Dark/Light Mode

Di Webinar PII

Wamenhan Bicara Ketahanan Pangan Dan Produksi Singkong

Kamis, 13 Agustus 2020 14:56 WIB
Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono kala saat memberikan Keynote Speaker dalam Webinar bersama PII, Kamis (13/8).
Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono kala saat memberikan Keynote Speaker dalam Webinar bersama PII, Kamis (13/8).

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Menteri Pertahan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono kala didaulat memberikan Keynote Speaker dalam Webinar bersama PII, Kamis (13/8).

Pada kesempatan tersebut, Wamenhan bicara soal ketahanan pangan dan pentingnya menyiapkan cadangan pangan, salah satunya komoditi strategis yakni singkong.

Menurut Wamenhan, ketahanan pangan yang kuat bisa menimbulkan efek gentar atau "Deterrent Effect" bagi suatu negara secara geostrategis.

Baca juga : Wamenag : Madrasah dan Pesantren Harus Adaptasi Covid-19

"Negara yang memiliki ketahanan pangan kuat akan disegani secara global karena mampu berdikari memenuhi konsumsi masyarakatnya. Kita (Indonesia) akan mengarah kesana salah satunya dengan menyiapkan cadangan pangan melalui komoditi strategis salah satunya singkong," papar Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono kala memberikan Keynote Speaker dalam Webinar bersama PII, Kamis (13/8).

Menurutnya berbagai sektor dalam kehidupan bisa terdampak jika singkong dikembangkan sebagai salah satu cadangan pangan strategis.

Misal di sektor pangan dan kesehatan dimana terjadi penambahan waktu tenggat cadangan pangan  strategis selama 120 hari atau setara dengan 10 juta ton PATI (karbohidrat) per tahun.

Baca juga : Jalanan Lengang, Banyak Pelanggar

Berikutnya dampak di bidang ekonomi dan sosial dimana terjadi peningkatan cadangan devisa negara melalui pengurangan impor sebesar Rp 26 triliun.

Penyediaan lapangan kerja untuk 76 ribuan orang sebagai Komponen Cadangan. Ada juga dampak bagi perkembangan ilmu dan teknologi dimana persentase muatan lokal dari teknologi yang digunakan meningkat.

Peningkatan produktivitas PATI melalui bioteknologi tanaman singkong. Penggunaan PATI singkong (Tapioka) sebagai sumber bahan kimia dan mineral meningkat.

Baca juga : Tingkatkan Kemudahan dan Keamanan Pelanggan, Prodia Layani Pengambilan Sampel Drive Thru

Pengembangan konsep Biorefinery yang tepat untuk setiap proses. Terakhir, dampak terhadap lingkungan baik lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial dan ekonomi masyarakat.

Menurutnya, semua dampak positif itu bisa kita raih jika mampu memproduksi sekitar 40 juta ton singkong setiap tahun. Nilai produksi itu akan setara dengan 10 juta karbohidrat yang senilai Rp62 triliun.

"Belum lagi dihitung nilai produk turunannya. Makanya tadi saya bilang jika kita kembangkan cadangan pangan startegis ini akan menimbulkan efek gentar secara geostrategis bagi negara," pungkasnya. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.