Dark/Light Mode

Ngomongin KPK

Johan Budi Sekarang Tidak Segarang Dulu

Minggu, 9 Mei 2021 07:00 WIB
Mantan Jubir dan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi SP. (Foto: JPNN)
Mantan Jubir dan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi SP. (Foto: JPNN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Jubir dan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johan Budi SP ikutan ngomong soal tes wawancara kebangsaan yang dikabarkan membuat banyak penyidik KPK tak lolos ujian. Johan mengaku kaget dengan tes tersebut. Johan tak punya daya lebih selain ngomong begitu.

Kemarin, Johan menjadi salah satu pembicara pada diskusi Polemik Trijaya yang mengambil tema “Dramaturgi KPK”, kemarin.

Selain Johan, hadir juga mantan Ketua KPK Abraham Samad, Peneliti ICW Adnan Topan Husodo, Direktur KPK Giri Suprapdiono, Dosen Pasca Sarjana UPH Emrus Sihombing dan Pakar Hukum Universitas Al-Azhar Suparji Achmad.

Pada acara tersebut, Johan membandingkan tes awal pertama kali dirinya masuk KPK dengan tes wawasan kompetensi (TWK) yang sedang ramai. Johan kaget mendengar 75 pegawai KPK dinyatakan tidak lulus.

Baca juga : Senayan Minta Aparat Tindak Tegas Mafia Tanah

“Seleksi masuk pegawai KPK cukup ketat. Saya terkejut ketika yang disampaikan Pak Giri, ternyata 75 orang itu adalah Kasatgas bahkan eselon I dan II,” kata pria yang kini jadi Anggota Komisi III DPR dari PDIP itu.

Menurutnya, tes wawasan kebangsaan adalah tes alih status sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK. Sebagai mitra KPK di Senayan, dia paham betul terkait mekanisme TWK ini.

“Kalau mau fair, ketika alih status tidak perlu, ada seleksi yang punya akibat sampai seseorang diberhentikan,” ujarnya.

Menurutnya, memberhentikan seorang pegawai KPK itu harus berdasarkan UU, bukan alih status. Pegawai KPK yang dapat diberhentikan itu yang melanggar kode etik berat, atau melakukan pidana, meninggal dunia, mengundurkan diri. “Bukan karena alih status,” ungkapnya.

Baca juga : Horee, Tol Serang-Panimbang dan Tol Merak-Tangerang Bakal Terintegrasi

Sikap Johan ini memang tak segalak saat dia masih menjadi jubir dan pimpinan KPK. Dulu, dia sangat galak dan keras saat KPK diserang. Misalnya dalam kasus cicak vs buaya.

Johan adalah jubir pertama KPK. Karier Johan di KPK terus meroket. Pada 2014, dia diangkat menjadi Deputi Pencegahan KPK. Namun, Johan masih kerap memberikan informasi terkait KPK ke publik.

Tak berhenti sampai deputi, posisi Johan naik lagi di KPK. Ia dipercaya sebagai pimpinan sementara tahun 2015-2016. Setelahnya, ia mencalonkan diri sebagai pimpinan, namun gagal tembus.

Selepas dari KPK, dia diangkat Presiden Jokowi sebagai jubir Presiden. Kemudian, dia bergabung dengan PDIP. Ia kini tercatat sebagai salah satu anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP.

Baca juga : Dirjen Perumahan Khalawi Bertekad Kurangi Rumah Tidak Layak Huni

Sikap Johan sangat beda dengan mantan penerusnya. Febri Diansyah. Mantan jubir KPK itu sangat keras dalam membela KPK.

Febri sendiri sudah mundur dari jubir KPK tidak lama setelah revisi UU KPK diresmikan. Alumni Indonesia Corruption Watch (ICW) itu, kembali ke habitatnya menjadi aktivis anti korupsi.

Mengetahui 75 pegawai KPK akan diberhentikan karena tak lulus tes kebangsaan, Febri langsung tampil terdepan. Melalui akun Twitternya, dia membela para penyidik yang dikabarkan gagal lulus.

Kalemnya Johan juga dipertanyakan netizen. “Saat @KPK_RI sedang “dikubur” mantan jubir @KPK_RI Pak Johan Budi ke mana ya?” tanya mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu di akun Twitter pribadinya, @msaid_didu. “Johan Budi SP ex jubir KPK apa kabar yak? Perasaan dulu kalau bicara pemberantasan korupsi bukan main jagonya,” samber @bachrum_achmadi. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.