Dark/Light Mode

Bela Jokowi, Petani Sawit Sentil Greenpeace

Kamis, 4 November 2021 17:03 WIB
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Apkasindo, Gulat Manurung. (Foto: ist)
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Apkasindo, Gulat Manurung. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kritikan Greenpeace Indonesia terhadap pidato Presiden Jokowi dalam perhelatan COP26 di Glasglow, dinilai sudah keterlaluan. Petani sawit menilai, NGO asing itu memberikan data hoaks kepada masyarakat berkaitan deforestasi, kebakaran hutan, dan energi baru terbarukan. 

Ketua Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Papua, Albert Yoku mengatakan, pemerintah sudah sangat baik dalam memperhatikan keseimbangan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Hal ini sudah dirasakan petani sawit. 

Berbicara deforestasi, kata dia, Greenpeace harus tunjukkan validitas data tujuh tahun terakhir. Kalau bicara kebakaran lahan, terbukti 3 tahun terakhir pengendalian kebakaran lahan sudah makin baik. 

“Justru Jerman, Amerika, dan Australia  sering kebakaran dan banjir. Kenapa Greenpeace diam saja,” heran Albert dalam keterangannya, Kamis (4/11).

Baca juga : Di Depan Jokowi, PM Slovenia Sebut RI Punya Potensi Ekonomi Besar

Dia mengingatkan, Greenpeace tidak menyebar data yang tidak benar dan kebencian. Dia juga menantang Greenpeace untuk membuka sumber dananya. “Buka ke umum dari mana asal biaya Greenpeace selama ini,” tantang Albert.

Dia juga meminta, Greenpeace tidak hanya bisa menyerang saja, tapi juga bantu petani sawit. Menutut dia, di Papua, petani sawit kesulitan meremajakan dan membangun kebun.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Apkasindo, Gulat Manurung mengatakan, petani sawit mengapresiasi pidato Jokowi dalam COP26 di Glaslow. Jokowi berhasil membuktikan kemampuan Indonesia menjaga keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial. 

Buktinya, saat ini dunia sudah menerima konsep-konsep keberlanjutan seperti Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN KS), konsep intensifikasi sawit melalui Perkebunan Sawit Rakyat (PSR), peningkatan SDM petani dan beasiswa anak petani. 

Baca juga : Bertolak Ke Roma, Jokowi Minta Doa Seluruh Rakyat Indonesia

“Daerah yang sering kebakaran hutan saat ini praktis sudah mendekati nol persen seperti di Kalimantan dan Sumatera. Keberhasilan ini berkat ketegasan Presiden dalam konsep pencegahan dan penindakan,” ujar pria lulusan S3 tercepat Bidang Ilmu Lingkungan Universitas Riau ini.

Dia mengatakan, seluruh petani sawit di Indonesia yang tergabung di Apkasindo mengucapkan terima kasih kepada Jokowi karena kini dapat beraktivitas tanpa asap.“Saat ini petani sawit sudah menikmati kebijakan Presiden Jokowi lantaran harga TBS (Tandan Buah Segar) melambung tinggi,” urainya.

Gulat mengharapkan, NGO lingkungan tidak sebatas mengkritik. Menurut dia, NGO asing justru harus bantu Indonesia menagih janji negara maju untuk memberikan hibah ke petani sawit

“Bagi petani dana triliunan dari hibah negara maju seperti Norwegia dapat membantu petani-petani sawit untuk mensubsidi pupuk atau bahkan mendirikan pabrik pupuk, itu baru mantap. Kalau hanya berteriak siapa saja pun bisa,” urainya.

Baca juga : Diperintah Jokowi, Moeldoko Gercep Cari Solusi Soal Garam Rakyat

Dia menambahkan, program energi baru terbarukan (EBT) menjadi titik nol kilometer kemandirian energi karena semua bahan bakunya di Indonesia. Apalagi dengan telah terbitnya UU Cipta Kerja akhir 2020, semakin meyakinkan dunia bahwa Indonesia sudah naik kelas sebagai garda terdepan penjaga keseimbangan ketiga aspek dimensi. “Makanya sawit itu peace and green,” tukas Gulat. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.