Dark/Light Mode

Jangan Remehkan Aspek Kesehatan Jiwa Masyarakat Korban Covid-19

Senin, 22 Juni 2020 21:53 WIB
Dino Patti Djalal (Foto: Istimewa)
Dino Patti Djalal (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Semua orang tahu bahwa dampak terburuk Covid-19 adalah korban jiwa dan resesi ekonomi. Namun, ada satu lagi dampak Covid-19 yang cenderung dilupakan, yaitu: kesehatan jiwa masyarakat.

Mungkin ada banyak orang, seperti saya, yang “menikmati” Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Covid-19 karena bisa banyak quality time dengan anak-anak, membaca buku dan nonton Netflix setiap hari bersama keluarga.

Namun bagi banyak orang, kondisi terkurung dalam waktu yang lama, berdesakan atau sendirian di rumah sempit, digabung dengan tekanan ekonomi, apalagi dicampur masalah pribadi yang ada sebelumnya, semua ini pasti akan menjadi beban psikologis.

Baca juga : Kementan: Aktivitas Pembibitan Sapi Perah Tidak Terkendala Covid-19

Ada banyak gejala psikologis akibat Covid-19: stres, depresi, frustrasi, mood swing, insomnia, menjadi pemarah, putus asa, perasaan kesepian, terisolasi, kecenderungan bunuh diri, dan lain-lain.

Semua gejala psikologis ini membawa dampak yang negatif: susah konsentrasi, menurunnya produktivitas, tingginya absenteisme (bolos), alkoholisme, perceraian, kekerasan domestik, kekerasan pada anak, dan bahkan bunuh diri. Ini sebenarnya merupakan fenomena global.

Sekarang ini, sekitar setengah penduduk dunia --sekitar 3 miliar orang-- terkena lockdown atau karantina.

Baca juga : Kemandirian Pakan Penting Di Tengah Pandemi Covid-19

Bulan Mei lalu, tim kesehatan PBB mengimbau dunia internasional untuk mencermati bahaya krisis kesehatan mental berskala global akibat Covid-19. Kalau tingkat korban jiwa Covid-19 secara global adalah sekitar 5 persen, tingkat gangguan jiwa Covid-19 jauh lebih tinggi.

Dalam survei di 7 negara (AS, Inggris, Singapura, Australia, Perancis, Jerman, Selandia Baru), 41 persen menyatakan mengalami penurunan kesehatan mental sejak Covid-19.

Di Ethiopia, jumlah warga yang tercatat mengalami depresi setelah Covid-19 meningkat 300 persen. Di India, kasus gangguan jiwa meningkat 20 persen, hanya seminggu setelah lock down dimulai, dan jumlah warga yang kini mengalami tekanan jiwa diperkirakan sekitar 150 juta orang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.