Dark/Light Mode

Radikalisme Bertebaran Di Dunia Maya, Ayo Lawan Dengan Banjiri Medsos Sama Konten Positif

Rabu, 7 April 2021 12:43 WIB
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP) Antonius Benny Susetyo (Foto: Istimewa)
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP) Antonius Benny Susetyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo memaparkan, radikalisme sangat marak di medsos (media sosial). Dia mengajak masyarakat melawan hal ini. Salah satu caranya, membanjiri medsos dengan konten-konten positif.

Hal itu disampaikan Benny dalam Diskusi Komsos Cegah Tangkal Radikalisme/Separatisme dengan tema “Meneguhkan Toleransi Mencegah Radikalisme dan Sparatiske” yang diselenggarakan TNI Angkatan Darat (AD), Rabu (7/4). Diskusi ini dihadiri oleh lebih dari 100 mahasiswa.

Dalam paparannya, Benny menjelaskan, radikalisme terjadi tidak hanya dalam satu agama. "Tapi banyak kelompok yang melakukan tindak radikalisme demi kepentingan sesaat," jelasnya.

Baca juga : Perpustakaan Dampingi Masyarakat Desa Bangkitkan Ekonomi Selama Pandemi

Menurut Benny, radikalisme ini muncul dari pemikiran yang tidak utuh. Para pelakunya banyak salah tafsir dan keluar dari konteks. Padahal, untuk menafsirkan sebuah paham, harus secara menyeluruh. “Tidak boleh hanya setengah atau sebagian dan keluar dari konteksnya," ujarnya.

Benny menambahkan, sekarang ini terjadi “perang suci” yang mengklaim mempunyai surge. Padahal, yang sebenarnya terjadi, kelompok tersebut hanya memperjuangkan kepentingannya. 

"Munculnya perang suci yang mengklaim mempunyai surga dan neraka. Padahal, di dalamnya ada kepentingan lain dan sesaat," ujar Benny.

Baca juga : Pacman Diledek, Maunya Lawan Kacangan Tapi Bayaran Tinggi

Pendiri Setara Institute ini menambahkan, penyebaran radikalisme semakin cepat dengan kemajuan teknologi. Di medsos, banyak konten yang salah dan keluar konteks demi perebutan kekuasaan dan mencapai tujuan tertentu.

Benny berharap, generasi milenial bisa melawan itu. Caranya, membanjiri medsos dengan konten positif dan untuk membangun kesadaran publik.

"Untuk menghadapi terorisme, harus membuat counter wacana positif, khususnya di media sosial. Untuk melawan konten negatif serta akhirnya akan membangun kesadaran publik," terang Benny.

Baca juga : Jalani Isolasi Mandiri, Audy Nangis Dengar Suara Anak

Di acara yang sama, Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Jubei Levianto memaparkan, kemajuan teknologi telah memengaruhi kehidupan bermasyarakat. "Kita hidup dijaman 4.0, yang kemajuan teknologi semakin pesat dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Terjadi perang modern seperti proxy war, yaitu negara yang kuat akan mengatur negara yang lemah untuk tujuan tertentu," jelasnya.

Jubei menambahkan, cara proxy war biasanya dilakukan dengan mencuci otak, separatis, hingga memasukan ideologi lain. "Radikal atau separatis biasanya menginginkan melepaskan diri dari kedaulatan wilayah dan radikalisme adalah menggunakan kekerasan untuk membuat ketakutan. Ini harus diwaspadai," wanti-wantinya.

Jubei menambahkan, radikalisme di medsos digunakan karena kecepatan jaringan dan sumber anonim. Untuk menghadapi ini, semua pihak harus turun tangan. Sebab, bela negara adalah kewajiban untuk setiap warga negara. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.