Dark/Light Mode

Binasakan Buzzer

Dengerin Nih Nasihat Buya

Kamis, 11 Februari 2021 06:30 WIB
Buya Syafii Maarif. (Foto: ist)
Buya Syafii Maarif. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keberadaan buzzer atau pendengung di media sosial sudah sangat meresahkan. Banyak tokoh dan warga biasa yang menyerukan agar para buzzer ini "dibinasakan". 

Ahmad Syafi'i Ma'arif termasuk tokoh bangsa yang jengah dengan keberadaan para buzzer ini. Eks Ketum PP Muhammadiyah yang akrab disapa Buya ini meminta Pemerintah dan oposisi tidak pakai buzzer-buzzeran agar demokrasi berjalan dengan baik.

Hal tersebut dikatakan Buya kepada wartawan, kemarin. Buya mengatakan, budaya politik yang arif harus tetap dibangun. Apalagi, saat ini Indonesia tengah dihadapkan dengan banyak masalah.

Buya meminta, Pemerintah terus terang jika memang telah melakukan kekeliruan dalam bidang apa pun. Begitu juga kepada pihak sebelah atau oposisi agar melakukan cara-cara demokrasi yang elegan.

“Semangat satu bangsa dan satu tanah air mesti didahulukan,” kata Buya. 

Baca juga : Ganjar: Gerakan Jateng Di Rumah Saja Bukan Sinyal Lockdown

Buya juga meminta kepada semuanya, tidak bermain buzzer-buzzeran untuk membangun opini. Sebab, hal itu hanya bikin situasi makin panas. 

Keluhan soal buzzer juga dikeluhkan dalang nyentrik, Sujiwo Tejo. Dia mencap para buzzer penumpang gelap harus ditertibkan. 

Dia khawatir, niat warga melempar kritik ke Pemerintah bisa surut gara-gara resah dengan serangan buzzer. Akibatnya, banyak yang akhirnya jadi malas mengritik. “Bukan karena takut buzzer, tapi risih saja dengan kata-kata mereka yang tak senonoh,” ujarnya.

Penulis buku 'Tuhan Maha Asyik' ini mengatakan, keberadaan buzzer-buzzer ini akan menyeleksi kritikus. Tak banyak tokoh yang tangguh bertahan dari bully buzzer.

Lantas, dia menyontohkan tentang perkataan Presiden Jokowi yang mempersilakan untuk mengeritik Pemerintah. “Tapi buzzer penumpang gelap yang justru ingin menjatuhkan Pak Jokowi, yang ingin membuat citra buruk Pak Jokowi bahwa antikritik,” katanya. 

Baca juga : Miliki Berat Badan Ideal Dengan Program Diet Sehat D8

Nah, jika ingin masyarakat aktif melontarkan kritik, Jokowi disarankan segera menertibkan buzzer.

Hal senada dikatakan eks Menko Maritim, Rizal Ramli. Bagi Rizal, penggunaan buzzer bayaran secara massif merupakan bagian dari upaya pembodohan bangsa. Sebab, tak jarang para buzzer bayaran itu menggunakan logika yang cetek saat berdebat.

“Dan bahasa yang kurang mencirikan kepribadian bangsa,” katanya.

Politisi PKS, Al Muzzamil Yusuf mempertanyakan biaya buzzer. Apalagi, Permadi Arya alias Abu Janda yang dikenal sebagai buzzer Pemerintah, mengaku dibayar dengan nominal besar. “Pertanyaan kami untuk klarifikasi kepada publik, apakah Permadi Arya dibayar dengan APBN?” tanyanya.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Asfinawati mengatakan, sulit untuk tidak mengkaitkan buzzer itu sebagai pendukung pemerintah. Menurut dia, pemerintah harusnya bisa mengendalikan oknum yang menjadi buzzer itu. Sebab, oknum tersebut adalah pendukung dan ada di bawah Pemerintah.

Baca juga : Ringankan Peradangan Dengan Konsumsi Makanan Alami

Lalu bagaimana tanggapan Istana? Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Donny Gahral Adian memastikan, buzzer bukan pemerintah. Kalau kemudian oposisi diserang buzzer, itu bukan Pemerintah.

“Siapapun yang berkomentar di media sosial harus siap menerima serangan atau kritikan balik dari mereka yang ada di media sosial atau netizen. Itu sudah biasa. Artinya, bukan cuma oposisi, pemerintah juga,” ujarnya.

Sebelumnya, Jokowi mendorong masyarakat lebih aktif melaporkan kritik dan potensi maladministrasi pelayanan publik.

“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik, masukan ataupun potensi maladministrasi, dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan," pinta Jokowi.

Hal senada dikatakan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung. Menurut dia, kritik dan saran sangat penting bagi pemerintah. "Kritik yang keras dan terbuka akan membuat pembangunan lebih terarah," katanya. [QAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.