Dark/Light Mode

Ngopi Pagi

Panglima TNI Harus Orang `Sekolahan`

Selasa, 16 Juni 2020 05:01 WIB
Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)
Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Siapa calon Panglima TNI yang akan menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto adalah hak prerogatif presiden. Namun sejumlah catatan perlu jadi pertimbangan Presiden. Salah satunya, Panglima TNI harus orang ‘sekolahan’. 

Pernyataan itu disampaikan pengamat militer Susaningtyas Kertopati dalam acara “Ngopi Pagi” bersama Rakyat Merdeka, kemarin. Bincang-bincang santai yang disiarkan live di Facebook Rakyat Merdeka itu, dipandu Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara dan Pemimpin Umum Rakyat Merdeka Ratna Susilowati. 

Acara “Ngopi Pagi” ini mengulas berita-berita top di halaman satu Rakyat Merdeka. Salah satu yang disorot adalah terkait siapa calon Panglima TNI setelah Hadi Tjahjanto pensiun. Isu ini sudah santer lama, tapi berita ini dipilih karena ada momentum pada Minggu (14/6), Presiden Jokowi mengajak 3 kepala staf TNI olahraga pagi di Istana Bogor. Ketiga kepala staf itu adalah KSAD Jenderal TNIAndika Perkasa, KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, dan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono. 

Baca juga : Puan: Pemimpin Bangsa Harus Pegang Teguh Nilai-nilai Pancasila

Menurut Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, ada beberapa hal penting yang patut dijadikan pertimbangan sebelum Presiden menunjuk Panglima TNI baru. Pertama, usia. Kedua, prestasi kerja. 

“Kalau usia itu, mbok ya jangan sampai panglima itu, maaf kata terlalu panjang masa baktinya. Karena kasihan juga perwira tinggi yang moncer dan hebat di bawahnya tidak bisa mendapatkan kedudukan yang sama, sampai akhirnya pensiun. Karena panglimanya kelamaan. Itu kan beberapa kali bisa melihat,” ujarnya. 

Sayangnya, hingga saat ini, kata Nuning, belum ada standarisasi prestasi kerja dari seorang perwira tinggi yang diatur dalam Undang-Undang. Ke depan, dia menilai standarisasi tersebut bisa diatur dalam sebuah Keputusan Presiden atau Keppres. 

Baca juga : Bertemu Panglima, Ketua MPR: TNI Garda Terdepan Penjaga Ideologi Pancasila

Secara pribadi, Nuning menghendaki sosok Panglima TNI yang berlatarbelakang orang ‘sekolahan’ atau sosok yang memiliki inteligensi yang tinggi. Sebab, tantangan dan ancaman di era saat ini semakin besar. “Bukan saja ancaman konvensional, seperti kita bicara alutsista yang kasat mata. Sekarang lihat saja, adanya pandemi ini,” sebut Nuning. 

Menurutnya, tuntutan agar Panglima TNI memiliki inteligensi dan pendidikan yang tinggi cukup penting. Mengerti metodologi, paham dengan manajemen dan merupakam sosok yang disegani di dunia internasional. “Karena kita tahu, ancaman Laut China Selatan, udara dan lain sebagainya. Jika Panglima TNI, maaf kata, tidak memiliki pergaulan yang luas di dunia internasional, ya kita tetap sampai kapan pun akan dianggap sebelah mata,” nilainya. 

Sehingga ke depan, Panglima TNI tidak hanya punya kemampuan militer, tapi juga memiliki kemampuan diplomasi militer yang handal. “Seorang Panglima TNI yang tidak memiliki kemampuan diplomasi militer yang handal itu juga gawat. Kenapa gawat, karena tidak mengerti nanti harus MoU, harus meyakinkan pihak internasional dan membentuk suatu kerjasama dan lain sebagainya,” tandas Nuning. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.