Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Ekonomi Mandek Karena Ada Yang Senang Impor
Jokowi: Hati-hati, Saya Ikuti Kamu...
Senin, 16 Desember 2019 14:40 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi menegaskan, impor bahan bakar minyak dan gas yang besar menjadi salah satu penyebab transformasi ekonomi di Indonesia tidak berjalan atau mandek.
"Dikit-dikit impor, dikit-dikit impor. Terutama yang berkaitan dengan energi, barang modal, dan bahan baku," kata Jokowi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12).
Baca juga : Jokowi Minta Ayam Lokal Masuk Rest Area
Jokowi mengatakan, barang modal dan bahan baku tak masalah jika impor, karena bisa dire-ekspor. Namun, ia geram dengan impor di sektor energi. Terlebih, impor minyak saat ini mencapai 700-800 ribu barel per hari.
"Kurang lebih ya. Per hari. Jangan mikir per tahun. Baik itu minyak maupun gas. Juga ada turunan petrokimia. Sehingga membebani, menyebabkan defisit. Itu bertahun-tahun nggak diselesaikan," sesalnya.
Baca juga : Jokowi Pasrah dan Bersyukur
Padahal, kata dia, batu bara yang melimpah di Indonesia bisa disubstitusi menjadi energi gas. Jadi, tak perlu impor. Pun dengan avtur, yang bisa disubstitusi dengan CPO atau 'crude palm oil'.
"Kok kita senang impor avtur ya. Karena ada yang hobinya impor. Itu karena apa? Untungnya gede. Inilah sebabnya, transformasi ekonomi di negara kita mandek," keluh Jokowi.
Baca juga : Foto Bareng di Tangga Istana, Jokowi: Terima Kasih Pak JK
Menurutnya, mafia migas telah bermain lama dan menghisap keuntungan dari impor BBM dan gas. Presiden memberi ultimatum. "Saya cari, sudah ketemu siapa yang senang impor. Saya mengerti. Hanya, perlu saya ingatkan bolak-balik, hati-hati kamu. Hati-hati, saya ikuti kamu. Jangan menghalangi orang ingin membikin batu bara menjadi gas, gara-gara kamu senang impor gas. Kalau ini bisa dibikin ya sudah, nggak ada impor gas lagi," ultimatum Jokowi.
Presiden juga mengarahkan industri pertambangan, agar tidak mengekspor barang tambang mentah. Paling tidak, mengirim barang setengah jadi. Sebab, hal itu akan meningkatkan nilai tambah atas produk dan mendorong terciptanya lapangan kerja. [OKT]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya