Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ulama Dan Akademisi Harus Perkuat Lapak Digital Intelektual

Rabu, 7 Oktober 2020 13:40 WIB
Webinar Internasional dengan tema, Tantangan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Abad 21: Kajian Aqidah di Indonesia dan Thailand Era Revolusi Industri 4.0 pada Masa Pandemi Covid-19, Rabu (7/10). (Foto: Istimewa)
Webinar Internasional dengan tema, Tantangan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Abad 21: Kajian Aqidah di Indonesia dan Thailand Era Revolusi Industri 4.0 pada Masa Pandemi Covid-19, Rabu (7/10). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para ulama dan akademisi perguruan tinggi diminta bergerak aktif dan serius mengisi lapak digital intelektual. Hal ini penting dilakukan agar jangan sampai media sosial digital diisi oleh caci maki dan kebencian, jauh dari pilar-pilar keilmuan. 

“Kami di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah sedang menyiapkan apa yang kami sebut sebagai Intelectual Place. Orang bisa berinteraksi di lapak-lapak ilmu pengetahuan dengan mudah dengan pengisinya yang jelas sanad keilmuannya,” tegas Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Islah, saat membuka Webinar Internasional dengan tema “Tantangan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Abad 21: Kajian Aqidah di Indonesia dan Thailand Era Revolusi Industri 4.0 Pada Masa Pandemi Covid-19”, yang diselenggarakan Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta, Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) Indonesia, dan The Ulama Council of Fathoni Darussalam Foundation-Thailand, Rabu (7/10)

Islah mengingatkan pentingnya dunia intelektual menginisiasi lapak intelektual. Mengingat saat ini semuanya serba google. Guru, ustaz, dosen virtual itu bernama google. Harapannya, agar semua mampu beradaptasi, gagasan mencerdaskan dan mencerahkan dapat didiseminasikan melalui media dan ruang digital/virtual. “Jangan sampai media sosial itu becek dengan hal-hal yang tidak penting, jauh dari nilai intelektual,” pesannya.

Baca juga : Pandemi Covid-19, Membuat Transformasi Digital di Indonesia Lebih Cepat.

Islah juga mengingatkan bahwa abad 21 adalah abad digital. Dunia intelektual juga menghadapi masalah serius, yakni matinya kepakaran. Dunia media massa telah menjadikan siapa saja menjadi seolah pakar, bebas bicara apa saja dan tentang apa saja. 

Karena itu, lanjutnya, ilmu-ilmu Ushuluddin selayaknya menjadi garda depan untuk mengingatkan umat manusia bahwa intelektualitas menjadi bagian penting. Keyakinan, kebenaran dan ilmu pengetahuan harus dihasilkan dari proses secara mendalam. Filsafat, sebagai cara berpikir yang mendalam, radikal, dan substansial menjadi bagian yang tidak bisa ditawar. Di sinilah, ilmu-ilmu Ushuluddin akan selalu relevan.

Ketua Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) Indonesia, Munir, menegaskan, topik tentang tantangan kajian aqidah yang diangkat dalam webinar internasional ini sangat relevan dengan Prodi Aqidah dan Filsafat Islam dan situasi saat ini. “Saat ini kita sedang menghadapi suasana pandemi, keimanan menjadi pondasi dasar untuk bersikap dan bertindak. Kita semua tentu berkewajiban terus mengingatkan dan mencerahkan umat untuk memiliki nilai keimanan dan keislaman yang kokoh. Ajaran aqidah harus terus diterjemahkan, agar dapat menjadi pandangan dunia yang kokoh dan membumi bagi banyak pihak,”tegasnya.

Baca juga : Agar Tak Cuma Jadi Pasar, Pemerintah Harus Atur Sektor Digital

Tantangan kemanusiaan secara sosial dan individual sangat terasa berat. Misalnya artificial intelligence. Aqidah dan Filsafat Islam berperan penting merespons ini. 

“Siapa saya? Sebagai manusia yang beriman, berkomitmen dan berakal. Prodi AFI diharapkan mampu memandu umat untuk menghadapi revolusi industri 4.0 maupun situasi pandemi seperti sekarang ini. Jangan sampai dengan situasi ini, mendorong semakin banyaknya orang yang atheis. Ini tugas kita semua untuk memberikan pencerahan, agar orang beragama semakin kuat aqidahnya,” tegas dosen Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.

Ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta, Siti Nurlaili M, menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan Islam, lebih khusus lagi kajian aqidah Islam baik di Indonesia yang merupakan negara mayoritas Muslim, maupun di Thailand yang sebaliknya, warga Muslim sebagai minoritas. 

Baca juga : Bertahan Saat Pandemi, Mandiri Syariah Andalkan Layanan Digital

Selain Munir, narasumber dalam kegiatan tersebut adalah dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta Imam Sukardi dan Wakil Ketua Jamiyah Fathoni Darussalam-Thailand Ahmadkamae Waemusor, dengan moderator Lukman Fauroni. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.