Budi menanyakan soal pengalaman Bima divonis positif corona. Menurut dia, itu pengalaman yang sulit sehingga dirinya sedikit trauma membagikan kisahnya ke masyarakat.

Menurutnya, hari-hari pertama dirawat dan isolasi merupakan ujian yang paling berat. Sikap pesimis, psikis serta pikiran berkeliaran tidak jelas. Dia tidak kuasa menahan rasa sedih mengingat apa yang dialaminya itu. Meskipun dia sudah keluar dari rumah sakit, Bima masih harus me lakukan isolasi mandiri di rumah untuk penyembuhan.

Baca juga : Peserta Rapat Kabinet Ada Yang Positif Corona, PM Muhyiddin Dikarantina

“Karena ketika recovery, saya masih harus tinggal di dalam kamar sendirian. Nyuci baju sendiri, makan sendiri, ganti sprei sendiri. Nggak enak banget,” tuturnya.

Selama perawatan, dia berdoa, jika masih diberikan kesempatan akan membantu menyelamatkan sebanyak mungkin manusia dari virus China itu. Karena itu, setelah sembuh dan dibolehkan beraktivas lagi oleh dokter, Bima langsung tancap gas bantu penanganan dan pencegahan corona.

“Dokter masih terus mengingatkan agar jaga kesehatan. Pak Wali jangan terlalu semangat, Pak Wali jaga ritme. Padahal hari ini saya sangat lelah ka rena mulai dari subuh saya ke stasiun untuk monitor bagaimana penumpukan penumpang,” tuturnya.

Dia gregetan, masih banyak orang yang acuh terhadap corona. Bahkan sampai berkembang teori konspirasi. “Saya gregetan melihat semua yang terjadi di masyarakat ketika dirinya ha rus berjuang melawan covid di ruang isolasi,” ujarnya.

Baca juga : Eks Panglima TNI Djoko Santoso Belum Sadarkan Diri Usai Operasi

Menurut Bima, corona ini menguji keseriusan pemimpin, baik presiden hingga lurah dalam memimpin warga nya. Sekarang ini, parameter rakyat tertuju pada pemimpin yang berhasil atau tidak dalam mengentaskan corona. Bima mengakui, melawan corona itu tidak mudah.

Pasalnya virus ini tidak terlihat sehingga sulit mencari kelemahannya. Ditambah lagi, pemimpin dituntut harus menyelamat kan sebanyak mungkin warganya dengan logistik dan pengetahuan yang ter batas tentang virus ini.

“Padahal, kalau kita mau perang, kita harus paham betul secara anatomi lawan. Nah, ini lawan gelap dan banyak misteri. Bayangkan saja masa inkubasi yang biasanya 14 hari sekarang bisa satu bulan. Sekarang juga ada lagi teori reinfeksi, reaktivasi, dan terjadi mutasi jadi banyak,” tuturnya.

Oleh karena itu, kunci utama pemimpin dalam menghadapi suasana perang semacam ini, jangan merasa mampu bekerja sendiri. “Wali kota, bupati, gubernur tidak bisa bekerja sendiri, tapi harus terbuka. Jadi kepemimpinan yang kolaboratif kuncinya adalah mendengarkan ahlinya,” tegas Bima.

Baca juga : Tiga Penumpang KRL Bogor-Jakarta Positif Corona, Kang Emil Khawatir PSBB Gagal

Kalau di Bogor, lanjut Bima, semuanya berpegang pada ahli epidemologi. tujuannya agar langkah yang diambil Pemkot bisa sistematis.

Ketua Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, tri Yunus Miko Wahyono mengatakan, sejauh ini Bogor menjadi kota yang paling aman jika ingin melakukan penerapan new normal.

“Jadi, kebetulan saya jadi tim ahli di Kota Bogor dan Depok. Saya melihat kecenderungannya tiap pekan di Bogor dan Depok. Saya lihat betul jika menurunnya per pekan di atas 10 rasanya tidak aman. Kota Bogor yang paling aman, karena pernah 0 dalam seminggu, naiknya 5 atau di bawah 10. Jadi saya sarankan bisa dibuka bertahap,” cetusnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.