Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Soal Vaksin Individu, IDI: Dari Dulu Konsepnya Sudah Ada

Selasa, 13 Juli 2021 10:06 WIB
Disuntik vaksin Covid-19/Ilustrasi (Foto: Dwi Pambudo/RM)
Disuntik vaksin Covid-19/Ilustrasi (Foto: Dwi Pambudo/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Program Vaksinasi Gotong Royong (VGR) Individu oleh Kimia Farma menuai pro kontra. Akibatnya, pelaksanaan vaksinasi yang rencananya dimulai di 6 kota di Jawa Bali pada Senin (12/7), terpaksa ditunda.

Lalu, apa sebenarnya yang menjadi inti permasalahan? Apakah benar program tersebut salah kaprah?

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih menjelaskan, sejak dulu konsep vaksin individu atau mandiri sudah ada. Jadi, seharusnya VGR individu tidak perlu menjadi polemik.

’’Konsep vaksinasi ada dua, yakni vaksin pemerintah dan vaksin individu atau mandiri. Vaksin Pemerintah ialah vaksin yang dibeli Pemerintah kemudian disebar ke Puskemas dan Posyandu untuk dipakai secara gratis kepada masyarakat seperti vaksin polio, campak, dan lain-lain. Sedangkan vaksin mandiri adalah vaksin yang tidak masuk program Pemerintah dan dapat dibeli langsung oleh masyarakat,’’ tuturnya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (13/7).

Terkait vaksinasi gotong royong individu atau vaksin mandiri yang disiapkan Kimia Farma, Daeng menilai seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Yang terpenting, VGR individu ini tidak mengambil jatah program vaksin gratis atau menjual vaksin yang diberikan gratis untuk masyarakat. 

Daeng menilai, skema vaksinasi saat ini memiliki dua manfaat. Pertama, dapat mempercepat herd immunity karena prosesnya berlangsung secara simultan. Kedua, menumbuhkan semangat gotong royong.

’’Bagi orang-orang mampu yang bisa mengakses, itu kan sebenarnya kalau dia membeli juga nggak apa-apa, wong namanya mampu kok. Jadi, yang mampu, mbok ya jangan minta dibayarin pemerintah. Dia malah bergotong royong membantu Pemerintah. Mereka yang mampu vaksin sendiri, dia bayar. Itu kan meringankan pemerintah, gotong royong. Pandemi ini kan membutuhkan gotong royong," katanya.

Hal penting yang perlu diketahui masyarakat, lanjut Daeng, jenis vaksin dalam skema mandiri ini berbeda dengan program Pemerintah yang gratis. Karena jenis vaksin yang digunakan berbeda, maka vaksin program Pemerintah harus tetap terus dilakukan secara massal.

"(Vaksin) terpisah, dan yang gratis tetap dilakukan secara massal. Kan begitu, kalau kita berpikir jernih. Ini opsi yang memberikan kesempatan kepada orang yang mampu untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi, mempercepat tujuan herd immunity, supaya pengendalian pandemi ini kan cepat," terangnya.

"Kedua, fungsinya memberikan kesempatan orang yang mampu gotong royong membantu pemerintah. Masa yang mampu-mampu masih mengandalkan yang gratis-gratis. Ya silakan mengakses karena mampu, silakan mengaskes dia membantu pemerintah, meringankan pemerintah, membantu mempercepat tercapainya herd immunity," sambungnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.