Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Asah Literasi Anak, Buku Harus Lebih Prioritas Dari Gadget

Selasa, 8 Desember 2020 10:48 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, pada Webinar Mengenal Karakter Anak Didik Guna Membangun Budaya Baca, Senin, (7/12). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, pada Webinar Mengenal Karakter Anak Didik Guna Membangun Budaya Baca, Senin, (7/12). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam mendidik anak, kadang-kadang orang tua menerapkan aneka peraturan yang ketat. Padahal, kondisi tersebut justru bisa mengganggu perkembangan kecerdasan anak. Termasuk dalam kegemaran membaca dan kemampuan literasi.

“Tidak semua orang memahami bagaimana membuat anak-anak gemar membaca. Bagaimana mereka punya kemampuan mengenal huruf, kata, dan dapat menyampaikan pendapat. Hal ini memerlukan waktu dan pengorbanan para orang tua,” ujar Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando, pada Webinar “Mengenal Karakter Anak Didik Guna Membangun Budaya Baca”, Senin, (7/12).

Baca juga : Gaet Nasabah Super, BNI Syariah Luncurkan Hasanah Debit Prioritas

Menurut Syarif, anak-anak memiliki ruang keingintahuan butuh dukungan kreativitas lingkungan sekitarnya. Seperti bagaimana seorang ibu memiliki ide menulis dalam lembaran dan kemudian anak menyukai. 

“Durasi anak-anak di sekolah tidak lebih dari 30 persen. Sisanya, mereka lebih banyak memiliki waktu di rumah. Maka itu, penting dipahami bagi para orang tua agar jangan meletakkan harapan kemampuan anak hanya dari sekolah, melainkan di rumah, tempat mereka memiliki banyak waktu,” tambah Syarif.

Baca juga : Perusahaan Indonesia Akan Buka Pabrik Sabun Di Tanzania

Kajian Program for International Student Assessment (PISA) seperti yang dirilis UNESCO mengungkap, posisi peserta didik Indonesia yang bisa mengakses buku pelajaran hanya 47,4 persen. Di 2020, angka tersebut pasti mengalami penurunan lagi, karena kondisi pandemi. Untuk mengatasi hal ini, harus dicarikan solusi bagaimana kebijakan study from home dan pengelolaan perpustakaan berbasis perpustakaan digital bisa menjangkau para siswa di rumah.

Ketua Forum Dosen, Guru, dan Masyarakat (Fordorum) Sri Watini mengatakan, anak adalah pondasi masa depan penerus generasi bangsa. Anak memiliki masa-masa observasi yang tidak mau berhenti belajar. Mereka butuh dibekali kemampuan literasi yang baik. Literasi saat ini tidak sekadar membaca tulisan, aksara, sistem dan budaya.

Baca juga : Aksi Sinergi Anak Negeri, Pemuda Papua Ingin Jadi Presiden

“Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia,” kata Sri.

Sri menambahkan, setiap anak memiliki cara beda dalam menerapkan literasi, eksistensi, saat tidak mampu menyampaikan secara tulisan maupun verbal. Kegiatan literasi menjadi suatu kewajiban bagi semua guru dan bidang studi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.