Dark/Light Mode

Redaktur
RM.id Rakyat Merdeka - PSBB di Jakarta telah menjadi PSBB Transisi. Namun sekolah-sekolah masih menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Siswa pun harus mengikuti arahan sekolah jarak jauh tersebut. Jam sekolah menjadi fleksibel. Memang harus absen secara online, namun tidak harus online hingga beberapa jam seperti jam sekolah tatap muka.
Kesibukan siswa di masa pandemi ini sedikit berubah. Mereka memang harus belajar online, tetapi jam bebas mereka juga bertambah usai belajar.
Di tempat saya, yang dominannya masih di wilayah kampung meskipun di Jakarta, anak-anak justru seperti sedang libur sekolah. Kumpul-kumpul sambil mabar game online melalui ponsel mereka. Protokol kesehatan pun tak dipedulikan. Kegiatan itu dimulai jam 9 pagi hingga malam hari. Beberapa kali ditegur oleh tokoh masyarakat. Karena mereka kadang sudah becanda berlebihan.
Atas kegelisahan beberapa masyarakat, saya dan beberapa remaja mushala memutuskan membuat kegiatan pengajian dengan ekstrakurikuler alat musik islami (hadrah). Karena jika kami menegur secara langsung, mereka tak peduli. Maka harus dengan media pengajian ini.
Saya mulai izin dengan tokoh masyarakat dan ketua RT. Setelah mendapat izin, saya mulai mencari donatur untuk membeli satu paket hadrah. Alhamdulillah, gayung bersambut. Cukup 1 hari, langsung terkumpul uang untuk beli satu paket hadrah.
Ternyata, kehadiran alat musik ini cukup menarik simpati anak-anak di lingkungan rumah saya. Mereka yang biasa kumpul-kumpul, langsung ikut pengajian. Memang, niat mereka ingin main hadrah. Namun kami memberi syarat, jika ingin main hadrah, harus ikut pengajian terlebih dahulu. Jadi, hadrah hanya pelengkap, bukan materi utama. Tetapi, tujuan awalnya adalah untuk mengurangi kumpul-kumpul bermain game online yang membuat orang tua di sekitar kami resah. Karena suka teriak-teriak bercanda dan berkata kasar atau kotor.
Baca juga : Baca Novel Made In China
Sekarang, mereka tetap kumpul-kumpul di depan rumah. Namun, jarang bermain game di ponsel. Mereka bersama-sama latihan bernyanyi untuk bermain hadrah di malam hari di mushala. Mereka tetap kumpul-kumpul, tapi tak ada bercanda yang berlebihan. Tak ada kata kasar maupun kotor, karena sudah bisa saling mengingatkan. Protokol kesehatan minimum memakai masker sudah diterapkan.
Cara ini mungkin kontroversi. Karena kami justru mengumpulkan orang banyak. Tapi, bagaimana seruan kami bisa didengar jika kami tak membuat media atau sarana terlebih dahulu. Sehingga kami bisa memberikan arahan yang terbaik, termasuk soal menjaga jarak, memakai masker dan lainnya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mudah-mudahan kami bisa konsisten.
Nana Maulana, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.