Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kasus Covid Anak Paling Banyak Di Jabar, Kematiannya Tertinggi Di Jateng

Minggu, 26 September 2021 21:33 WIB
Ilustrasi swab tes PCR pada anak (Foto: Tedy Kroen/RM)
Ilustrasi swab tes PCR pada anak (Foto: Tedy Kroen/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jawa Barat tercatat sebagai provinsi yang paling banyak membukukan kasus Covid-19 pada anak, dengan angka 10.903. Berdasarkan studi retrospektif terhadap data 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid-19, yang diperoleh dari laporan kasus Corona pada anak yang dirawat oleh dokter anak IDAI, dalam periode Maret-Desember 2020.

Penyumbang kasus Covid pada anak selanjutnya adalah Riau (3.580), Jawa Tengah (3.108), Sumatera Barat(2.600), Kalimantan Timur (2.033), Jawa Timur (1.884), Bali (1.524), Sumatera Utara (1.448), DI Yogyakarta (1.275), dan Papua (1.220).

Sedangkan provinsi yang paling banyak menyumbang kasus kematian akibat Covid pada anak adalah Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

Angka kematian tertinggi terdapat pada kelompok anak usia 10-18 tahun (26 persen), diikuti 1-5 tahun (23 persen), 29 hari- kurang dari 12 bulan (23 persen), 0-28 hari (15 persen), dan 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun (13 persen).

Baca juga : BPKw Gelar Pelatihan Berkebun Di Halaman Rumah

 "Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus COVID-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama COVID-19. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tata laksana yang cepat dan tepat," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Prof. Dr. dr. Aman B Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon) dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Minggu (26/9).

Terkait hal ini, Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI Dr. dr. Antonius H. Pudjiadi, Sp.A(K) mengatakan tidak meratanya deteksi kasus Covid-19 tersebut terjadi karena fasilitas tes PCR dan fasilitas kesehatan yang berbeda, kapasitas pengujian dengan PCR saat itu di Indonesia masih rendah dan anak bukan populasi prioritas untuk tes.

Sementara, Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K) menuturkan laporan tersebut menunjukkan angka kematian kasus atau case fatality rate (CFR) Covid-19 pada anak di Indonesia, yakni 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0,46 persen).

Laporan hasil riset IDAI itu menyebutkan CFR COVID-19 anak di Indonesia tersebut jauh lebih tinggi dibanding di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Kemungkinan, karena kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.

Baca juga : Muncul Klaster Covid-19 Pendidikan, DPR : Selamatkan Generasi Muda

Laporan tersebut juga mengungkapkan penyebab kematian anak akibat COVID-19 terbanyak dikarenakan faktor gagal napas, sepsis/syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid).

Sementara komorbid terbanyak pada anak COVID-19 yang meninggal adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun.

Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid.

Ketua Satuan Tugas COVID-19 IDAI dr. Yogi Prawira, Sp.A(K) menuturkan faktor penyebab gagal napas dan sepsis/syok sepsis terjadi pada kondisi COVID-19 yang berat sehingga pemantauan kondisi serta tata laksana secara dini dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dua kondisi tersebut.

Baca juga : KPK Buka Kemungkinan Tambah Tersangka

Hasil penelitian IDAI tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in pediatrics yang terbit pada 23 September 2021.

Sementara itu, data Kementerian Kesehatan (Kemkes) pada waktu yang sama mendapatkan 77.254 kasus anak terkonfirmasi COVID-19 dari total kasus 671.778, yaitu sekitar 11,5 persen.

Perbedaan jumlah tersebut terjadi karena di penelitian ini yang terdata hanyalah kasus yang ditangani oleh dokter anak, sedangkan Kemkes juga masukkan data dari anak yang tidak bergejala dan hasil telusur kontak. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.