Dark/Light Mode

Gawat! Semua Portal Online Dalam Ancaman Hacker

Senin, 24 Agustus 2020 21:33 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

 Sebelumnya 
"Serangan semacam ini bisa terjadi kepada media mana saja, dan biasanya korban tidak tahu bila sedang diretas. Karena itu harus rutin melakukan penetration test,” terangnya.

Pratama berharap kasus semacam ini tidak berulang dan bisa segera diselesaikan. Khawatir bila tidak diusut akan mengundang saling retas dari orang-orang yang bersimpati.

Padahal tidak diketahui pasti pelakunya sehingga para pihak yang tidak terlibat peretasan malah menjadi target dan korban.

Baca juga : Grand Cempaka Resort and Convention, Hadirkan Wisata Keluarga

Untuk media besar terutama media nasional sebaiknya mempunyai unit tersendiri yang bertanggung jawab dan fokus terhadap keamanan siber.

"Hal ini masih sangat jarang karena masih banyak yang beranggapan bahwa bagian IT pasti mengerti tentang keamanan siber, padahal dalam kenyataannya IT itu sangat luas, sehingga perlu penegasan adanya struktur tersendiri yang khusus bertanggung jawab terhadap keamanan siber. Hal ini biasa disebut dengan CSOC (Cyber Security Operation Center)," katanya.

Pada akhirnya isu keamanan siber juga sudah harus mulai menjadi perhatian tidak hanya oleh unit yang bertanggung jawab terhadap IT tapi juga sampai ke level teratas di redaksi.

Baca juga : Al-Qaeda Masuki Utara, Militer Mali Lancarkan Kudeta

"Kesadaran dan kewaspadaan sedari dini diharapkan bisa mengurangi resiko serangan siber,” ujar Pratama.

Deface pada website merupakan peretasan ke sebuah website dan mengubah tampilannya, dalam kasus Tempo halaman webnya diubah dengan “poster” hoaks.

Dari deface peretas bisa saja masuk lebih dalam dan melakukan berbagai aksi, misalnya modifikasi data , bisa jadi ada berita yang diubah, dihapus atau ada membuat berita tanpa sepengatahuan pengelola, seperti yang dialami Tirto.

Baca juga : Menpora Sebut Peran FORMI Penting Dalam Pemasalan Olahraga

Ada berbagai tujuan dari seseorang maupun sekelompok melakukan deface. Aksi deface website sering dilakukan untuk menunjukkan keamanan website yang lemah.

"Tapi juga bisa sebagai kegiatan hacktivist, deface website untuk tujuan propaganda politik. Biasanya upaya tersebut dilakukan dengan menyelipkan pesan provokatif pada website korbannya,” pungkas Mantan pejabat Lembaga Sandi Negara. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.