Dark/Light Mode

Banyak Yang Putus Sekolah, Banyak Yang Nikah Dini

Pendidikan Jarak Jauh Jadi Jauh Dari Yang Diharapkan...

Minggu, 16 Agustus 2020 06:43 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

RM.id  Rakyat Merdeka - Pendidikan jarak jauh (PJJ) membuat sejumlah siswa terpaksa putus sekolah. Bahkan, angka pernikahan dini hingga eksploitasi perempuan dilaporkan juga meningkat.

Adalah Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri yang mengungkapkan fenomena meningkatnya pernikahan dini dan eksploitasi perempuan.

Dia mengakui PJJ merupakan kebijakan yang kurang ideal. “PJJ ini telah menyebabkan banyaknya peserta didik yang putus sekolah,” ungkapnya, Kamis (13/8).

Bahkan, kata Jumeri, selama proses PJJ berlangsung, Jumeri mengaku sudah menerima laporan meningkatnya pernikahan dini hingga eksploitasi perempuan. Soalnya, telah terjadi mispersepsi pada orangtua, bahwa anak di rumah tidak belajar.

“Ada laporan tren pernikahan dini, eksploitasi perempuan, dan kehamilan. Ini yang kita alami,” lanjutnya.

Namun sayang Jumeri tidak menyebut angka kenaikan yang dia maksud. Juga data dari mana yang ia dapat.

Baca juga : Tina Toon Vokalis Pendidikan Dan Masalah Banjir

Smilebatangtoru membenarkan klaim Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Selama pandemi Covid-19 terbukti terdapat peningkatan jumlah kehamilan serta peningkatan terhadap kekerasan berbasis gender dan pernikahan usia dini,” ungkapnya.

Menurut Alif50112516, angka pernikahan dini di Indonesia melonjak selama masa pandemi Covid-19. Tercatat, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penyumbang angka perkawinan bawah umur tertinggi.

“Tulungagung lagi marak pernikahan dini. Kalau emang udah matang secara mental dan pikiran sih gapap. Kalau belum kasihan,” ungkap Anggadhika8.

RezkiSobri mengatakan, pernikahan dini di masa pandemi merupakan hal serius yang harus segera ditangani. “Ini mempengaruhi kualitas hidup orang banyak,” ujarnya.

Talkingramyun mengaku kaget dengan banyaknya anak yang putus sekolah dan pernikahan dini selama PJJ.

Baca juga : Proyek Penurapan Mangkrak Warga Jadi Korban Banjir..

Dia bahkan terheranheran dengan efek pandemi Covid-19 yang terus melebar ke kekerasan terhadap anak, anak putus sekolah, pernikahan dini, dan stress pada anak.

“Kemana aja sih aku selama ini sampe ga kepikiran itu,” katanya.

Menurut Nangnu, tren peningkatan pernikahan dini merupakan kesalahan orang tua siswa. Dia menuding, orangtua siswa mau lepas tanggung jawab dengan menikahkan anaknya di usia yang belum matang.

“Alasan corona ga bisa jadi landasan untuk pernikahan dini,” tukasnya. “Perlunya menambahkan edukasi ‘ tentang pernikahan dini’ khususnya kepada putraputri yg masih dalam usia sekolah,” sambung Tetyfebrianti5.

Fajriramadhan13 mengingatkan, pernikahan dini memiliki banyak dampak pada kesehatan anak perempuan. Peningkatan risiko penyakit menular seksual, kanker serviks, malaria, kematian saat melahirkan, dan fistula kebidanan.

Sementara itu, menurut CharlieSanjaya, pelemahan PJJ yang sudah berlangsung sekarang ini akibat arus kritik terhadap kebijakan tersebut.

Baca juga : Bamusi Sesalkan Rencana Penyegelan Masjid Ahmadiyah di Tasikmalaya

“Lu yakin ini bukan karena pengakuan pemerintah kalau fasilitas pendukung PJJ yang rendah bikin berbagai dampak negatif kayak potensi putus sekolah dan pernikahan anak,” ujarnya.

Cindystela mengimbau kepada siswa agar belajar yang tekun selama pandemi. Kata dia, kalau masih bisa sekolah di masa pandemi ini, apalagi masih dibayarin orang tua, belajar yang baik dan benar.

“Banyak yang harus putus sekolah karena dampak covid ini dan mungkin gak akan pernah balik lagi ke sekolah,” ungkapnya. “Berapa banyak ya anak-anak putus sekolah karena Covid-19? Kapan kelarnya sih ini?

Pembelajaran online tuh gak efektif, kuota masih barang mahal buat beberapa atau banyak orang,” tutur Indahndaindahh. Ciptosiman tidak setuju dengan pernyataan yang menyebut putus sekolah hingga pernikahan dini meningkat selama PJJ.

“@Kemendikbud_RI bilang sama Pak Jumeri saya tantang debat dia masalah ini. Pak @jokowi, Pak Nadiem bos @gojekindonesia kalau kelas dirjen ngomong asal-asalan kayak gini suruh mundurlah Pak,” cetusnya.

Lebih lanjut, Jumeri mengungkapkan, persepsi orang tua terhadap sekolah selama PJJ juga berubah. Sebab selama PJJ, sekolah seolah-olah menyerahkan proses pendidikan kepada orang tua. Sementara orang tua belum tentu memiliki kemampuan memahami materi pelajaran anak-anaknya. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.