Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Silaturahmi Pemerhati Pendidikan & Pelayanan Kedokteran Dengan Rakyat Merdeka

Kelelahan, Dokter Pantang Menyerah

Kamis, 29 Juli 2021 08:00 WIB
Ilustrasi, sejumlah tenaga kesehatan bersiap sebelum melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19. (Foto: Antara)
Ilustrasi, sejumlah tenaga kesehatan bersiap sebelum melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dokter-dokter memang sudah kelelahan. Tapi mereka masih bersemangat dan pantang menyerah. Tak pernah terlintas untuk mogok, meskipun saat ini bekerja dengan tekanan yang amat tinggi.

“Dokter dan tenaga kesehatan saat ini garda terdepan dan tulang punggung penanganan Covid. Insentif pernah diberikan, tapi belum turun lagi. Padahal sangat dibutuhkan. Jika ini cair, tentu akan sangat baik dampaknya,” kata Prof Dr dr Ratna Sitompul SpM(K), saat kunjungan virtual dengan redaksi Rakyat Merdeka, kemarin. Guru Besar Fakultas Kedokteran UI itu, hadir bersama sejumlah koleganya yakni Prof Dr dr Ahmad Djojosugito (Pemerhati Pendidikan Dokter dan Pelayanan Kesehatan), Prof Dr dr Pradana Soewondo (Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), Prof dr Ova Emilia (Guru Besar FKUGM), dr Sugito Wonodirekso MS (Universitas Indonesia), Dr dr Dhanasari Vidiawati Sanyoto, SpDLP MSc, (Spesialis Layanan Primer dari Universitas Indonesia) dan Dr dr Judilherry Justam, tokoh reformasi nasional.

Insentif yang diharapkan, sebaiknya tidak bersifat vetikal dari Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah juga bisa, meskipun sampai sekarang besarannya belum diperhitungkan. “Jika ini bisa, tentu akan sangat membantu. Dokter, tenaga kesehatan akan merasa diperhatikan,” ujar Prof Ratna.

Baca juga : Rakyat Lelah, Tapi Jangan Menyerah

Dari Pemerintah Pusat, Dirjen Dikti telah memberikan insentif berupa keringanan biaya pendidikan spesialis sebesar 25 persen. Ini penghargaan untuk dokter-dokter residen, atau dokter umum yang sedang melanjutkan pendidikan. “Ini penghargaan dari universitas. Tapi, alangkah lebih baik, jika insentif yang diberikan bukan dipakai biaya SPP, tetapi juga untuk kesejahteraan dokter residen yang sedang belajar,” tambahnya.

Saat dialog, banyak hal baru diungkapkan. Utamanya menyangkut revisi UU Pendidikan Kedokteran No 20 Tahun 2013 yang kini masuk prolegnas di DPR. Ada dua hal penting dipertanyakan. Pertama, disebut, ada pihak yang ingin memasukkan retaker menjadi tenaga kesehatan. Alasannya, Indonesia sekarang kekurangan dokter. Padahal, retaker katagorinya belum dokter. Memang lulus sarjana kedokteran dan sudah koas di rumah sakit, tetapi belum uji kompetensi sebagai dokter.

Para Profesor dan Doktor ahli-ahli layanan kesehatan dan pendidikan kedokteran ini berpendapat, Indonesia sebetulnya tidak kekurangan dokter dan tenaga kesehatan. Problemnya saja, distribusi tidak merata. Saat ini, tercatat 160 ribu dokter sudah mengantongi STR (Surat Tanda Registrasi) tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, masih ada 11.500 dokter yang katagorinya, sedang internship, sudah lulus uji kompetensi dan sebagian masih mengikuti program retaker, sebelum terjun ke masyarakat. Ini baiknya segera didistribusikan.

Baca juga : Pemerintah Bisa Berhentikan Sementara Kepala Daerah Yang Mbalelo

“Kalau diibaratkan tentara, dokter itu ya bisa diperintah atau ditugaskan ke wilayah tertentu. Sepanjang statusnya ASN. Indonesia tidak kekurangan jumlah dokter. Tidak perlu meluluskan mahasiswa kedokteran yang belum saatnya lulus,” kata Prof Ratna. “Kalau tidak ada uji kompetensi, bagaimana nanti mutu dokternya,” cetus Prof Ahmad.

Akibat pandemi, Indonesia kehilangan lebih dari 1.000 dokter. Tapi menghasilkan dokter memang tidak bisa dipercepat. Kompetensi butuh waktu karena memerlukan standar demi kualitas layanan dokter.

“Jangan sampai demi kepentingan jangka pendek, standar yang sudah ada diobrak-abrik,” tegasnya. Pendidikan dokter di Indonesia, tergolong cepat dibandingkan negara lain. Setiap tahun, Indonesia menghasilkan 12.000 lulusan dokter dari 73 Fakultas Kedokteran tanah air.

Baca juga : Jangan Ada Seorang Pun Merasa Paling Pahlawan

Melanjutkan penjelasan, para retaker, sebetulnya bisa diterjunkan ke lapangan sebagai relawan. Total relawan ditambah dokter internship jumlahnya mencapai 30 ribuan. Mereka bisa ditugaskan langsung di Puskemas. Atau rumah sakit, tetapi dibekali pelatihan-pelatihan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.