Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Soal Rencana Back To School Januari 2021

Pakar Epidemiologi: Hati-hati, Syaratnya Belum Terpenuhi

Sabtu, 21 November 2020 13:22 WIB
Pakar Epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman (Foto: ist)
Pakar Epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman angkat bicara mengenai rencana pemerintah, untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka di sekolah pada Januari 2021.

Menurutnya, pemerintah pusat dan daerah harus berhati-hati dan matang dalam mengambil langkah, sebelum membuka pembelajaran tatap muka. Pasalnya, penutupan sekolah selama pandemi - terutama di Jabodetabek - berkontribusi signifikan melandaikan kurva. 

Dicky mengatakan, sektor ini bukan satu-satunya sektor penyumbang turunnya kurva. Namun, perannya amat signifikan. Apalagi, saat ini, gelombang satu saja belum selesai. Tapi setidaknya, penutupan sekolah, pesantren, kampus, dan lembaga pendidikan lainnya membantu menekan peningkatan kasus  agar tak terlampau tajam. 

Baca juga : Soal Back To School Januari 2021, Wagub DKI Masih Pikir-pikir

"Dari sisi epidemiologi, kondisi saat ini, dan berdasarkan kriteria pelonggaran dari WHO (World Health Organization) pembukaan sekolah, pesantren dan kampus di seluruh wilayah Indonesia, belum memenuhi syarat untuk tatap muka," ujar Dicky kepada RMco.id, Sabtu (21/11).

Dicky menambahkan, ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam pembelajaran tatap muka. Pertama,  positivity rate belum di bawah 5 persen. Kedua, angka kasus harian belum menurun signifikan selama dua pekan berturut-turut. Angka kasus yang turun dalam dua pekan berturut-turut itu, dihitung sejak positivity rate di bawah 5 persen.

"Ini harus terpenuhi dulu. Demi melindungi anak-anak kita, keluarga dan masyarakat," tambah Dikcy.

Baca juga : Ketua Satgas Covid Minta Pemda Siapkan Fasilitas Skrining Di Setiap Sekolah

Ia tak menampik, anak-anak dan orang tua mengalami dampak buruk akibat pembelajaran daring. Namun, saat ini, Indonesia memang belum dalam situasi ideal untuk pembelajaran tatap muka.

Jika memang segera ingin segera dibuka, jangan fokus pada mekanisme dan sistem pembukaan sektor pendidikan. Fokuslah pada upaya percepatan pelandaian kurva seperti optimalisasi testing, tracing, treatment atau 3 T dan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan atau 3 M.

"Ini satu-satunya cara mempercepat pembukaan. Tapi kan testing kurang. Sudah 9 bulan lebih loh. Amat tidak setara dan merata. Apalagi tracing. Memang Jakarta sudah, tapi wilayah lain?" tanyanya.

Baca juga : Kapolri Beraninya Cuma Mengimbau

Dicky juga mengingatkan, strategi pengendalian pandemi tidak bisa sektoral. Harus komprehensif dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. 

"Tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Pemerintah pusat harus sinergi  harus membantu. Kita tahu ada kesenjangan di daerah. Di pusat saja belum siap. Apalagi, faktanya, di daerah banyak yang belum tahu dengan pandemi baru ini," pungkasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.