Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

In Memoriam Abdul Malik Ahmad, Wakil Ketua PP Muhammadiyah 1967-1985 (2)

Seruan Jihad dan Jejak Langkah di Awal Kemerdekaan

Selasa, 24 Agustus 2021 12:15 WIB
Mendiang Buya Haji Abdul Malik Ahmad (kiri) dan mendiang KH Mawardi Labay El-Sulthani, seorang ulama, penceramah agama dan pengusaha yang banyak menerbitkan buku-buku keislaman dari Tanah Minang. [Foto: Fikrul Hanif Sufyan, 2014]
Mendiang Buya Haji Abdul Malik Ahmad (kiri) dan mendiang KH Mawardi Labay El-Sulthani, seorang ulama, penceramah agama dan pengusaha yang banyak menerbitkan buku-buku keislaman dari Tanah Minang. [Foto: Fikrul Hanif Sufyan, 2014]

RM.id  Rakyat Merdeka - Bertahan di Masa Dai Nippon

Suasana vakum berlangsung beberapa bulan, saat masuknya tentara pendudukan Jepang. Pada Mei 1942, aktivitas di Komplek Kauman Muhammadiyah Padang Panjang mulai pulih.

Sejak masa militer Jepang, seluruh sekolah Muhammadiyah hanya mengajarkan ilmu keislaman dan bahasa Jepang. Pulihnya proses pembelajaran di Kauman, berkat peran Buya Sutan Mansur yang memainkan siasat roda gending (Sufyan, 2014).

Melalui strateginya, Buya Sutan Mansur mengakomadasi pemerintah militer Jepang, sepanjang tidak bertentangan dengan akidah Islamiyah. Sebab masa itu, PB Muhammadiyah Yogyakarta telah mengubah rumusan awalnya, dengan tujuan mengakomodasi keinginan pemerintah Jepang.

Baca juga : In Memoriam Malik Ahmad, Wakil Ketua PP Muhammadiyah 1967-1985

Untuk meningkatkan kurikulum dan mutu pengajaran di Kauman, pada 5 Maret 1943 pimpinan Muhammadiyah membentuk Majelis Idarah (kini Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah).

Majelis Idarah merupakan pimpinan kolektif dari seluruh amal usaha pendidikan yang ada di Kauman, mulai dari: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah Putra dan Putri, Kulliyatul Muballighin, dan Kulliyatiul Muballighat. Mallik Ahmad pun terpilih sebagai ketua dan dibantu Haroen el-Maany, Iskandar Zulqarnaini, dan lainnya.

Majelis Idarah masa itu berupaya menciptakan iklim pendidikan, yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Setelah terbentuknya Majelis Idarah, pada 5 Mei 1943 Malik Ahmad diangkat sebagai Kepala Pengajaran Muhammadiyah Padang Panjang, dengan tugas di antaranya: membangun kembali sekolah-sekolah di daerah; menguatkan semangat hizbullah dalam jantung murid-murid, wali, serta pimpinan; mendirikan gedung Kulliyatul Muballighin dan sekolah tinggi.

Kondisi ekonomi yang sulit pada era 1942-1945, tidak menyurutkan pengabdian guru di Kauman Padang Panjang. Padahal gaji yang diberi persyarikatan tidak mencukupi.

Baca juga : Anak Kecil Mau Pulang Ke Rumah, Kok Dilarang

Sebagian guru terpaksa mengantarkan keluarganya ke kampung halamannya. Malik Ahmad menyadari beratnya kondisi yang menghimpit para guru di Kauman. Satu-satunya cara mengatasi masa sulit adalah menjalin kebersamaan dengan majelis guru.

Meskipun hanya sarapan pagi dengan bubur putih dan siang harinya makan nasi dengan sambal cabai, menjadi obat mujarab untuk memompa semangat guru-guru di Kauman.

Pada masa kepemimpinan Malik Ahmad, Muhammadiyah Cabang Padang Panjang telah mengelola amal usaha, seperti Forebel School (taman kanak-kanak), Madrasah Ibtidaiyah, HIS Med de Quran, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah, dan Kulliyatul Muballighin.

Perhatian Malik Ahmad terhadap Kulliyatul Muballighin tidak sebatas memberdayakan alumni sebagai staf pengajar, namun juga memotivasi mereka ikut dalam laskar-laskar tentara Jepang, seperti Giyugun, Heiho, dan Seinendan.

Baca juga : Jadi Saksi Lahirnya Muhammadiyah Kurai Taji, Dikawal Jago Silat

Tujuan Malik Ahmad menyerukan masuk dalam barisan Jepang, sejalan dengan tujuan Chatib Sulaiman, untuk mempersiapkan barisan tentara, bila Indonesia merdeka (Sufyan, 2018).

Beberapa pemuka Muhammadiyah diamanahi memimpin organisasi bentukan Jepang, di antaranya adalah Saalah Yusuf Sutan Mangkuto dan Oedin memimpin Giyu Gun Tyo Sa Ngi Kai, Buya Sutan Mansur menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera (Tyo Sa Ngi Ru), dan Malik Ahmad menjadi Komandan Bo Go Dan Tyo.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.