Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Joko Santoso, Kepala Biro Perencanaan Dan Keuangan Perpusnas

Meningkatnya Minat Baca Saat Pandemi

Rabu, 25 November 2020 14:24 WIB
Joko Santoso (Foto: Istimewa)
Joko Santoso (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagaimana pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan membaca kita? Laman The Digital Reader yang didukung oleh Amazon pada 10 November 2020 merilis infografik Kebiasaan Membaca Dunia 2020. Terdapat beberapa sorotan dari infografis tersebut yang menarik untuk dicermati. Misalnya dalam soal waktu yang dihabiskan untuk membaca per minggu. Dari 22 negara negara yang diperingkat, India disebutkan membaca lebih banyak dari negara lain. Mereka membaca rata-rata 10 jam 42 menit per minggu. Diikuti oleh Thailand pada peringkat kedua, dengan lama waktu membaca per minggu 9 jam 24 menit. China menduduki peringkat ketiga dengan lama membaca per minggu rata-rata 8 jam. 

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia menduduki peringkat ke-16 dengan lama waktu membaca per minggu rata-rata 6 jam. Peringkat Indonesia di atas Argentina yang memiliki waktu rata-rata membaca per minggu 5 jam 54 menit. Negara yang kita pandang maju, seperti Canada, bahkan di peringkat 20 dengan lama membaca per minggu rata-rata 5 jam 48 menit. Jerman dengan rata-rata 5 jam 42 menit yang sama dengan Amerika Serikat.  

Peringkat Indonesia ini jika dibanding dengan hasil riset serupa dari NOP World Culture Index Score pada tahun 2018, kegemaran membaca masyarakat Indonesia berada pada urutan ke-17 dari 30 negara yang diriset. Artinya, pada situasi pandemi di tahun 2020 ini, peringkat membaca Indonesia naik, namun tingkat rata-rata membaca tetap, yakni 6 jam per minggu.

Lihat perbandingan berikut. Yang atas adalah riset tahun 2018 dan bawah tahun 2020: 

Tabel Kebiasaan Membaca (www.the-digital-reader.com)

 

Baca juga : Serahkan Surat-Surat Kepercayaan, Dubes Kama Targetkan Peningkatan Perdagangan RI-Swedia

Jika kita cermati infografik yang dirilis oleh The Digital Reader di atas menunjukkan temuan menarik, bahwa 35 persen orang di dunia membaca lebih banyak karena Covid-19. Barangkali ini erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat yang serba terbatas di masa pandemi Covid-19, lalu menjadikan membaca sebagai aktivitas pilihan. Hal ini senada dengan yang dilaporkan oleh Perpustakaan Nasional pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR, tanggal 16 April 2020, bahwa selama masa pandemi Covid-19  pengguna perpustakaan digital IPusnas per minggu naik 130 persen. 

Buku Yang Dibaca 
The Digital Reader melaporkan bahwa selama pandemi buku-buku roman adalah genre pilihan terbanyak dibaca. Bahkan, sepertiga dari semua buku fiksi di pasar umumnya adalah novel roman. Hal serupa dilaporkan oleh Perpustakaan Nasional selama masa pandemi kategori buku paling populer dibaca melalui perpustakaan digital iPusnas adalah fiksi. Peringkat kedua buku-buku berkategori Pendidikan,  dan ketiga buku-buku kategori bisnis dan ekonomi.  Nampaknya dalam situasi pandemi membaca buku-buku novel roman atau fiksi dapat menjadi penghiburan sekaligus meningkatkan imunitas tubuh. 

Membaca menurut hasil riset terbaru (2020) dapat mengurangi stress sampai 68 persen, mengembangkan kecakapan analitik, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, mengurangi tekanan darah, kepikunan dan demensia, menambah perbendaharaan kata dan memperbaiki kemampuan menulis. Tak heran dalam laporan The Digital Reader disebutkan bahwa secara global pengguna internet lebih banyak membaca (35 persen), dan 14 persen membaca lebih banyak buku secara signifikan.  

Perilaku membaca masyarakat secara global berubah. Polarisasi kalangan pembaca pun menunjukkan perubahan yang menarik. Misalnya, dilaporkan bahwa membaca buku tak lagi didominasi oleh Generasi Baby Boomers (28 persen), bahkan mereka diungguli jauh oleh Generasi Milenial (40 persen), lalu Generasi Z menempati 34 persen dan Generasi X sebanyak 31 persen.  

Pandemi berdampak pada dunia Pendidikan secara global. Lebih dari 1.3 miliar anak-anak di dunia tidak bisa ke sekolah karena virus Corona. Dampaknya 90 persen siswa belajar mandiri dari rumah. Berkah dari situasi ini ialah naiknya buku-buku Pendidikan.   Data terbaru memperlihatkan penjualan buku genre edukasi dan anak-anak naik sampai 234 persen di Inggris. Sedangkan buku fiksi naik sampai 30. Ini menjadi lonjakan ketiga tertinggi sepanjang bulan Maret 2020, menurut laporan BBC. Di Amerika Serikat, penjualan buku anak-anak nonfiksi naik sampai 66 persen di bulan yang sama. Menurut data yang dilansir oleh NPD Group, sebuah perusahaan data dan konsultansi konsumen yang beroperasi di 20 negara dengan 2.000 klien, hal ini terutama didorong oleh kategori buku yang berfokus pada pendidikan dan kegiatan anak-anak yang naik 128 persen, alat bantu belajar (naik 235 persen), buku sekolah dan pendidikan (naik 143 persen) dan buku seni bahasa (naik 265 persen) (Viva, 2/5).

Baca juga : Coway Siap Penuhi Standar Kesehatan Air Dan Udara Saat Pandemi

Anjuran bahkan perintah untuk 'stay at home' yang berlaku di hampir seluruh dunia, telah membuat kegiatan membaca menjadi booming. Ini dikatakan oleh Presiden International Publisher Association, Hogo Setzer, seperti dilaporkan oleh laman World Economic Forum, pada 30 April 2020. Buku dan membaca, kini menjadi pelarian yang ideal dari kungkungan tembok di sekitar kita. Di tengah pandemi ini, dengan membaca manusia mencoba memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, bagaimana mengatasinya dan membuat kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Pada saat yang sama, orangtua yang berusaha membantu anak-anak mereka belajar di rumah, mulai lagi menoleh ke sumber-sumber edukasi yang ada. Sebagian menoleh ke sumber-sumber online, namun tidak sedikit berfokus ke buku-buku konvensional.

Penerbitan Buku
Pada laporan The Digital Reader Nampak kebiasaan membaca yang meningkat di masa pandemi Covid-19, sayangnya tidak berbanding lurus dengan tingkat penjualan buku. Secara umum penjualan buku dunia menurun karena Covid-19. Fenomena yang menarik ialah tingkat pembelian buku cetak oleh masyarakat masih lebih tinggi dibandingkan pembelian eBook atau buku audio. Sedang, faktanya selama pandemi Covid-19 berkecamuk tingkat aktivitas sehari-hari masyarakat lebih banyak dilakukan secara daring dari rumah. 

Meskipun kondisi penjualan buku selama pandemi Covid-91 di Indonesia sama menurunnya. Hasil survei Ikatan Penerbit Indonesia di 100 perusahaan penerbitan buku menyebutkan, selama masa pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami penurunan penjualan lebih dari 50 persen. Sedangkan 29,6 persen penerbit lainnya mengalami penurunan penjualan 31-50 persen, terdapat 8,2 persen penerbit mengalami penurunan 10-30 persen, dan hanya 4,1 persen penerbit yang penjualannya stabil seperti hari-hari biasa. Namun, IKAPI menyebutkan bahwa penjualan buku melalui platform daring Indonesia justru berpeluang ditingkatkan (Kompas, 17/5).

Data dari The Digital Reader menyebutkan bahwa negara tertinggi memproduksi buku per tahun adalah China, yakni 440.00 judul per tahun. Disusul kemudian Amerika Serikat 304.912 judul per tahun lalu Inggris dengan 184.000 judul per tahun. India berada pada peringkat ke-7 dunia dengan terbitan 90.000 judul per tahun. Indonesia kemungkinan besar berada di peringkat selanjutnya, mengingat data Perpustakaan Nasional menunjukkan jumlah terbitan rata-rata Indonesia 81.714 judul per tahun. Jumlah terbitan per tahun ini tentu masih sangat kurang memadai dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020. Pada tahun ini Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat (Databoks, 16/12). 

Lesunya penerbitan selama masa pandemi dialami penerbit dan organisasi bidang perbukuan dunia. Karena itu, International Publishers Association (IPA), International Authors Forum (IAF), European and International Booksellers Federation (EIBF), International Federation of Reproduction Rights Organisations (IFRRO), dan organisasi penerbit buku sains, teknologi, dan medis mendesak negara-negara di dunia untuk menghargai, mendukung, dan menggelorakan pentingnya buku. Di Indonesia ajakan untuk membaca buku diungkapkan Presiden RI Joko Widodo melalui akun instagramnya. Minggu 17 Mei 2020, Jokowi mengatakan; “Menjalani hari-hari di tengah pandemi Covid-19 ini kita semua hidup dalam keterbatasan. Kegiatan terbatas, pertemuan terbatas, bahkan ruang gerak terbatas. Saat-saat seperti inilah kita lebih punya waktu untuk membaca buku, baik buku fisik maupun buku digital," kata Jokowi. 

Baca juga : Dari Empat Saksi, KPK Gali Proses Perencanaan Anggaran dan Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gereja Di Mimika

Revitalisasi Membaca
Tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang vertikal terhadap kualitas bangsa. Tinggi-rendahnya literasi akan mempengaruhi produktivitas serta kesejahteraan suatu bangsa. Prasyarat mutlak terwujudnya kemampuan literasi adalah membaca. Tingkat kegemaran membaca seseorang akan mempengaruhi wawasan, mental serta perilaku seseorang. Dalam masa pandemi Covid-19 ini kemampuan literasi mempengaruhi apakah informasi kesehatan dapat diterima lebih baik oleh masyarakat sehingga mampu menekan jumlah korban. 

Negara dengan nilai rata-rata tingkat literasi yang lebih rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang pandemi dibandingkan negara lainnya. Sebaliknya, masyarakat dengan kemampuan literasi yang lebih tinggi cenderung akan lebih sadar terhadap rentannya kondisi pandemi. Mereka akan mampu mendeteksi gejala secara mandiri, mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya risiko, mampu berfikir positif bahkan tetap produktif di masa pandemi.   

Pemulihan sosial ekonomi masyarakat dampak pandemi akan lebih cepat dengan adanya pusat-pusat layanan literasi sampai ke tingkat desa. Perpustakaan desa dan pustakawan dapat berperan dalam transformasi pengetahuan dan pemberdayaan berbagai potensi masyarakat berbasis pengetahuan. Tetap semangat, salam literasi…!*** 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.